18. Believe

5.2K 926 60
                                    

Rona merah bisa terlihat jelas disana.

Saat dimana Soonyoung melihat Hanna dengan jarak sedekat ini. Mencium kening gadis itu dengan lembut dan berakhir dengan pelukan hangat yang didapatkan oleh si gadis mungil. Membuat pipinya memanas seketika.

"Sengaja aku lakuin itu, biar kamu nggak bisa lupain aku gimana pun caranya."

Itu kata Soonyoung.

Yang berhasil membuat Hanna membenarkan ucapannya. Tautan singkat itu merubah semuanya. Merubah perasaan atas Soonyoung dan membenarkan bahwa laki-laki itu serius dengannya. Hatinya melemah dengan genggaman tangan itu.

Hanna bisa merasakan bagaimana tulusnya seorang Soonyoung disana.

"Aku tulus cinta sama kamu. Dan soal kejadian dimana orang tua kamu meninggal, itu murni kesalahan kami bertiga. Aku emang salah, tapi ini nggak salah aku sepenuhnya. Kalau kamu nggak percaya, aku bisa buktiin semuanya. Kamu bisa periksa bukti-bukti yang ada dan-"

"Aku percaya sama kamu, Soon."

Mata sipit itu melebar. Kata-kata halus yang keluar dari bibir Hanna membuat ledakan besar di kepalanya. Dia tidak salah dengar, kan?

Soonyoung tidak salah dengar soal Hanna yang kembali memanggilnya dengan panggilan kesayangan itu?

Soonyoung kembali menceritakan masa lalu mereka. Saat dimana Soonyoung dengan tidak sengaja mengalami kecelakaan yang juga melibatkan orang tua Hanna. Dilanjutkan dengan kematian orang tua Hanna yang juga menyangkut pautkan Soonyoung. Soonyoung menceritakan semuanya tanpa ada yang ditutupi.

"Kamu masih inget, waktu kak Yuri bilang kamu udah selamatin Soonkyung?"

Hanna mengangguk. Dia bisa mengingat jelas dimana saat Yuri mengatakan bahwa Hanna sudah menyelamatkan Soonkyung dahulu. Saat Jihyun masih hamil besar anak pertamanya dengan Soonyoung dan Hanna datang ketika Jihyun kesulitan berjalan di tengah derasnya hujan.

Soonyoung menceritakan semuanya. Tentang Hanna yang membantu Jihyun untuk membawakan tas miliknya. Tentang Hanna yang tidak melepaskan genggamannya pada tangan Jihyun. Hingga akhirnya, guru Bahasa Inggrisnya itu mulai merintih kesakitan karena hendak melahirkan.

Apa yang ada di pikiran seorang anak kecil ketika mengetahui seorang dewasa yang akan melahirkan?

Soonyoung bahkan tidak kuat untuk menceritakannya lebih lanjut. Dia memejamkan matanya sambil membayangkan bagaimana sulitnya Hanna membantu Jihyun yang akan melahirkan kala itu. Bagaimana sulitnya Hanna yang berlarian meminta tolong di tengah derasnya hujan.

Bocah kecil itu melangkahkan kakinya meminta pertolongan orang-orang. Hanna kecil yang tulus menolong guru Bahasa Inggrisnya yang sedang berjuang ditengah sakitnya akan rasa ingin melahirkan.

"Miss Jihyun? Miss jangan nangis, ya? Nanti kalo adeknya ikut nangis gimana?" celotehan kecil itu membuat Jihyun sedikit tenang. Dia awalnya panik, apalagi dia berada dalam posisi bersama seorang bocah yang ada di sampingnya.

Perempuan muda itu tersenyum.

Hingga akhirnya ketika Jihyun sampai di rumah sakit, dia langsung mendapatkan perawatan. Melakukan operasi caesar untuk mengeluarkan seorang malaikat kecil dari dalam perut istri Soonyoung itu. Sampai pada akhirnya Soonyoung tahu, siapa yang sudah menyelamatkan keluarganya.

Itu Hanna.

Orang yang sudah ia ambil kebahagiaannya. Namun dengan polosnya, dia malah menyelamatkan harta terindah milik Soonyoung. Maka dari itu, bertambah pula hutang Soonyoung pada Hanna.

Hanna sedikit mengalami masalah pada ingatannya. Makanya, dia tidak mengingat Soonyoung saat laki-laki itu menyapanya dulu. Soonyoung ingin berterima kasih karena Hanna sudah menyelamatkan Jihyun dan anaknya.

Namun saat Soonyoung ingin mengucapkan terima kasih, dokter keluar dari ruangannya dan mengatakan bahwa Jihyun tidak bisa diselamatkan. Dia mengalami pendarahan hebat saat melahirkan putrinya. Dia meregang nyawa sepuluh menit ketika Soonkyung berhasil lahir ke dunia.

Jihyun menghembuskan napas terakhirnya.

Meninggalkan Soonyoung yang hidup seorang diri bersama anak satu-satunya. Dengan hutan besar kepada seorang bocah bernama Hanna.

-Ciao Soonyoung-

"Jadi, kamu tau apa pengaruh kamu di kehidupan aku sebelumnya?" tanya Soonyoung. "Kamu ngajarin aku apa pentingnya hidup, kamu nyelamatin Soonkyung, dan kamu juga ngasih tau aku kalo banyak pelajaran yang bisa aku ambil dari kejadian-kejadian yang pernah aku alami sebelumnya."

Genggaman tangan itu mengerat. Hanna bisa merasakan hawa dingin disana. Merasakan tangan dingin Soonyoung yang sedang menunduk sekarang. Mengatakan bahwa ia juga menyesal kenapa ia baru saja menyadari perasaannya begitu terlambat. Saat Hanna mulai beberapa hari bekerja bersamanya.

Andai Soonyoung bisa membahagiakan Hanna sejak ia masih kecil. Mungkin, hutangnya tidak akan sebesar ini.

"Maka dari itu, aku mau ngebales semua perlakuan kamu sekarang. Aku mau ngebales semuanya, Han." Ucapan itu terputus. Soonyoung mengatur napasnya perlahan.

"Nikah sama aku, ya?"

Air mata itu keluar dengan perlahan. Hanna merasakan haru yang begitu kuat. Hatinya kembali melemah dengan ucapan Soonyoung barusan. Dia mencoba meyakinkan dirinya sekali lagi. Dua sisi hatinya berkata lain. Mengatakan bahwa ia harus menolak Soonyoung karena laki-laki itu sudah membuat orang tuanya meninggal. Namun di sisi lain, hatinya mengatakan bahwa ia akan percaya pada Soonyoung dan melanjutkan rasa cintanya pada duda berusia 29 tahun itu.

"Tapi, gimana sama surat dari Miss Jihyun itu?" tanya Hanna. Dia bahkan masih bisa mengingat masalah apa yang Soonyoung alami bersama mantan pacarnya dulu. "Jennie bilang, kamu harus nikahin dia."

Soonyoung mengangkat bahu. Namun, wajah serius kini terlihat di wajahnya. Mengatakan bahwa ia sudah melakukan sesuatu hingga Hanna tidak perlu khawatir lagi memikirkan rencana-rencana apa saja yang akan dilakukan oleh Jennie.

"Aku bahkan nyewa seorang pengacara buat mastiin kalo surat itu palsu. Jihyun nggak ninggalin apapun. Aku yakin, itu cuma akal-akalan Jennie aja."

Hanna memiringkan kepalanya. "Kamu tau darimana?"

"Feeling?" Soonyoung menaikkan sebelah alisnya.

"Kalo ternyata itu beneran gimana?"

Soonyoung malah tersenyum. Dia bisa merasakan keraguan Hanna akan hal itu. Namun sebisa mungkin, Soonyoung mengatakan bahwa semuanya akan baik-baik saja.

"Kamu nggak perlu mikirin apapun. Sekarang tugas kita cuma satu, yaitu ngeyakinin nenek kamu buat ngerestuin hubungan kita."

Hanna terkekeh. Ucapan Soonyoung barusan malah membuatnya tertawa. Sesekali dia memukul dada Soonyoung karena dia terlalu geli.

"Emangnya aku udah nerima kamu lagi, hah?" tanya Hanna. Dia mengerutkan dahinya lucu.

Soonyoung malah memeluk tubuh mungil itu. Memeluknya erat seakan tidak ingin melepaskannya saat itu juga.

"Dari cara kamu mandang aku pun aku udah tau, kalo kamu udah nerima aku lagi." Soonyoung mengeratkan pelukannya. "Makasih."

Hanna langsung saja membalas pelukan itu dengan tidak kalah erat. Hatinya mencoba menyakinkan dirinya lagi. Mengatakan bahwa keputusan yang ia ambil sudah benar dan tidak akan menyesalinya lagi.

Yaitu menerima Soonyoung kembali di kehidupannya.

"Makasih udah kembali ke aku. Aku janji, aku akan ngebales semua yang udah kamu kasih ke aku. Sekali lagi, makasih. Aku sayang kamu."

-Ciao Soonyoung-

































Tenang aja, dikit lagi end

Ciao Soonyoung [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang