Sekarang, aku dan keluarga mas Dimo sedang dalam perjalan ke rumah Mas Dimo. Mas Dimo dan keluarganya membatalkan resepsi yang aku pun tidak tahu apa alasanya.
Saat pernikahan dan resepsi, ayah mas Dimo tidak ada karena penyakitnya yang kumat setelah datang dari luar negeri. Setibanya di rumah, ternyata papa mertua sudah menyambut kami di teras rumah.
"Wah, sudah jadi lelaki sejati kamu Dimo" kata papa Mas Dimo sembari memeluk suamiku.
"Papa kenapa enggak istirahat, aku kan bisa ke kamar papa nanti"
"Menyambut anak sendiri yang udah berubah jadi seorang suami buat papa semangat nak, hahaha, mana istrimu?"
Mas Dimo langsung melirik kearahku.
Aku segera maju dan menyalami papa sambil tersenyum juga.
"Waah, cantik ya, kamu panggil saya papa sekarang ya"
"Iya pa, terima kasih pa"
"Jadi kalian langsung ke rumah baru, apa mau menginap dulu disini? " tanya papa sambil melihat ke arahku dan mas Dimo.
"Langsung ke rumah pa" jawab mas Dimo.
"Yasudah, habis makan malam kalian langsung bisa ke rumah"
***
Dimo
Aku dan Mira sudah sudah sampai di depan rumah yang dulu kusiapkan untuk dan Shella. Sekarang aku membawa perempuan lain untuk tinggal disini, ingin rasanya aku memukul seseoarang yang sudah menghamili Shella sekarang. Mengingat hal tersebut aku menjadi emosi.
"Turun cepat!"
"Ba.. Baik mas" kulihat Mira ketakutan, tapi aku benar-benar tidak peduli. Aku pun tidak berinisiatif membawakan tasnya yang besar itu.
Aku langsung berjalan ke arah kamar utama di lantai 2, kulihat Mira susah payah membawa tasnya dan terus mengikutiku. Saat ia ingin masuk ke kamarku, aku langsung menolaknya ke belakang. Aku tak peduli saat dia terjengkang ke belakang.
Dia kaget dan panik lalu memungut tasnya yang sempat terjatuh.
"Hebat sekali kamu mau masuk ke kamar saya!" bentakku pada Mira.
"Maaf mas, tapi saya.. "
"Jangan pernah kamu masuk ke kamar ini! Pergi kamu" hardikku lalu masuk kamar dan mambanting pintu.
Emosiku semakin tersulut melihat kejutan yang kusiapkan sendiri untuk Shella, kelopak bunga mawar yang bertaburan di tempat tidur, balon helium yang memenuhi langit-langit kamar dan di talinya terdapat semua foto dirinya dan Shella. Semua itu benar-benar memancing emosiku.
"Aaaa!!! " aku berteriak dan merusak tatanan di atas selimut sehingga semua kelopak bunga mawar itu bertebrangan. Aku mengacak-acak semua foto yang ada di tali-tali balon. Aku berjalan ke arah meja rias dan segera memukul kaca.
PRANG!!!
Kaca sudah tak terbentuk di berserakan di kakiku. Aku berteriak lagi dengan kencang lalu menghempaskan badanku di tempat tidur. Aku menangis sampai aku lelah dan tertidur
Mira
Aku berniat untuk tidur di ruang keluarga yang ada dinlantai satu, sebenarnya ada kamar di lantai dua, tapi aku takut Mas Dimo marah kalau aku masuk kamar.
PRANG!!
Aku kaget setengah mati mendengar bunyi kaca pecah dari kamar Mas Dimo, tapi aku enggak berani masuk, takutnya Mas Dimo marah, tapi setelah beberapa saat aku tidak mendengar suara Mas Dimo, aku takut sesuatu terjadi, aku memutuskan untuk masuk ke kamar.
Saat aku buka pintu perlahan, aku sangat kaget melihat kamar yang sangat berantakan.
Ada apa ini sebenarnya?
Aku berjalan mendekati Mas Dimo yang berbaring di tempat tidur. Aku sangat kaget melihat banyak darah yang keluar dari tangan Mas Dimo, segera ku ambil kotak P3K yang kulihat tadi di rak dekat tangga.
Aku memangku tangan Mas Dimo, lalu membersihkan luka di tangan Mas Dimo , setelah selesai aku perban dengan sangat hati-hati, takut kalau Mas Dimo terbangun. Setelah selesai, aku melihat ke sekeliling kamar.
Banyak foto-foto yang Mas Dimo dengan....
MBAK SHELLA!!!
Aku kaget dan bingung, kenapa banyak foto Mas Dimo dan Mbak Shella disini.
Apa mbak Shella yang sebenarnya akan menikah dengan Mas Dimo? Lalu kenapa jadi dinikahkan denganku? Kenapa pula aku diangkat anak oleh Pak Benny?
Apa mungkin pernikahanku ini hanya permainan? Batinku sedih.
Sangat banya pertanyaan yang sedang berseliweran di kepalaku. Terlalu banyak keanehan dalam pernikahan ini.
Akhirnya aku memutuskan untuk membersihkan pecahan kaca tadi, agar saat Mas Dimo bangun, Mas Dimo tidak menginjaknya. Lalu aku menghidupkan AC kamar dan menyelimuti Mas Dimo.
Setelah selesai, aku kembali turun dan beristirahat di sofa ruang keluarga.
Esoknya, Mas Dimo membangunkanku dengan cara menarik kedua tanganku untuk langsung berdiri, aku yang tidak siap menjadi limbung dan terjatuh ke lantai.
"Aduh... " aku mengelus siku kiriku yang langsung terkena lantai.
"Ngapain kamu masuk kamar saya? " kata Mas Dimo dengan suara pelan karena menahan amarah.
Aku masih mencerna pertanyaan Mas Dimo sampai Mas Dimo membentakku.
"KAMU TULI HAH!! " Bentaknya sambil mendekatkan kepalanya ke arah aku.
Aku sangat takut hanya bisa menggeleng kuat.
"Sa.. ya takut mas kenapa-kenapa" jawabku terbata-bata.
Mas Dimo langsung mencengkram lenganku. Aku hanya bisa meringis menahan sakit.
"Dengarkan saya Almira, jangan pernah sekalipun ikut campur urusan saya"
"Lalu Mas Dimo pergi meninggalkanku di rumah sendirian dan dia entah pergi kemana.
Aku terisak karena ini pertama kali aku dibentak oleh orang lain. Hatiku sangat sakit karena aku merasa aku tidak salah apa-apa.
Beberapa saat kemudian, aku merasa tiba-tiba seorang memegang pundakku, saat aku mendongak, aku hanya melihat seorang ibu paruh baya yang menatapku prihatin.
"Non enggak apa-apa? "
"Ibu siapa ya? "
"Saya Bi Minah non, saya disuruh buat bantu non sama Den Dimo disini, non kenapa nangis disini? "
Aku langsung terisak di pelukan Bi Minah.
Kasihan sekali nasib Non Mira ini batin Bi Minah sedih.
Halo guuyyyysss
Gimana part ini?
Vote dan Commentnya sangaaaaaat ditungguApalagi followannya hehe
KAMU SEDANG MEMBACA
Actually, I Love You "Dimo & Mira" (Published)
Romance3 hari sebelum pernikahan yang akan dilaksanakan, Dimo dan keluarganya dikejutkan bahwa calon istrinya telah hamil. Dimo berani bersumpah bukan dia yang menghamili kekasihnya tersebut. Dimo benar-benar kecewa kenapa hal ini harus menimpa dirinya...