Hujan Pembawa Rindu Part 17 (END)

45 8 0
                                    

Pemberitahuan, cerita di part ini sama dengan part satu. Sengaja di tulis kembali agar lebih nyambung.

Sebelum di baca jangan lupa di vote, ya ☺

...

Waktu berlalu dengan cepat. Rindu kian membesar, perasaan cinta pun kian besar, dan takut akan kehilangan pun kian membesar.

Tiara berusaha tak berharap Lintang datang untuk menemuinya. Tetapi hati kecilnya tak pernah jenuh untuk menunggu Rindu yang tak berujung.

Tiga tahun berlalu semenjak terakhir kali Tiara melihat Lintang.

Sekarang, menunggu sosok Lintang di tepi pantai saat menjelang senja adalah kebiasaan untuknya. Tak pernah bosan melihat laut yang sama, saat kenangan singkatnya bersama Lintang masih segar di pikirannya.

Panji datang menghampiri Tiara. Berdiri di sisi Tiara bersama-sama melihat senja yang tak begitu nampak tertutup oleh mendung. Tak ada percakapan antara keduanya hingga malam mulai terlihat. Tiara mendongak melihat langit gelap yang tak menampakkan bintang. Ia tersenyum, berharap langit mengelurkan titikan air.

"Aku masih ingat saat pertama aku melihatmu. Pada saat itu aku ketakutan sekali, aku pikir kamu akan bunuh diri, ternyata tidak. Kejadian yang sangat lucu, terlalu berkesan,"

Tiara berbalik melihat Panji dengan tertawa.

"Tentu aku masih ingat, Panji."

"Terutama saat kamu tersenyum." Lanjut Panji.

"Itulah aku, pemilik senyum termanis." Tiara tersenyum lebar. Jari telunjuknya menusuk lesung pipinya.

Panji tersenyum simpul.

"Tiara!" panggil Panji lembut. Tangan Panji menarik kedua tangan Tiara. Memegang kedua tangan Tiara dengan lembut. Kedua pasang matanya memandang Tiara dengan sangat dalam.

Entah mengapa, Tiara tak suka dengan sikap aneh Panji saat ini, terutama cara Panji melihatnya.

"kamu mau menjadi pacarku?"

Dengan penuh keberani Panji mengungkapkan perasaannya yang sudah lama ia pendam. Tak peduli konsekuensi yang akan ia terima nanti.

Tiara langsung menepis tangan Panji yang memegangnya.

"Aku tidak bisa, Panji. Kamu yang paling mengerti mengapa aku tak bisa menerimamu."

"Sudah terlalu lama, Tiara. Sekarang waktunya kamu melupakan Lintang." Ujar Panji.

"Aku akan berpura-pura tak mendengar apa yang kamu katakan hari ini." Tiara berbalik pergi meninggalkan Panji.

"Kamu tidak bisa terus menerus menunggu seseorang tidak pasti kapan dia akan datang. Dia bisa saja bersama wanita lain saat ini, atau bisa jadi dia sudah meninggal," kata Panji berteriak. Ia tak mampu berpikir normal lagi, Perasaan kecewa atas penolakan sudah mengusai pikirannya.

Tiara menghentikan langkahnya. Tangannya terkepal. Air mata jatuh dari sudut matanya. Tiara kembali menghampiri Panji dengan tamparan yang mendarat tepat di pipi Panji.

"Hari ini, hari terakhir aku bertemu denganmu." Kata Tiara datar lalu pergi meninggalkan Panji.

Panji terdiam menerima tamparan Tiara. Melihat Air mata Tiara membuat tubuhnya membeku. Menyesal sudah mengatakan hal yang membuat hati Tiara terluka.

...

Tiara berjalan melewati pedagang kaki lima. Ada yang berjualan bakso, gado-gado, dan lain-lain. Sesekali ia berhenti. Mengenang kenangan lama yang ia rindukan.

Hujan Pembawa Rindu ✔ TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang