▪2▪

361 53 74
                                    

「C & DK!」
Cashier and Danshikousei!

"Selamat datang di Japanmart, selamat belanja," Yamada seperti biasa, hari ini ia menjaga toserba. Dengan luar biasa profesional, Yamada melayani satu per satu pelanggannya dengan senyum menawannya. Senyum itu tersungging tanpa henti, namun tidak lagi ketika tiba-tiba muncul sosok yang tidak ingin ia temui, yakni si bocah SD (bukan, Yam,) rewel yang merepotkannya tempo hari.

Tak lama kemudian, si bocah dengan semangat menghampiri meja kasir, lalu meletakkan keranjang belanjaannya yang di dalamnya penuh dengan jajan ciki. Yamada memicingkan matanya, agak risih dengan keberadaan si bocah SD (bukan, Yam...).

"Hai, Abang. Ketemu lagi kita," bocah lelaki itu tersenyum lebar menyapa Yamada. Mengetahui toserba sedang sepi, si bocah memanfaatkan kesempatan ini untuk mendekati Yamada.

"Ya, terima kasih sudah datang lagi," balas Yamada cuek.

"Abang udah lama kerja disini?"

"Baru dua bulan," jawab Yamada datar, sedatar cerita cintamu.

"Bang, nama Abang siapa? Aku Chinen Yuri," si bocah bernama Chinen Yuri ini mengulurkan tangannya yang hanya dilirik oleh Yamada sebelum ia kembali sibuk memindai barcode jajanan yang dibeli Chinen.

"Ini di nametagnya ada. Ga keliatan?" sarkas Yamada. Chinen yang tertolac pun hanya bisa manyun sebelum ia mengarahkan pandangannya pada nametag Yamada.

"Hm~ Bang Ryo jutek banget sih? Tambah ganteng aja jadinya~"

Yamada keselek ludahnya sendiri. Demi Tuhan yang Maha Kuasa, dia disepik bocah bau kencur! Dan lagi, dia manggil Yamada dengan nama depannya!! Yamada sungguh tercengang, kawan-kawan.

"Bocah SD jaman sekarang udah pinter nyepik ya? Hahaha," Yamada nyarkas lagi sambil tertawa miris.

"Hah? Yang bener bocah SD sekarang pinter nyepik, Bang??" Chinen dengan lugunya membalas sarkasme Yamada dengan pertanyaan. Dikiranya Yamada mengalihkan topik pembicaraan.

"Lah kamu tuh?"

"Eh! Enak aja Yuri dibilang bocah SD! Aku udah SMA Bang! Kelas 3!!!"

"Heleh masih kecil udah pinter ngibul," celetuk Yamada.

"Kaga elaaahh!! Kalo ga percaya neh kartu pelajar!" Chinen mengeluarkan dompetnya lalu menunjukkan kartu identitasnya.

SMAN 1 HOSHIKORI

Nama: Chinen Yuri
Kelas: XII-IIS 1
Tmp./Tgl. Lahir: Shizuoka, 30 November 1998

"...oh. Oke," balas Yamada sekedarnya, padahal dalam hati sudah malu setengah mati.

"Untung Abang ganteng. Kalo ngga udah aku smekdon si Abang Ryo mah," Chinen mencucu.

"Ya maap, Adek. Abang kan gatau," balas Yamada, perlahan-lahan mulai melunak. Setidaknya sekarang ia tahu, ia tidak akan dianggap pedofil kalo naksir sama Chinen. Umurnya cuma beda lima taun kok.

"Total belanjaanmu sratuslimapuluh ribu..." Yamada menggelengkan kepalanya, "kamu ini mo jajan ato mo ngerampok sih?"

"Ih kepo amat, Bang. Naksir ya?" Chinen dengan senyum genitnya menggoda Yamada.

"Haha. Lucu kamu. Udah cepet bayar."

"Ya iya, aku lucu emang. Nih sratuslimapuluh rebu," Chinen menyerahkan uangnya lalu mengeluarkan satu lembar kartu kecil kepada Yamada, "sama ini bonus, ID LINE, hehe."

"..."

"Makasih, Bang Ryo! Besok aku kesini lagi!" Chinen melesat keluar toserba sementara sepasang mata Yamada mengikuti sosok Chinen yang setengah berlari lalu memasuki sedan Camry hitam mengkilat yang terparkir di depan toserba.

"Holkay anjeeer..."

Yamada mengerutkan dahinya ketika mendengar seseorang bergumam. Merasa bukan dirinya yang menggumam, Yamada menoleh ke arah sumber suara dan langsung terperanjat begitu melihat Yuya yang sudah berdiri di depannya dan juga sedang memerhatikan Chinen dengan tatapan terpesona (dengan mobilnya).

✖✖✖

"Lama banget sih??" Yuto, abangnya Chinen langsung menodong adeknya yang baru masuk mobil.

"Yee ya sabar atuh, Bang. Kan Yuri beli jajannya banyak," Chinen membalas, setengah jujur.

"Bohong. Pasti lu tadi ngobrol sama penjaga kasir itu," ujar Yuto dengan tatapan menyelidik.

"Bang Yuto gausa sotoy deh," Chinen menyangkal.

"Dek, jangan deket-deket lah sama dia. Malu diliat orang," Yuto memperingatkan adik satu-satunya itu.

"Aduh, Bang. Plis deh. Yang malu mah Abang keles," Chinen menghembuskan napas panjang, "lagian terserah Yuri lah mau deket ama sapa, mau temenan ama sapa."

"Tapi Dek―"

"Adek udah gede, Bang. Adek tau caranya jaga diri. Abang gausa khawatir. Percaya deh sama Adek."

Yuto melengos mendengar perkataan Chinen. Ia sebenarnya tahu Chinen sudah bisa dibilang mampu dalam hal menjaga diri. Tapi tetap saja, dari lubuk hatinya yang terdalam, ia tidak akan pernah tidak mengkhawatirkan adiknya, karena baginya, Chinen selamanya akan tetap menjadi adik bayinya yang tidak bisa ia lepaskan begitu saja.

To be continued.

Hm. Yuto dan brother-complex nya. Hm.

C & DK!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang