19. Run to You

5.3K 953 103
                                    

"Serius, Hao?" Suara Junhui meninggi. "Surat itu beneran palsu?"

Junhui bisa mendengar suara helaan napas di seberang. Minghao membuka suara. "Yaiyalah, lo nggak percaya? Ada beberapa perbedaan sama tulisan Jihyun yang udah gue teliti. Kalo gue perhatiin dari catetan-catetan Jihyun sebelumnya, dia sering banget ngukir tulisannya. Tapi disini nggak. Lagian si Soonyoung kok goblok banget, sih, tulisan istri sendiri aja nggak hapal."

Junhui terkekeh geli.

Ucapan Minghao memang sudah menggambarkan betapa anehnya Soonyoung semenjak bertemu Hanna. Dia bahkan mulai melupakan apapun tentang Jihyun. Perhatiannya kini hanya berfokus pada Hanna.

"Ya intinya lo nggak usah kebanyakan nanya, surat itu 100% palsu. Gue terlalu males ngejabarinnya. Nanti gue email aja apa buktinya. Udah, ya! Suruh si sipit itu transfer duit ke rekening gue."

Minghao terkikik. Bagaimana pun, dia juga cukup dekat dengan sosok Soonyoung. Walaupun dulu dia selalu kalah dari laki-laki sipit itu. Namun, hubungan mereka masih terjalin dengan baik.

Junhui mengucapkan banyak terima kasih pada sepupunya itu. Sambil mengajaknya bertemu dan tentu saja ia mengatakan akan mengajak Soonyoung.

"Atur aja dimana. Nanti tinggal hubungin gue."

Junhui mengiyakan. Dia segera mematikan telepon dari Minghao tersebut dan buru-buru menghubungi Soonyoung untuk berita menyenangkan seperti ini.

-Ciao Soonyoung-

Tatapan tajam itu sudah Soonyoung terima dalam beberapa menit. Ketukan kaki Soonyoung bahkan mengeluarkan irama saking gugupnya ia sekarang. Sebuah tepukan hangat mampir di pundaknya. Memberikan semangat kepada laki-laki sipit itu untuk tetap tenang.

"Santai aja, nenek nggak suka makan daging hamster, kok!" bisik Hanna.

Dan Soonyoung hanya tersenyum tipis ketika mendengar ocehan kecil itu. Hanna memang tahu, apa yang sedang ia rasakan sekarang.

Soonyoung menatap ke arah nenek Hanna yang sudah ada di depannya. Menatap Soonyoung dengan tatapan malaikat maut itu awalnya membuat Soonyoung merinding. Namun dengan sentuhan singkat Hanna barusan, membuat Soonyoung sedikit tenang.

"Masih berani kamu deketin cucu saya?" Wanita paruh baya itu membuka suara. "Setelah apa yang udah kamu lakuin 10 tahun yang lalu sama dia? Masih belum puas dengan ngambil orang tuanya dari saya? Dan sekarang kamu mau ngambil cucu saya satu-satunya sebagai istri?"

Ucapan panjang nan menyakitkan itu bisa Soonyoung terima dengan baik. Dia sudah biasa mendengar beberapa pernyataan menyakitkan akhir-akhir ini. Dia tidak terpengaruh sama sekali. Dipikirannya sekarang, hanya ada bagaimana cara menaklukkan hati nenek Hanna agar beliau merestui hubungannya bersama Hanna.

Hanna sudah berhasil kembali ke hatinya. Dan ia harus membujuk wanita itu agar merestui hubungan mereka.

"Nek."

Suara Soonyoung bergetar. Hanna malah menggenggam tangan Soonyoung seolah memberikan semangat pada laki-laki sipit itu. Senyum Hanna begitu sejuk. Dan Soonyoung kembali menemukan dirinya sendiri.

"Maaf, karena saya udah ngelakuin hal yang fatal. Saya ngaku salah, dan saya bener-bener nyesel udah ngelakuin hal kekanakan itu 10 tahun yang lalu." Soonyoung menghela napas panjang.

"Tapi, saya pernah ketemu Hanna saat dia berusia 10 tahun. Dan saya udah janji sama dia, saya bakal ngebahagiain dia bagaimana pun caranya. Dan saya yakin, kebahagiaan Hanna itu cuma satu, yaitu menjadi pendamping hidup saya dan ibu untuk anak-anak saya."

Ciao Soonyoung [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang