Ada yang kangen?
NGGAAAKKKK
Hanna tersentak.
Beberapa bulir keringat jatuh di dahinya. Dia baru saja mendapat mimpi buruk. Dadanya bahkan sudah berdegup sangat cepat. Napasnya naik turun, Hanna benar-benar seperti baru saja berlari.
Matanya melirik ke arah jam weker diatas nakas. Waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh pagi. Hanna mengernyit, dia sudah bangun terlambat. Neneknya pasti kerepotan.
Untuk sementara waktu, dia masih menganggur. Dan tentu saja, dia sudah berhenti bekerja pada Soonyoung. Sudah beberapa surat kabar yang ia baca untuk mencari lowongan pekerjaan, namun dia belum mendapatkan satu pekerjaan pun.
Entahlah, Hanna juga sedikit bingung. Namun, dia kembali mengintropeksi dirinya sendiri. Mungkin saja dia memang kurang cakap dalam pekerjaan yang ia mau. Usahanya untuk mencari pekerjaan tetap berlanjut.
Pagi ini cukup berbeda.
Neneknya tidak ada di rumah. Wanita paruh baya itu meninggalkan memo di pintu kulkas. Mengatakan bahwa ia sedang pergi menjenguk salah satu tetangga yang sakit. Namun, neneknya akan pulang terlambat mengingat dia akan menghadiri suatu acara setelah menjenguk tetangganya.
Hanna mengikat rambut panjangnya. Dia lantas memasak air, menyiapkan satu teko teh manis hangat, dan mulai mengoleskan beberapa lembar roti dengan selai stroberi.
"Soonkyung, ayo kita sarapan!"
Tidak ada jawaban.
Hanna mengernyit. Kenapa Soonkyung tidak menjawab panggilannya? Hanna menepuk keningnya. Sekarang pukul sepuluh. Tentu saja, Soonkyung ada di sekolah.
"Aku bakal masakin nasi goreng kesukaannya nanti."
Suara ketel berbunyi. Hanna mengernyit lagi. Kenapa suaranya sangat berbeda pada ketel yang biasa digunakan untuk-
Hanna lupa lagi. Dia sudah tidak berada di rumah Soonyoung.
Dia menunduk dan tersenyum kecil. "Kenapa gini aja lupa, sih? Padahal udah jelas-jelas kamu di rumah nenek. Tadi juga abis baca memo, kan?"
Dia bergumam sendiri. Pikirannya sedikit terganggu. Entah kenapa, dia masih membayangkan rumah Soonyoung disini. Sudah cukup lama dia memutuskan kontak pada kekasih sipitnya itu. Mungkin, sudah dua minggu.
Dan tentu saja, dia merindukan Soonkyung.
Dia bahkan beberapa kali memimpikan Soonkyung. Soonkyung yang memanggil namanya, Soonkyung yang memakan masakannya, dan Soonkyung yang menangis karena merindukannya.
"Mama, ayo balik lagi ke Soonkyung! Soonkyung kangen sama mama."
Itu sedikit mengingatkan Hanna pada mimpinya semalam. Saat Soonkyung tiba-tiba datang ke hadapannya seorang diri. Menangis tersedu-sedu tanpa Soonyoung di sebelahnya. Mengatakan bahwa gadis kecil itu sangat merindukan Hanna dan juga kehadiran gadis polos itu di rumahnya lagi.
Ingatan Hanna tentang mimpi semalam kembali muncul. Bahkan Soonyoung pun juga ikut hadir disana.
"Kalo seandainya aku mati, kamu mau dateng ke pemakaman aku?"
Hanna menggeleng kuat-kuat. Dia lantas mengacuhkan mimpi anehnya itu. Karena jujur saja, dia sering memimpikan Soonyoung. Apalagi, jika Soonyoung sudah mengatakan bahwa ia sebentar lagi akan mati.
Itu sudah berhasil membuat Hanna khawatir.
Namun dia sadar, dia bukan lagi menjadi bagian hidup Soonyoung. Dia sudah mantap akan pilihannya dan ia pikir, Soonyoung sudah merusak kebahagiaannya sejak kecil. Hanna tidak mau berhubungan lagi dengan laki-laki sipit itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ciao Soonyoung [✔]
Фанфик[ 2nd Ciao Seventeen Series ] Kwon Soonyoung, duda beranak satu berusia 29 tahun, yang bekerja sebagai seorang pemimpin perusahaan di suatu perusahaan terkenal di Seoul. Hari-harinya hanya dihabiskan bersama putri tercinta, Kwon Soonkyung. Hingga ak...