Dua

64 5 5
                                    

Pukul 5.00 pagi Divka terbangun karena mendengar suara alarm. Bukan alarm dari ponselnya, tapi alarm dari kamar sebelah: Ulia Adhyasta. Aul anak Grogol, Jakarta Barat, jurusan Pendidikan Ekonomi.

Sudah dua minggu Divka menjadi tetangga Aul, kebiasan yang paling membuatnya risih adalah alarm yang suaranya mengglegar tapi sang pemilik tak kunjung bangun. Yang terbangun malah tetangga kamarnya. Ajaib sekali bukan?. Dan mungkin saat ini Aul sedang menggeliat nikmat dan tangannya mencari-cari selimut. Kemudian terlelap lagi.

Dengan mata yang masih terpejam dan tangannya mencari bantal di sebelahnya, Divka menggerutu "Aul kebiasaan banget deh". Tak lama kemudian setelah mendapatkan bantal, Divka menutupkan ke telinganya dan memejamkan matanya kembali.

Tiga puluh menit kemudian, alarm berbunyi. Kali ini bukan dari ponsel Aul. Divka yang masih memejamkan mata mencari-cari dimana letak benda segi empat itu, setelah benda silver itu berada di tangannya, Divka menggeser layarnya, mematikan alarm.

Karena ini hari senin, dan ada kelas pagi; jam 7. Maka ia memutuskan untuk segera bangun. Sebelum ke kamar mandi, Divka membuat oat dulu, mau sarapan di luar tapi takut tidak keburu.

Ada notif dari ponselnya, berturut turut, Divka segera meraih ponselnya yang berada di dekat bantal.

Aroona Ismail: P

Aroona Ismail: P

Aroona Ismail: pagi semua

Aroona Ismail: sudah pada bangun belum nih

Myfta Amiludin: bacot

Aroona Ismail: eh pak Udin sudah bangun

Divka tersenyum membaca pesan terakhir teman SMAnya itu. sementara tangan kanannya mengetik balasan, tangan kirinya mengambil mangkuk yang berisi oat kemudian memakannya.

Divka Aprillia: ada apa nih pagi-pagi rame bener

Aroona Ismail: nanti malem makan di luar yuk

Safira Diaulhaq: yoooooook

Rudi Ciptadi: YOOOOK

Myfta Amiludin: apaan nih kalian nongol-nongol main YAK YOK YAK YOK AJA!

Safira Diaulhaq: siapa ya?

Myfta Amiludin: sampah ya kalian pada

Rudi Ciptadi: lagi haid lu tong?

Aroona Ismail: wkwkwk

Safira Diaulhaq: wkwkwkwkw

Myfta Amiludin: send a picture

Myfta Amiludin: send a picture

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

D

ivka yang membaca pesan terakhir dari temannya itu tertawa kecil.

Rudi Ciptadi: makan pecel lele deket perempatan enak gaes

Rudi Ciptadi: gue udah nyobain

Aroona Ismail: boleh tuh, setengah tujuh ya. Yang telat, bayarin kita

Myfta Amiludin: TIDAK ADIL!

Myfta Amiludin: penindasan buat gue tuh

Diantara kita yang paling suka ngaret ya Myfta, mungkin nanti dia yang bakal dibuat nunggu sama mereka. Sekali-kali kan ya hehe.

Safira Diaulhaq: Udin yang sabar yaa

Rudi Ciptadi: karma berlaku Myf, tenang aja

Aroona Ismail: ih kalian apaan si :(

Divka memutuskan menyudahi percakapan di grup tersebut, kemudian melanjutkan sarapannya dan mandi, bergegas berangkat ke kampus.

Aroona Ismail, Safira Diaulhaq, dan Rudi Ciptadi, adalah teman sepermainan, meskipun mereka berbeda kelas saat SMA. Dan sekarang mereka dipertemukan di universitas yang sama, meskipun berbeda jurusan. Kecuali, Rudi. Walaupun beberapa jadwal ada yang berbeda jam. Sedangkan Aroona Ismail dan Safira Diaulhaq mengambil jurusan ilmu komunikasi.

Setibanya di kampus, tempat parkir sudah ramai. Divka memarkirkan scoopy hitamnya di sebelah beat putih. Lima menit lagi kuliah dimuali, Divka buru-buru melepas helm dan berjalan cepat menuju kelas yang ada di lantai tiga. Beruntung lift saat itu tidak terlalu penuh, jadi ia bisa langsung masuk.

Kelas sudah ramai, kursi bagian belakang masih ada yang kosong. Langsung saja Divka menuju kursi tersebut.

"kok telat Div?" sapa Myfta.

Divka meletakan tas gendongnya di kursi, kemudian duduk "emang udah ada dosen ya?"

"tuh." Tunjuk Myfta ke arah pintu menggunakan pulpen.

Reflek kepala Divka menoleh, ternyata Pak Elgar sudah datang.

Saat sedang fokus memperhatikan pembelajaran, Myfta menoel tangan Divka "tuh Adam yang make kemeja biru"

Divka mencari sosok yang dimaksud temannya itu "mana?"

"Itu sebelah Rudi."

Mata Divka melihat sosok yang dimaksud Myfta "oh, I see."

"sabtu jangan lupa ke rumah Adam." Kata Myfta mengingatkan.

"iya iya, bawel lu, udah ah tuh nyimak."

Pukul 8.40 mata kuliah pertama selesai. Dilanjut pukul 01.00 siang. Divka memutuskan pulang karena jeda waktu kuliah yang cukup lama. Ia keluar gedung bersama Myfta, kemudian berpisah di parkiran, karena Myfta membawa mobil dan tentu saja tempat parkir motor dan mobil terpisah.

Memasuki kawasan parkir, mata Divka melihat sosok Adam yang berada di sebelah beat putih. Divka tetap meneruskan langkahnya sampai Adam menaiki beat putih tersebut "oh, motor yang di sebalah itu motor Adam" batin Divka.

Tiba-tiba "hei?" sapanya

Divka menoleh ke kanan – kiri, takut yang dipanggil Adam bukan dirinya.

"eh? Ke gue?" jawab Divka memastikan.

"bukan, ke spion motor."

Divka menyerngitkan dahi, bingung.

Sambil menyentil dahi Divka "udah ah, hati-hati pulangnya." Kemudian Adam berlalu meninggalkan Divka yang sedang bengong di tempat dan sedang memegangi dahinya.

Setelah mendapatkan kesadarannya kembali, Divka bergegas memakai helm, dan segera melajukan motornya, untuk mencari sarapan yang tertunda.

"Divka?"

Merasa namanya dipanggil, Divka mencari sumber suara. Menengok ke belakang.

"gue di depan lo anjir"

"eh sorry Ul, gak keliatan." jawab Divka terkejut melihat Aul.

"gak keliatan gimana si, badan segede gini juga."

"hahaha serius gak liat tadi. Kenapa?"

"gue tadi kesiangan, karena buru-buru gue naik gojek deh. E pas mau balik liat lo, ikut ya?" jelas Aul sambil tersenyum merayu.

"gue kira malah tadi lo gak akan masuk haha. Buru naik."

Aul segera menaiki motor.

Setelah motor meninggalkan parkiran kampus "Ul, gue mau nyari sarapan dulu gak papa nih?"

"ayok aja Div, gue juga belum sarapan." Teriak Aul takut Divka tak mendengar apa yang Aul katakan, karena Divka memakai helm.

"oke deh."

***

"Tiga" diupload hari senin

AMORFTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang