Hujan Pembawa Rindu Part 17 END (Lanjutan)

41 9 0
                                    

Pertemuannya dengan Devi membuat ia kembali mengenang kenanganya bersama Lintang. Berbagai hal ia ceritakan pada Devi Hingga waktu sudah menunjukkan pukul 10 malam. Devi berpamitan untuk pulang.

"Ini sudah terlalu malam, mungkin lain kali kita bisa mengobrol bersama-sama lagi. Aku harap kamu dapat bertemu dengan orang yang kamu rindukan. Oh iya, aku rasa gadis bernama bella itu bukanlah pacar pria yang kamu rindukan itu. Aku yakin pria itu sama denganmu. Sama-sama menjadi bunga matahari."

"Terimakasih Devi, aku juga berharap hal yang sama,"

"Sebelum pergi aku mau memberikan ini untukmu,"

Devi memberikan dua buah buku pada Tiara. Buku yang diberikan Devi terlihat seperti buku harian. Salah satu buku tersebut sudah terlihat cukup lama dan salah satunya terlihat lebih baru.

"Dan ini juga," Devi memberikan gantungan kunci bunga matahari tersebut pada Tiara. "Tolong berikan gantungan kunci ini pada pria pemakai penutup hoodie yang sedang memandangi lukisan bunga matahari di sana."

Tiara menoleh melihat pria pemakai penutup hoodie tersebut.

"Dia?" Tunjuk Tiara.

Devi mengagguk.

"Kamu mengenalnya?"

Devi mengangkat kedua buhunya sembari tersenyum penuh rahasia.

Devi mengalihkan pandangannya ke buku yang Tiara pegang.

"Buku yang jadul itu adalah buku yang pertama dan buku yang tidak begitu jadul itu buku yang terakhir, atau bisa dibilang yang paling baru,"

"Buku apa ini?"

"Kamu bisa lihat sendiri kalau mau tahu. Aku pulang dulu, ya." Devi pergi meninggalkan Tiara bersama kebingungannnya.

Tiara duduk kembali ke tempatnya tadi. Tanganya membuka lembaran pertama dari buku pertama.

Selasa, 17 Februari 2015

Dear Tiara.

Buku ini aku tulis khusus untuk aku berikan padamu suatu saat nanti. Aku sudah berjanji pada diriku sendiri. Jika suatu saat nanti aku sembuh, aku akan pergi menemuimu.

Hari ini aku akan melakukan operasi untuk mengangkat sel kanker di kepalaku.

Aku tak bisa berbohong, sebenarnya aku merasa takut kalau operasinya tidak berjalan lancar, dan aku tak bisa menepati janjiku pada diriku sendiri untuk menemuimu.

Kamu jauh di sana. Tanpa kamu memberitahuku aku tahu kamu selalu berharap agar aku sembuh. Membayangkan dirimu yang sedang berharap membuatku sedih. Namun, di sisi lain aku menjadi semangat untuk sembuh.

Semoga suatu saat aku benar-benar bisa bertemu denganmu Tiara.

Mata Tiara berkaca-kaca. Ia berlari keluar mencari Devi. Tapi tak ia temukan lagi sosok Devi di sana.
Tiara kembali ke tempatnya. Membaca lembaran demi lembaran buku diary yang Lintang tulis dengan tarian tinta.

Air mata Tiara bercucuran setiap membaca kalimat demi kalimat yang Lintang tulis.

Ia kembali membuka lembaran buku diary tersebut.

Sabtu, 21 Februari 2015

Dear Tiara

Aku sangat merindukanmu Tiara. Aku berusaha sebisa mungkin untuk menulis buku diary ini setiap hari.

Kata dokter, efek dari kemotrapi dapat membuka seseorang menjadi pelupa. Aku tidak ingin melupakanmu Tiara, bahkan untuk sedetik saja.

Di setiap tempat di dinding ruangan rumah sakit ini. Tertulis namamu Tiara, bahkan di telapak tanganku juga. Setiap hal yang aku lalui bersamamu aku tuliskan juga di dinding, termasuk fotomu tidak akan ketinggalan.

Hujan Pembawa Rindu ✔ TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang