Surat Part 16 (lanjutan)

41 6 0
                                    

"Oh aku ingat, namamu mirip dengan teman SD ku dulu di Indonesia," ujar Bella menghancurkan harapan Tiara.

"Sudahku duga Lintang tak mungkin menceritakan tentang diriku pada pacarnya." Kata benak Tiara lirih.

Ia tak kuat berlama-lama melihat Bella. Hatinya terasa sangat sakit. Ia tak mampu untuk berpura-pura, tersenyum ramah saat pikirannya ingin sekali berteriak pada Bella bahwa Lintang adalah miliknya. Namun siapa ia untuk Lintang? Pacar saja bukan, tak tahu diri mengaku bahwa Lintang adalah miliknya. Mata Tiara mulai memanas. Ia menggosok matanya dan menepuk matanya agar tidak menangis. Tetapi rasanya ia tak mampu berlama-lama untuk menahan bendungan yang terus mendorong untuk keluar.

Tiara mengambil sebuah pena dan kertas. Ia menggambar sebuah bunga matahari, di atas bunga matahari tertulis rindu dan di bawah bunga matahari tersebut tertulis 'semangat Lintang untuk menepati janjimu' Tiara lalu melipat kertas tersebut kemudian ia berikan pada Bella.

"Tolong berikan pada pacarmu. Katakan pada pacarmu, arti dari bunga matahari bukan hanya berarti kesetian. Untuk seorang Tiara arti dari bunga matahari juga rindu. Semoga saat dia membaca surat tersebut dia akan lebih semangat untuk sembuh. Aku harus pergi. Aku akan kembali ke Indonesia hari ini."

Tiara berbalik pergi meninggalkan Bella. Bendungan di mata Tiara sudah tak mampu ia tahan. Air mata kembali keluar untuk sekian kalinya di Jerman.

Bella melihat punggu Tiara yang menjauh. Melihat kepergian Tiara dengan pandangan sendu.

"Lintang benar, kamu adalah gadis yang manis dan cantik." Kata Bella lirih.

Bella pergi menemui Lintang. Di depan pintu ruang rawat Lintang, Bella menghela nafas, rasanya ia tak mampu untuk melangkah masuk untuk menemui Lintang. Tetapi ia tak pernah ingin menjadi orang jahat di mata Lintang kalau suatu saat nanti Lintang tahu ia tidak memberikan surat dari Tiara pada dirinya. Dengan langkah berat Bella memasuki ruang rawat Lintang. Ia melihat Lintang yang sedang melamun memandang gantungan kunci pemberian Tiara.

"Apa kamu tidak bosan memandang gantungan kunci itu setiap hari?"

Suara Bella menyadari lamunan Lintang. Bella berjalan mendekati Lintang dengan membawa dua buah surat di tangan kanannya.

"Aku juga bingung, kenapa aku tidak pernah bosan memandangi gantungan bunga ini," kata Lintang tersenyum melihat gantungan kunci yang ada di telapak tangannya.

"Kamu sudah ingat dengan Tiara?" Tanya Bella.

Lintang menoleh melihat Bella.

"Tiara? Siapa Tiara?" Tanya Lintang balik bertanya.

Semenjak melakukan perawatan Lintang terkadang menjadi pelupa. Ia seakan sedang lupa ingatan. Terkadang ia lupa dengan orang terdekatnya termasuk Tiara, lupa akan siapa dirinya sendiri. Terkadang ingatannya tiba-tiba kembali. Saat ingatannya kembali ia banyak menuliskan nama Tiara di dalam ruangannya. Menulisnya di telapak tangannya. Di setiap dinding ruangannya.

Lintang banyak menulis tentang awal pertemuannya dengan Tiara. Awal kedekatannya dengan Tiara. Saat ia kehujanan dengan Tiara, saat ia duduk di tepi pantai bersama Tiara. Semua hal tentang Tiara. Tak ketinggalan foto-foto Tiara yang terpajang di dinding ruangannya.

"Lintang, aku tidak akan pernah mau menjadi orang jahat di matamu," ucap Bella dengan tersenyum hambar.

"Coba kamu lihat gadis di foto itu?" tunjuk Bella pada foto Tiara di dinding rumah sakit di ruangan Lintang.

"Dia Tiara," ucap Bella. "Sekarang coba tunjukkan telapak tanganmu,"

Lintang membuka telapak tangannya. Ada nama Tiara yang tertulis dengan coretan tinta di telapak tangannya.

"Aku bertemu dengannya kemarin. Dia gadis yang manis dan cantik seperti ceritamu."

Saat Bella mulai menjelaskan tentang Tiara pada Lintang. Ingatan Lintang beransur-ansur kembali. Lintang memegang kepalanya yang sakit.

"Jangan memaksakan dirimu untuk berpikir kalau kamu memang belum siap." Jelas Bella mulai cemas memegang tangan Lintang yang sedang memegangi kepalanya.

"Di mana kamu bertemu dengannya?" Tanya Lintang yang sudah kembali mengingat Tiara.

Kepalanya yang sakit berlahan hilang.

"Aku baik-baik saja Bella. Di mana kamu bertemu dengannya?" Tanya Lintang kembali.

"Di pameran. Tetapi sebelum kamu kembali bertanya, aku ingin kamu memilih," Balas Bella.

Bella memperliharkan kedua buah surat pada Lintang. "Aku membawa dua buah surat. Kamu bisa memilih salah satu dari surat ini, surat ini akan menjadi bukti sebesar apa kamu mencintai Tiara. Tetapi, kalau kamu salah memilih, aku tak ingin kamu menyalahiku suatu saat nanti, Karena kamu yang sudah memilih. Bagaimana, apa kamu mau memilih?"

Lintang tersenyum simpul mendengar perkataan Bella yang terdengar sangat serius.

"Aku tidak mengerti apa maksudmu. Tetapi yang pasti, pilihanku pasti benar,"

Lintang langsung menarik salah satu surat dari tangan Bella. Saat ia membuka surat tersebut. Mata Lintang berkaca-kaca. Kedua matanya memandang Bella.

"Pilihanmu benar Lintang. Itu surat dari Tiara. Kata Tiara 'Arti dari bunga matahari bukan hanya berarti kesetian. Untuk seorang Tiara arti dari bunga matahari juga rindu'. Hari ini dia akan kembali ke Indonesia. Apa kamu tidak ingin pergi menemuinya?"

Lintang memalingkan pandangannya. Air mata jatuh dari pelupuk matanya ia mengusap wajahnya dengan kasar. Tangannya terkepal menahan diri untuk tidak beranjak dari tempatnya.

"Aku kira kamu akan pergi menemuinya," ucap Bella melihat Bella tak beranjak dari tempatnya.

"Aku mau pergi menemuinya, tapi tidak dalam keadaanku yang masih sakit." Seru Lintang dengan suara serak.

"Aku baru tahu orang yang aku temui kemarin adalah Tiara. Tadi Tiara memperkenalkan namanya, dan memberikan surat itu padaku. Seketika itu aku tahu kalau dialah Tiara." Jelas Bella.

"Kamu tolong pergi sekarang Bella, aku mau sendiri." Pinta Lintang pada Bella.

Bella menganggu mengerti. "Jangan terlalu banyak berpikir Lintang. Keadaanmu nanti akan memburuk." Sebelum pergi Bella memperingati Lintang. Tak mau hal yang buruk terjadi pada Lintang.

Lintang tak berkomentar. Ia memandang sendu gantungan kunci pemberian Tiara. Mendekap gantungan kunci tersebut di dadanya.

"Aku merindukkanmu Tiara. Aku berjanji suatu saat nanti aku akan datang menemuimu."

Lintang memejamkan matanya. Air mata kembali jatuh dari sudut matanya.

Di sisi lain. Tiara yang sudah menaikki pesawat bersama Ayahnya diam tak mengelurkan suara. Ia memiringkan kepalanya melihat keluar jendela pesawat. Ia tak lagi menangis, tetapi pandangannya menampakkan jelas kesedihan yang ia rasakan.
.
.
.

Sorry,  baru Up. 
Jangan lupa vote dan komen, ya ☺

Hujan Pembawa Rindu ✔ TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang