"Mampus, ayah gabisa jemput. Mana udah malem lagi." Yoojung merutuki dirinya sendiri, percuma saja ia ikut ke rumah Doyeon untuk sekedar melihatnya di tembak seorang laki-laki.
Yoojung kan jomblo. Mana tahan dia.
"Ah anj-astaghfirullah Kinan gabole ngumpat."
Hari ini, Yoojung sial banget. Bukan cuma gak bisa pulang, hpnya juga lowbatt jadi ia tidak bisa menghubungi siapapun untuk menjemputnya.
Yoojung pasrah, ia akhirnya memutuskan untuk berjalan sampai halte bus. Baru saja melangkah, Yoojung di cegat oleh dua orang siswa laki-laki, yang pasti bukan berasal dari sekolahnya karena seragam mereka berbeda.
"Mau pulang, neng? Aa anter ya? Gabaik lho cewek pulang malem."
Yoojung berbalik arah, mencoba mempercepat langkahnya. Tapi kedua laki-laki tadi tidak membiarkannya pergi begitu saja, "ey, ditawarin baik-baik malah dicuekin. Aa kasarin ya, neng?"
Ia mulai berlari, tapi semua sia-sia karena langkah kaki mereka lebih cepat. Yoojung terus berdoa dalam hati agar ada orang yang menolongnya. Satu orang saja, Yoojung sudah sangat bersyukur. Tiba-tiba salah satu dari mereka terjatuh, Yoojung tak peduli dan tetap berlari.
Grep.
Yoojung terhenti di pelukan seseorang, ia segera menendang anak laki-laki yang mengejar Yoojung tadi.
Yoojung melongo tidak percaya ketika melihat siapa yang tadi menghentikannya berlari, Yoojung tidak salah lihat kan? Ini juga bukan mimpi kan?
"Lo siapa sih? Kenapa ikut campur urusan kita?!" Ucap salah satu preman, ia memegangi perutnya yang terkena tendangan.
"Gue calon imamnya, napa lo?"
"Cih, minggir gak lo!"
"Jangan macem-macem sama dia atau kalian bakal abis?!"
Yoojung tidak mampu berkata-kata, wajahnya pucat.
'Si banci itu, bisa berantem?'
Ia masih tak percaya, laki-laki yang sering mengedipkan mata kepada semua orang di sekolah itu benar-benar ada di hadapannya. Bahkan menolongnya.
Ini gila.
Dia Jihoon Nathanino kan?
Apa jangan-jangan, kalau malem dia jadi Jihoon dan kalau siang dia jadi Jihan. Eh
"Sakit bego!"
"Udahlah kita pergi aja!"
"Awas kalian ya!"
Mereka berdua pergi dengan wajah babak belur.
"Lo gapapa kan?"
Yoojung mengangguk, darah yang mengalir di ujung bibir Jihoon menarik perhatiannya. Ia meringis seolah merasakan bagaimana sakitnya, "lo gapapa?"
👫👫👫
"Ah aduh."
"Ih diem bentar!"
"Sakit be--awh."
"Ngomong kasar gue timpuk nih!"
Karena merasa bersalah sudah membuat Jihoon terluka, Yoojung mengajaknya mampir ke minimarket, mengobati lukanya.
Jihoon tidak terluka terlalu parah, ia hanya lebam di pipi dan sudut bibirnya terus mengalirkan darah. Dengan telaten Yoojung mengusap bekas darahnya, tapi entah kenapa tidak mau berhenti.
"Calon imamnya Andien Yoojung Kinanthi janji kok gabakal kedip sana-sini lagi. Sekarang mata Nathan cuma fokus sama Kinan. Ok? Kinan jangan bosen ya Nathan kedipin."
Yoojung hampir saja mau ngakak sebelum tangannya digenggam Jihoon. Dia speechless.
"Gue gak banci kok, suer! Gue ngedipin mereka karena abis itu mereka senyum ceria banget. Makanya gue kedipin setiap hari."
"Gue... gananya tuh."
"Ya kan awal mengenal lebih jauh. Biar calon makmumnya Jihoon Nathanino gak salah paham."
Yoojung ketawa.
Ya, terima kasih sama calon imamnya Andien Yoojung Kinanthi sudah membuat calon makmumnya Jihoon Nathanino tertawa sebahagia ini.
kinan_y
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
❤ 67.009 likes
kinan_y cowok imut ini ternyata jago berantem ♡'･ᴗ･'♡
