▪1▪

442 57 55
                                    

「C & DK!」
Cashier and Danshikousei!

Tingtong!

"KEITOOOOOO!!!"

Tingtong! Tingtong! Tingtong!!

"KEITOOOOOO BUKAIN PINTUUUU!!!"

Chinen kini sudah berada di depan rumah teman sekelasnya bernama Okamoto Keito. Seakan-akan belum cukup dengan menekan bel, Chinen mengimbuhinya dengan menggedor-gedor pintu Keito hingga tak lama kemudian akhirnya pintu terbuka dengan kasar.

"LU GAUSAH NGEGAS NAPA?!?!" Chinen pun langsung disemprot oleh si pemilik apartemen.

"Heheheheheh abis di luar adem Keith," balas Chinen dengan cengiran tanpa rasa bersalah.

"Cih. Yodah masuk cepet!" perintah Keito pada Chinen sebelum ia ngacir meninggalkan Chinen sendirian di ruang tengah.

"Eh, eh. Mau kemana, Keith??"

"Diem lu senar raket! Gue mo boker! Berani ganggu, gua lempar dari balkon lu," Keito yang gahar kalo lagi kebelet eek ini mengancam Chinen yang langsung melengos ketika dibilang 'senar raket' oleh sahabatnya.

Setelah ditinggal, Chinen pun duduk di sofa buluk yang umurnya bahkan lebih tua dari Keito, pemiliknya. Sambil bersandar, Chinen mengeluarkan cokelat yang kemarin ia beli dari dalam tasnya. Lagi-lagi ia senyum-senyum ga jelas membaca tulisan yang menggantung di bungkus cokelatnya.

'Untuk kesayanganku.'

"Makasih Abang Ganteng, ♡" Chinen bergumam sendiri, berdelusi seolah-olah cokelat itu benar-benar dibelikan oleh Yamada, Abang Kasir Ganteng-nya.

Ya begitulah. Mungkin itu efek karena Chinen sudah terlalu lama sendiri. Yah biarkan sajalah.

Berselang beberapa menit kemudian, bel rumah Keito tiba-tiba berbunyi. Karena Keito sedang eek, akhirnya Chinen yang pergi membukakan pintu setelah memasukkan cokelatnya ke dalam tas. Ia pun mempersilakan tamu-tamunya untuk masuk ke apartemen Keito.

"Wih, lu udah disini aja Chii?" tanya si tamu yang mempunyai wajah cantik memesona idaman para pria dan wanita, yang untuk orang awam mungkin tidak akan sadar kalau dia sebenarnya berbatang. Namanya adalah Inoo Kei.

"O iya dong. Gue kan rajin pangkal kaya," balas Chinen dengan wajah songongnya.

"Rajin pangkal pandai, bego," tamu satunya yang imut-imut bantet nan bulat seperti tahu bulat menyahut. Namanya Arioka Daiki.

"Terserah gue dong, mulut punya gue juga!" sewot Chinen.

"Yee~ baper ae lu kolong ranjang," kekeh Daiki yang lalu duduk lesehan di depan sofa sementara Chinen lagi-lagi melengos ketika dipanggil 'kolong ranjang' oleh teman dekatnya.

Ketiga orang uke―bukan, ketiga orang pelajar SMA ini pun langsung bersenda gurau begitu mereka menancapkan bokong mereka di lantai ruang tengah sambil menunggu Keito yang eeknya nggak selesai-selesai sampai kira-kira lima belas menit kemudian.

"Lu boker apa ngerjain ujian matematika sih Ket?? Lama bener!" protes Daiki.

"Eek gue keras njeng," Keito membalas protes Daiki dengan rintihan. Sepertinya anusnya terluka karena berjuang terlalu keras.

"Elu sih, makan tuh sayur, jangan batu," Kei menimpali.

"Yakali gue ayam gitu makan batu???" Keito ngegas. Jangan ngegas mulu lah Keith, bensin lu abis ntar.

"Sudah-sudah jangan berteman, eh, bertengkar! Ayo belajar!" Chinen mengeplok-ngeplokkan tangannya, mengingatkan teman-temannya untuk melaksanakan tujuan utama mereka, yakni belajar untuk UTS.

Tiga bocah lainnya pun menurut. Dengan segera mereka mengeluarkan buku masing-masing, sementara itu Chinen tersenyum nista memandangi cokelat di dalam tasnya.

'Saatnya pamer sama para jombz inih~~' Chinen membatin, tapi tidak berkaca.

"Loh, apaan nih?" Chinen pura-pura terkejut, lalu mengeluarkan sebatang cokelat dari tasnya. Sontak teman-temannya menoleh ke arah Chinen.

"Wuih!! Cokelat!!" ketiga teman Chinen berseru.

"Dari siapa Chii??" tanya si Keito.

"G-gatau nih, tiba-tiba ada di dalem tas gue. Palingan dari pacar gue, hahaha..."

"Lu kaga beli sendiri kan?" Kei memicingkan mata curiga.

"K-kaga lah! Mana rela gue keluar duit buat cokelat yang bikin serik kek gini?" balas Chinen, "l-lagian ini ada tulisannya nih! Liat nih!"

Kei mengambil cokelat dari tangan Chinen, memastikan tulisan di kertas kecil itu bukan tulisan Chinen sendiri.

"Untuk kesayanganku," Daiki bergumam membaca tulisan, "weh, iya loh, bukan tulisannya Chinen ini," Daiki berkomentar.

"Dih gile. Si cebol kayak elu ada juga yang suka ya," Kei yang tadinya tidak percaya langsung termakan kebohongan Chinen begitu melihat tulisan berestetika yang tercantum di atas kartu ucapan berwarna pink itu.

"YEEE, ngeremehin bener dah lu!" Chinen sok-sokan sewot, padahal dalam hati ia tertawa bahagia ada yang percaya dia punya pacar...

Dih, dasar jones.

✖✖✖

"HUWANJENG!!!!!"

Yamada bersin. Menggelegar sekali. Untung saja toserba sedang sepi. Kalo rame, bisa-bisa jantungan semua pengunjungnya.

"Lu gapapa, Yam? Sakit?" Kolega Yamada yang bernama Takaki Yuya bertanya-tanya.

"Kaga apa-apa, Bang Yuy. Kayaknya ada yang ngomongin gue dah," ujar Yamada sambil menggosok hidung mancungnya.

"Widiiih sok penting dah lu," Yuya tertawa renyah, "jangan-jangan lu diomongin sama bocah kemaren yang rewel tuh?"

"Ya mana gue tau, Bang. Gue kenal sama doi aja kaga," balas Yamada jutek.

"Mungkin dia suka ama elu, Yam. Mayan loh imut-imut," Yuya menggoda sambil menoel-noel lengan padat Yamada.

"Bang," Yamada menoleh ke arah Yuya, "yakali gue naksir ama bocah SD. Lagian males gue ketemu sama dia lagi."

"Ya kali aja lu punya hasrat terpendam gitu."

"DIEM DEH BANG!"

To be continued.

C & DK!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang