"Soon, papa kamu mau ngomong."
Soonkyung yang sedang asyik memainkan bonekanya di ruang tengah tiba-tiba langsung berlari ke dalam kamarnya, dan mengunci pintunya rapat-rapat.
Hanna menghela napas melihatnya. "Dia masih ngambek, pak."
Hanna bisa mendengar desahan panjang Soonyoung di seberang. Suara helaan napas khawatir ketika mendengar ucapannya itu.
Hanna mengerti, apa yang sudah terjadi dengan ayah dan anak itu. Mengingat Soonyoung tidak pulang ke rumahnya selama seminggu penuh hanya untuk mengurus pekerjaannya. Maka dari itu, bidadari kecilnya enggan berbicara dengannya selama di telepon.
Salahkan saja klien Soonyoung kali ini yang meminta banyak permintaan dalam bulan ini. Menuntut Soonyoung harus memenuhinya segera agar perusahaannya tidak mengalami kerugian. Dan akhirnya, membuat si papa muda itu harus menginap di kantornya selama seminggu.
"Maafin papa, Sayang. Papa nggak sempet pulang dulu kemarin. Ini penting soalnya, kamu ngertiin papa, kan?"
"Papa kerjanya ditemenin siapa? Sama om Junhui, kan?"
"Bukan, tapi sama tante Jennie."
"Papa nggak usah pulang aja. Biar aku sama kak Hanna aja di rumah." Soonkyung membanting teleponnya.
Itulah riwayat percakapan antara Soonyoung dan anaknya enam hari yang lalu. Soonyoung yang mendengarnya hanya tersenyum kecil. Memang, putri kecilnya ini sangat tidak menyukai Jennie. Bahkan Soonkyung lebih memilih untuk tinggal bersama ibu Soonyoung, neneknya, dibanding harus berada dalam satu atap bersama Jennie.
Memang, selama seminggu ini Jennie lah yang pergi ke rumah Soonyoung sekedar untuk mengambil pakaian kekasihnya itu. Soonyoung menolak Hanna yang mengantarnya karena ia ingin Hanna berfokus untuk mengurus Soonkyung.
Dan sekarang setelah seminggu berlalu, Soonkyung masih enggan berbicara pada ayahnya. Itulah yang membuat Soonyoung semakin khawatir dan pekerjaannya sedikit terhambat. Dia merindukan suara Soonkyung dan ingin cepat pulang ke rumah dan bermain sepuasnya bersama anak gadisnya.
"Tapi, dia makannya cukup, kan?" tanya Soonyoung.
"Bapak tenang aja, Soonkyung makannya cukup, tidurnya juga, Soonkyung baik-baik aja pokoknya." Hanna menggantungkan ucapannya. "Hm, kira-kira bapak kapan pulang?"
Entah mengapa, Soonyoung jadi membeku seketika. Suara halus Hanna di seberang terdengar seperti sengatan listrik yang membuat Soonyoung langsung terdiam. Soonyoung terheran-heran.
"N-nanti sore."
Ah, kenapa Soonyoung jadi gugup seperti ini?
Hanna terkekeh pelan. "Kalo begitu, bapak mau saya masakin apa?"
Soonyoung meneguk salivanya kasar. Dia bisa mendengar hembusan napas Hanna di telepon. Sedikit melupakan perkejaannya yang hampir selesai, dan terlalu terfokus pada anaknya. Namun, kini semuanya mulai buyar hanya gara-gara kalimat singkat dari Hanna.
"Saya suka ayam kecap, Soonkyung juga. Menunya itu aja, deh, untuk malem ini."
"Siap, laksanakan perintah! Cepet pulang, ya, pak! Soonkyung masih ngambek. Saya bingung mau ngebujuknya gimana."
Tawa Soonyoung mulai terdengar. Hanna ikut tertawa karena membayangkan betapa lucunya mata Soonyoung yang menghilang ketika dia mulai tertawa. Dan jangan lupakan, pipi tembamnya. Benar-benar sama persis dengan Soonkyung.
"Kalo begitu, jaga diri kamu sama Soonkyung. Sebentar lagi saya pulang."
-Ciao Soonyoung-
KAMU SEDANG MEMBACA
Ciao Soonyoung [✔]
Fanfiction[ 2nd Ciao Seventeen Series ] Kwon Soonyoung, duda beranak satu berusia 29 tahun, yang bekerja sebagai seorang pemimpin perusahaan di suatu perusahaan terkenal di Seoul. Hari-harinya hanya dihabiskan bersama putri tercinta, Kwon Soonkyung. Hingga ak...