tiga belas.

9.6K 2.5K 578
                                    

day ten, story nine, park jisung
"park jisung," gumam lucy. gadis itu sudah berdiri di depan kamar yang dimaksud.

kamar yang nggak boleh dimasukin, batinnya.

gadis itu menekan gagang pintu, "aneh," ujarnya, "kenapa nggak dikunci? apa sengaja dibuka?"

oke, lucy kira 'kamar yang tidak boleh dimasuki' itu bakal dikunci dan lucy harus setengah mati lagi mencari si kunci.

lucy mendorong pelan pintu dan mulai melangkah masuk, "permisi," ujarnya.

gadis itu terdiam begitu melihat seorang sedang terbaring di atas tempat tidur dalam posisi tak bergerak sama sekali.

"park jisung?" panggil lucy tapi tidak ada jawaban.

gadis itu melangkah mendekat ke samping tempat tidur. matnya membelak dan mulutnya ternganga melihat wujud pemuda bernama park jisung itu.

"jisung?" panggilnya lagi dan yang baru lucy sadari adalah, "kenapa dadanya nggak gerak? apa dia udah mati?" gumamnya.

tubuh jisung tampak kaku dan matanya terpejam. wajahnya sangat pucat dan tubuhnya hampir berwarna putih.

"yakali diawetin," ujar lucy, ngomong sendiri.

lucy memperhatikan pemuda itu dari atas sampai bawah. matanya berhenti di tangan kiri jisung yang tampak menggenggam sesuatu.

dengan cepat ia segera menarik secarik kertas dari genggaman tangan jisung yang agak longgar.

gadis itu jadi berspekulasi sendiri, "kalau diawetin, harusnya bunda sadar ada kertas ini tapi kertasnya ada. berarti ada orang lain yang pernah berhasil ke kamar ini? mungkin salah satu dari 'mereka?' pasti-pasti," ujarnya, meyakinkan diri sendiri.

lucy segera meninggalkan kamar. tak lupa kembali menutupnya dan mengecek sekali lagi kalau pintu benar-benar tertutup.

dengan cepat ia masuk ke kamarnya sendiri dan membuka kertas yang ia dapat dari genggaman tangan si pemuda bernama park jisung,

150417

"satu-lima-kosong-empat-satu-tujuh. satu-lim-, lima belas, empat, tujuh belas. lima belas april dua ribu tujuh belas!"

[iv] a story to tell.✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang