Svt! CHEOLSOO, littlebit! Verkwan.
.
MPreg, OOC, Bahasa tidak baku.
.
"B-be-bberrarrtii GUE HAMIL SAMA BABE LOOOO???"
.
Ting.. Tong... Ting... Tong...
Ting.. Tong... Ting... Tong...
Ini masih pagi, bahkan sinar mentaripun belum menampakkan batang hidungnya di dunia ini. Seorang pemuda yang tengah menggeliat di atas kasur merasa sangat terganggu dengan suara bel apartemennya yang terus berbunyi. Pemuda bermata kucing bernama Jisoo tersebut melirik jam weker di atas meja belajarnya, pukul setengah enam, what the.., tunggu, orangtua Jisoo tak pernah mengajarinya untuk berkata kotor. Dia pun akhirnya duduk untuk mengumpulkan segenap kesadarannya sebelum beranjak untuk membuka pintu.
"Ya ampun Hyung lelet banget buka pintu aja! Molor apa mati sih?!"
PLETAK!! Tak tanggung-tanggung, Jisoo menggeplak kepala tamunya dengan gagang sapu yang selalu ada di belakang pintu apartemennya.
"AWW!! SAKIT WOY!!"
"Makanya kalo bicara itu disaring. Ngapain pagi-pagi ganggu gue?"
"Ck! Biasa, Babe sama Emak berantem lagi, pake acara todong-todongan piso lagi. Sumpah! Enek gue liatnya." Pemuda berdarah campuran tersebut mendudukkan pantatnya di sofa ruang tamu yang merangkap sebagai ruang tv di apartemen Jisoo. Dia pun mengeluarkan seragam sekolahnya dengan tampang kesal.
"Kok mereka bertengkar mulu sih? Nggak capek apa? Kali ini masalahnya apa lagi?"
Jisoo bertanya, sekedar basa-basi aja sebenarnya. Hansol, sahabat sekaligus teman sekelasnya itu, sudah sering sekali kabur ke apartemennya hanya untuk menghindari pertengkaran kedua orangtua angkatnya, yang semakin hari semakin parah saja.
"Biasa, Emak gue pamit arisannya dua hari lalu, baliknya baru tadi pagi. Babe marah-marah karena semalam, pulang dari luar kota si Emak nggak ada di rumah, mana dua hari nggak pulang lagi."
Hansol mengangkat tubuhnya dan ngeloyor menuju kamar mandi, meninggalkan Jisoo yang geleng-geleng kepala di tengah acaranya membuat sarapan.
Malamnya, Jisoo lagi-lagi dibuat pusing oleh Hansol. Sahabatnya itu sedari sore sudah merengek minta ditemani ke suatu tempat. Kemanapun Jisoo pergi, dia terus mengekorinya, bahkan ke kamar mandi pun akan dia ikuti jika si pemuda kucing tidak menyiramnya dengan air.
"Duh! Lo mau ngajakin gue kemana sih?"
"Bosen Hyung, ayo jalan-jalan. Refresing, otak gue rasanya gesrek mikirin Babe sama Emak gue."
"Yaelah, ajak no si Seungkwan. Jangan ajak gue, lagi sibuk!"
"Yaelah! Sibuk apaan sih Hyung. Dari tadi melototin tv aja sibuk. Ayolah, jangan terus-terusan jadi anak rumahan, pantes aja nggak laku-laku."
"Bocah siaaalll!"
Dan Jisoo akhirnya menyerah.
.
"Ya Kwan! Dimana lo?"
"Busyet dah! Nggak usah pakek treak napa?"
"Suami lo lagi mabok nih di fresh, jemput gih. Sumpah malu gue mau tolongin dia, kelakuannya udah kayak curut."
"Sial lo!"
Lima belas menit kemudian Seungkwan datang dengan panik. Cafe fresh ini, yang di lengkapi dengan fasilitas club bawah tanahnya adalah milik paman Junhui, pemuda yang baru saja menelpon Seungkwan. Meskipun sebenarnya ini ilegal, karena Junhui masih kelas 2 SMA, tapi ia sudah mendapat kepercayaan untuk mengelola café dan club tersebut oleh pamannya, tentu saja tanpa sepengetahuan orangtua Junhui yang tinggal di China.
"Mana?"
Junhui langsung menunjuk pada panggung diujung ruangan ketika Seungkwan datang dari atas. Di sana tampak Hansol yang menari-nari dengan gila, mengganggu acara band rock yang sedang memainkan lagunya, namun membuat teriakan semakin membahana karena tingkah gilanya.
"Ya ampun, sumpah! Gue nggak habis pikir, kapan sih lo mau tobat. Mabuk mulu kerjaannya, pantes aja bodoh nggak ketulungan!"
Seungkwan berulang kali menoyor gemas kepala Hansol, pemuda yang sudah hangover berat tersebut tidak merespon, hanya terdengar suara cegukan beberapa kali dan igauan tidak jelas dari mulutnya. Junhui dengan cekatan membantu Seungkwan memapah Hansol menaiki tangga untuk keluar dari club. Sesampainya di tempat parkir, tiba-tiba Hansol berdiri tegak, dia menatap sekeliling mengundang tanya pada dua pemuda yang masih merangkulnya.
"Jisoo Hyung,,,, mana?"
"APA?!" Dua pemuda berbeda tinggi tersebut berteriak bersamaan.
"Gue tadi ke sini sama dia, hiks!"
"Gila lo ya ngajakin Jisoo Hyung kesini. Bener setan ni anak, bisa-bisanya ngajakin malaikat dateng ke tempat laknat!" Junhui misuh-misuh sangking keselnya sama kekasih dari sahabatnya itu.
"Eh, lo cari Jisoo Hyung ya? Gue bakal urus nih curut."
Junhui mengangguk, dia pun segera berlari menuju pintu di samping cafenya, jalan menuju ke club. Namun belum sempat ia menuruni tangga telinganya mendengar suara familiar seseorang, meskipun dirasa sangat tidak jelas karena sepertinya orang tersebut sedang mabuk berat.
"Euungghh, t-ttung-gu, jj-janganh."
Dan Junhui terlambat sepersekian detik untuk menyadari bahwa Jisoo sudah pergi dengan mobil bersama seorang pria.
.
Tok.. tok.. tok... tok...
"Hyung, yaampun! Di kamar mandi aja lama banget sih? Lo semedi apa nyari pesugihan!"
Jisoo tersentak. Lamunannya buyar seketika. Sebenarnya ia masih tak percaya pada benda mungil yang tengah ia pegang saat ini, dua garis merah diujungnya membuat jantungnya berdentum-dentum tak karuan. Keringat dingin sudah membasahi seluruh tubuhnya, ia bahkan tak bisa menangis, apalagi yang harus ia lakukan? Ini sudah lebih dari seminggu semenjak kejadian di mana ia terbangun dalam keadaan telanjang, seorang diri di sebuah kamar hotel yang tak jauh dari club Junhui yang terpaksa ia kunjungi bersama Hansol. Kilasan ingatannya memutar jelas kejadian malam itu, seakan pria tersebut benar-benar berbisik ditelinganya saat ini.
"Sebut namaku sayang, teriakkan namaku dengan suara seksimu."
"Cheoll-aahhh..."
"Yaampun Hyung! Buruan!" teriakan Hansol entah yang keberapa kalinya, kembali menarik Jisoo pada kenyataan. Dia membuka pintu, dan didapatinya wajah masam Hansol.
"Ck! Ayo Hyung. Kita harus segera mengambil barang-barangku, aku akan tinggal disini sampai proses perceraian orangtuaku selesai."
Jisoo hanya mengangguk, mengikuti Hansol yang kini menyeretnya keluar apartemen. Tangan kirinya menyembunyikan testpack didalam saku jeans yang ia gunakan.
.
"L-lo y-yakin ddya Babe lo?" Jisoo menggoyangkan lengan kiri Hansol dengan tidak sabar, menimbulkan ringisan ketidaknyamanan dari sang pemilik lengan karena cengkeraman Jisoo bisa dikatakan begitu kuat.
"Ya gue yakinlah, gimana sih Hyung! Emang gue amnesia? Ck, lepasin napa Hyung."
Jisoo masih enggan melepaskan cengkeraman serta goyangan tangannya pada lengan Hansol. Dia masih menatap tak percaya pada pria yang kini berdiri di hadapannya dengan wajah sama shocknya dengan dirinya.
"Kalian ini kenapa sih? Kok pada bengong?" Hansol menatap Babenya dan Jisoo bergantian, sambil berusaha melepaskan cengkeraman Jisoo dengan tangannya yang bebas.
"B-be-bberrarrtii GUE HAMIL SAMA BABE LOOOO???"
Dan Jisoo sukses pingsan di tempat meninggalkan dua laki-laki dengan tampang shock mereka.
.END.
08/06/17 – 22:02
Kalau ditanya mengapa Jisoo sudah mempersiapkan testpack padahal baru seminggu ia tidur dengan seseorang? Jawabannya karena Jisoo tahu ia bisa hamil, so selama ini ia benar-benar menjaga diri atas keadaan 'unik' pada tubuhnya, sampai ia kebablasan gara-gara Hansol. Hehehe.
KAMU SEDANG MEMBACA
[COMPLETE] LOVE
FanfictionInilah kisah tentang kita. Tentang manis-pahitnya cinta kita. Fict ini aku dedikasikan buat para KrisHo shipper. Fighting 100! COMPLETE!!!