Bab 5

5.9K 392 1
                                    

Setelah kejadian kemaren gue lebih sering ngelamun sendiri, bahkan sekarang gue nggak fokus sama apa yang gue kerjain. Pikiran gue masih menyangkut omongannya Rama kemarin, sebenarnya alasannya apa?

Gue menggeleng mencoba meghilangkan hal itu dari pikiran gue, setelah rasa gue cukup tenang, gue pergi menuju ruangannya pak Bos untuk memberikan laporan tentang kontrak devisi bersama Golden company.

Waktu gue sampai diruangannya malah pak Bos nyebelin itu lagi tidur.

Wajahnya yang tampan itu terpatri jelas, wajah yang biasanya terkesan geram itu tampak tenang disana seolah olah tidak ada beban, dia terlihat semakin tampan saat tidur, oh astaga bentar bibir gue tadi baru saja mengagumi bos nyebelin itu.

Sebenarnya gue pengen balik aja tapi saat gue lihat dia kaya gelisah nggak nyaman sama posisi tidurnya. Gue lebih milih menggoyangkan kecil lengannya, dia menggeliat kecil ah lucu sekali.

“pak bangun ganti di sofa aja ya?”ucap gue berbisik takut mengganggu tidurnya, gue emang udah mengganggu kali ya.

“eh”wajahnya terlihat terkejut, mungkin karena  adanya gue yang lebih dekat dengannya.

Dia malah berdiri dan merapikan sedikit jasnya yang nikel-nikel akibat tidurnya tadi.

“ada apa?” tanyanya kepadaku.

“ini pak surat kontrak dengan Golden company” jawabku sambil menyodorkan laporan ke tangannya.

“oke”

“ya sudah pak kalau begitu saya permisi” ucapku sebelum berbalik meninggalkan ruangan.

Baru satu langkah suara pak Ali membuatku berbalik.

“Prill”

“Ya Pak”jawabku.

“Nanti malam kamu ada acara?”

“Emm, sepertinya tidak pak, memangnya ada apa pak?”

“saya akan mengajakmu pergi ke sebuah pertemuan”

Belum sempat gue menjawab ajakan Pak Ali, telfon disaku gue lebih dulu mendahului tertera nama Rista disana. Gue ijin keluar sebentar untuk menjawab telfon setelah dapet ijin dari Pak Ali.

“Hallo”

“Iya ada apa ris?”

“Prill, bisa ketemu sekarang nggak ada yang pengen gue omongin”

“Bentar lagi gue bisanya, sekitaran sepuluh menitan lah, belum jam pulang kantor ini.” Ucap gue setelah melirik arloji gue yang masih menunjukkan pukul 16:50 dan masih sepuluh menit lagi jam pulang kantornya.

“oh ya udah kalau gitu sepuluh menit lagi lo on the way ke kafe biasa oke?”ucap rista meminta persetujuan gue.

“oke”ucap gue seketika.

Oh ya, Rista atau Clarista Namoura Geriald, adalah sahabat gue setelah Vino. Gadis blasteran Amerika indonesia itu udah jadi sahabat gue sejak lima tahun lamanya. Dia lah yang paling ngerti gue setelah Vino pastinya. Kalau gue jabarin sifatnya gimana kalian pasti udah bisa nebak lah ya? Sosok yang tomboy dan terkesan cuek tapi mempunyai jiwa penyayang yang lebih sama gue.

Gue bergegas pergi keruangan gue dan membersihkan berkas berkas yang ada dimeja gue.

Setelah menempuh sekitar dua puluh menit, gue sampai dikafe tempat gue dan Rista ketemuan. Gue mengedarkan pandangan gue ke penjuru kafe, dan menemukan Rista sedang menyeruput minumannya. Gue segera melangkah dan mendudukkan tubuh gue dikursi.

“lo mau ngomong apa?”tanya gue langsung.

“bentar dulu napa prill, pesen dulu sono” ucapnya enteng.

“gue buru-buru Rista sayang”

“oke deh, gue mau nanya tentang..”

Gue menuggu jawaban Rista selanjutnya. Dan ternyata lanjutannya adalah

“lo putus ya sama Rama?”

“astaga ris, gue kira apa ternyata Cuma itu? Kenapa lo gak tanya lewat telfon aja sih, nggak penting tau nggak”

“Ya kan gue juga pengen ketemu lo, abisnya salah sendiri kenapa susah banget kalau diajakin ketemu” Memang benar sih gue akhir akhir ini suasah banget kalau diajak ketemu orang tapi itu karena gue sibuk!.

Setelah akhirnya gue menuntaskan pembicaraan gue sama Rista, gue lebih dulu pergi karena akan ada sesuatu yang pengen gue beli sekarang.

Saat gue keluar kafe dan duduk di halte bus, mata gue memicing menatap sosok cowok yang pernah hadir dalam hidup gue, Rama dan Hera tengah tertawa lepas, bercanda dan terssenyum ke Hera, senyum yang dulu gue nobatkan sebagai senyum yang paling indah itu memudar, canda yang paling gue rinduin tiap saat itu bukan untuk gue lagi sekarang.


Mata gue mengabur saat pandangan kami bertemu, tangan yang berada diatas paha Hera itu disingirkan, Hera yang mengalami keanehan pada kekasihnya itu lantas menoleh mengikuti pandangnya. Saat manik manik Hera melihat gue sorot matanya menajam , tanpa babibu Hera langsung memberi kecupan di Pipi Rama, pengen gue nangis rasanya sekarang.

Bagaimana dulu gue bermesraan didepan umum dan dilihat para jomblo, mungkin itu yang dirasain jomblo waktu lihat gue sama Rama bermesraan. Miris!
















“Maaf sayang membuatmu menunggu” ucap seseorang sambil mengecup kening gue.

^^^

Jangan lupa vote dan coment!.
Silahkan cek work aku ada Miracle in Love.

By: LailyNur18

Uncountable BossTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang