empat belas.

10.3K 2.7K 1.4K
                                    

night ten, last story, yoon bora
malam itu anak-anak panti berkumpul bersama di ruang tengah. jam tujuh malam dan bunda masih belum menampakan diri di rumah.

"apa lo akhirnya nemu sesuatu?" tanya guanlin, pemuda itu duduk di samping kiri lucy.

"gue berhasil baca diary bunda. ini yang gue dapet," mulai gadis itu.

"dulu namanya panti asuhan ulgosipjianha dan sebelum kita, bunda punya tiga belas anak asuh tapi suatu malem, mereka semua meninggal."

"polisi nggak bisa nyelesain kasusnya karena emang nggak jelas. seakan-akan mereka tiba-tiba aja mati. kasus ditutup dan bunda nggak terima."

"bunda sempet nyari barang bukti sendiri, siapa tau polisi kelewatanㅡsekalian beres-beres rumah. di dalem gudang, bunda nemu buku sama boneka lusuh."

"setelah dibaca, ternyata itu diary punyanya orang lain yang bunda sama sekali nggak kenal. milik, jung chaeyeon dan setelah dibaca, sebagian besar isinya tentang hitori kakurenbo."

"hitori kakurenbo? apaan?" tanya herin, mendekatkan diri karena gadis itu juga semakin larut dalam cerita.

"menurut diary sih, artinya hide and seek alone. kalau dari peraturannya, itu permainan petak umpet sama boneka. jadi yang jadi penjaga itu boneka yang udah dimasukin arwah," jelas lucy, sambil sesekali mengingat-ngingat.

memastikan ia menceritakan semuanya ke anak-anak yang lain.

"nggak tau pastinya gimana tapi bunda menyimpulkan kalau malam sebelum anak-anak panti meninggal, mereka main permainan itu dan kebetulan bunda lagi ada urusan di luar kota."

"abis gitu tulisan bunda mulai kacau tapi intinya, bunda terus-terusan keinget sama anak-anaknya. akhirnya dia marah dan kecewa, kalian jadi pelampiasannya."

"seungkwan! seungkwan itu nama salah satu anak panti yang dulu," ujar lucy lagi, ingat kalau beberapa hari lalu daehwi sempat menyebut nama itu.

"dan terakhir, gue nemuin ini," tambahnya, mengangkat secarik kertas yang terlihat agak lusuh.

lucy segera memberikan kertas itu pada jeongin yang ada di hadapannya. daehwi dan somi yang ada disamping pemuda itu langsung mendekat, ikut membaca isi kertas.

"satu, lima, kosong, empat, satu, tujuh. lima belas april dua ribu tujuh belas," ujar lucy, menyuarakan isi kertas.

"itu hari dimana anak-anak panti bunda meninggal dan kertas itu ada di tangan park jisung. dia orang yang ada di dalem kamar yang-nggak-boleh-di-masukin. ka-,"

"park jisung itu satu-satunya orang yang hampir berhasil keluar," potong samuel, "dia kabur karena kita. karena bunda ngelakuin ini ke gue dan kyla," tambahnya.

"jisung udah berhasil buka gerbang tapi ternyata bunda udah ada di rumah. besoknya, bunda bilang kalau jisung ada di 'kamar di ujung lorong.' katanya jisung lagi tidur dan nggak boleh di ganggu."

"tapi ternyata dia udah mati?" tebak lucy, kyla mengangguk.

"bunda pernah bilang gini waktu ada yang berhasil nemuin jisung. 'sengaja bunda taruh situ, untuk kenang-kenangan.' maksudnya kenang-kenangan, hampir berhasil kabur," kali ini gantian herin yang menjelaskan.

lucy tampak berpikir, "ini sandi gerbangnya!" pekik gadis itu, "kita bisa keluar dari sini! ayo! mumpung bunda masih pergi."

gadis itu semangat tapi anak-anak panti yang lain tidak. semuanya menatap lucy sambil sesekali tersenyum sedih,

"lo yang harus pergi cy. kita nggak bisa pergi dari sini."

[iv] a story to tell.✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang