Prolog

62 2 1
                                    

*Tahun 2017 di rumah nenek*

"NENEK!!! Aku kangen" kata Icha sambil berlari.

"Cucuku makin besar saja" kata nenek gemas.

Kemudian Iren, kakak Icha menunjuk foto seseorang yang telah dipajang bertahun-tahun yang lalu, hanya saja mereka tidak mengetahuinya karena disembunyikan nenek.

"Itu gambar siapa?" tanya Iren, "Kok kayaknya kejam amat... Mukanya begitu serius" tambahnya.

"Oh, itu kakek buyutmu, namanya Braphen, seorang diktaktor Uni Soviet, ia merupakan sekjennya" jawab nenek dengan singkat.

"Braphen siapa?" timpa Meri, adiknya Icha.

"Braphen Josef Stalin" jawab nenek.

"HAAAH? JOSEPH STALIN???" teriak mereka sehingga vas kesayangan nenek pecah.

"Ya" jawab nenek singkat.

Mereka pun semakin penasaran. Mereka searching di Bapak Gogol (Google udah ganti nama) tentang Joseph Stalin. Tetapi, mereka salah sangka, Bapak Gogol tidak berhasil memenukan informasinya. Mereka pun getok-getok kepala mereka dengan panci. Ibunya pun ikutan, mengatakan anaknya 3 orang porcellum, bahasa latinnya anak babi. Lalu, 3 anak kurang ajar itu mengatakan balik ibunya, " KUOTAVI!", yang artinya tidak perlu kalian tahu.

Nenek pun datang dengan membawa pai daging manusia. Nenek mereka adalah seorang karnibal berat, dan ia tak bisa hidup jika belum memakan se-ons daging manusia selama sebulan. Dengan suara yang mirip nenek sihir, "MAKANAN DATAAAANG..." Untunglah, cucu-cucu tersebut adalah seorang pemberani. Tidak seperti ibunya, yang bernama Kili, yang langsung lari ke mobilnya dan kembali ke rumahnya tanpa balik-balik. "Haaah, ibu pengecut, dasar schrottwelt!" teriak mereka. Hal itu terulang terus menerus setiap mereka ke rumah nenek.

*Keesokan harinya*

"Ayo cucu-cucuku, bangun, sudah pagi!" Mereka akhirnya bangun dengan rambut yang masih lepek dan sarapan. Lalu, tiba-tiba, nenek pun terkena serangan jantung dan akhirnya harus menghembuskan nafas terakhirnya. Terdapat nasi goreng ala 'Bu Nani' yang tersedia di meja makan, itu untuk seharian penuh.

Dengan segera Iren, Icha, dan Meri pun mencari pertolongan. Dengan segera ketua RT dan warga setempat datang dan membawanya ke rumah duka.

*3 hari kemudian, neneknya dikubur*

Iren, Icha, dan Meri menangis histeris, bahkan samapi keluar darah, tak kuasa melihat neneknya harus ditutupi kain kafan dan dikubur. Lebih histerisnya, ibunya mendapat sebuah tugas yang membuatnnya ia harus ke Zimbabwe. Bapak mereka ada di rumah, tetapi tidak bisa ikut karena ia sedang sakit dan ditemani oleh kakak sulungnya, Luki. Sepupu dan keponakannya datang, acaranya tidak terlalu meriah.

Dengan rasa sedih, ia kembali ke rumah neneknya yang sudah kembali ke pangkuan Bapa, alias meninggal dunia. Ia pun memakan nasi goreng 'Bu Nani' dengan sangat sedih, terasa ini yang terakhir, sehingga rasanya yang biasanya rasa untuk para tikus menjadi sungguh enak, masakan restorang bintang 5.

Lalu sang ketua RT memberi sebuah buku biografi kakek buyut mereka, Braphen Josef Stalin. Ia pun berbela sungkawa dan berduka cita atas kematian nenek mereka. Mereka tertawa melihat seorang 'Stalin' yang mukanya begitu aneh, lebih tepatnya jilek di sampul depannya. Hal itu pun sedikit menghibur mereka, yang sedang sedih berat, serasa dunia kosong. Ketika mereka membukanya...



*Schrottwelt = sampah dunia

*Koutavi = b*ngs*t

BRAPHENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang