4 : Lost

1.3K 178 57
                                    

⬆⬆⬆
>>disarankan putar mulmed dan baca pelan-pelan, makasii:)<<















Semuanya kembali seperti semula malam itu. Malam dimana bintang-bintang menari di atas derasnya hujan. Seolah merayakan kedatangan seseorang yang paling kusayangi ke sisi mereka.

Aku masih mengingat betapa hangat peluknya, betapa bahagia senyumnya. Ingatanku kembali pada malam itu, dimana untuk pertama kalinya aku mengaku mencintainya. Dan semuanya menjadi berantakan.

"Kinan!" Aku mendongak, air hujan mulai menghantam wajahku. Samar-samar kudengar suara Jihoon memanggil namaku berulang kali. Tapi ia dimana? Kenapa hanya ada suara tanpa raga.

Bibirku bergetar, aku mulai kedinginan. Tapi rasa dingin yang menusuk kulitku tak sebanding dengan rasa sakit yang selama ini Jihoon rasakan.

Ah, aku benci diriku sendiri.

Kenapa hanya aku yang baru tau tentang penyakitnya? Dari sekian banyak orang di dunia ini, kenapa harus ia yang menanggung sakit itu sendiri. Jihoon masih remaja, ia juga ingin bebas melakukan apa saja.

"Nat, kamu gak cari aku?" Hujan semakin deras, sepertinya langit juga merasakan apa yang aku rasakan.

Tapi sampai hujan berhenti pun, ia tak datang.

Langit yang semula menangis, menampakkan cahaya bulan tanpa ditemani para bintang. Ia sendiri, sepertiku.

"Kenapa malam ini gak ada bintang?"

"Kenapa?"

Jihoon mendongak, menatap hamparan langit tanpa kemerlap bintang, "mereka sembunyi."

"Kenapa sembunyi?"

"Mereka takut kalah bersinar sama kamu."

Kata-kata itu terus terngiang di kepalaku. Aku rindu suara itu. Aku melangkah gontai kembali ke rumah karena tak ada artinya jika aku masih disini menunggunya sedangkan ia tak mungkin datang.

Hari ini Jihoon masuk rumah sakit karena kemarin bermain hujan bersamaku. Bukan, sebenarnya hanya aku yang bermain hujan, tapi karena ia mencariku, ia juga basah kuyup. Dan... malam ini aku pergi untuk bermain hujan lagi, berharap Jihoon baik-baik saja dan mencariku seperti kemarin.

"Jangan pergi sama cowok lain!"

"Kenapa? Kamu cemburu?"

"Aku gak ada hak buat cemburuin kamu," ia menghela napas kemudian melanjutkan, "jaga diri kamu mulai sekarang."

"Loh kenapa? Kan ada kamu?"

"Gak selamanya aku ada buat kamu. Ada saatnya aku pergi dan ada saatnya kamu sendiri."

"Apasi Nat, kayak mau mati aja." Jihoon hanya tersenyum.

Seharusnya aku menyadari maksud dari kata-katanya bukan? Ia akan pergi maka dari itu ia mulai mengajariku karate untuk menjaga diri. Awalnya aku juga bingung, tapi lama kelamaan aku menyukainya karena hanya ada aku dan Jihoon di tempat latihan. Aku sangat puas melihat ia berkata serius padaku, mengajarkan ini itu dan aku suka ketika keringat membasahi wajahnya.

"Jangan nangis, air mata kamu itu mahal, gak usah nangisin orang yang bahkan gak peduli kalau kamu hilang sekalipun."

"Tapi aku cinta sama dia."

"Berhenti mencintainya, jangan sakiti hati kamu sendiri dan hati lain yang mencoba ngertiin perasaan kamu."

"Siapa?"

Dumb Dumb ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang