4

16.2K 570 11
                                    

18++

Dimo

Aku sedang ke rumah sakit dengan kecepatan tinggi,  adik Shella mengirim pesan bahwa Shella mengamuk karena dirinya tidak kembali ke rumah sakit.

Sebenarnya aku bingung kenapa dia harus sepanik ini,  Shella sudah bukan siapa-siapaku lagi,  dan dia juga sudah hamil karena orang lain,  entah kenapa, masih ada kepedulian dan kekhawatiran terhadap Shella.

Saat sampai di kamar rawat Shella.  Ruangan sudah sangat berantakan.  Shella yang sedang di peluk erat ayahnya langsung menoleh ke arahku.

"DIMOOO DIMOOOO"

Dengan sigap aku mendekat Shella yang langsung disambut pelukan erat Shella yang masih duduk di tempat tidur rumah sakit.

Aku sangat bingung dengan keadaan ini,  ia merasa peduli dan jijik terhadap Shella disaat bersamaan.

"Jangan tinggalin aku,  jangan tinggalin aku" kata-kata ini diulang Shella terus sambil terisak.

"Aku... Aku enggak bisa Shel"

Sontak Shella mendongak dan melihat Dimo dengan tatapan kalut.

"Jangan tinggalin aku Dim,  atau aku... " Mata Shella mulai bergerak ke kiri dan ke kanan dengan cepat,  seakan mencari sesuatu.

"Atau aku aborsi,  aku bunuh anak ini,  atau... " Shella berpikir keras,  lalu mengambil pisau buat yang ada di meja "atau aku juga bunuh diri, ya aku bunuh diri" ucap Shella sambil bersiap memotong nadi tanganya.

"SHELLA!!! "

Seluruh anggota keluarga Shella langsung panik,  tapi dengan sigap aku memiting tangan Shella sehingga pisau itu terlempar entah kemana.

"MAKANYA!!  JANGAN TINGGALIN AKU DIMO WIRIANTO!!"

WHAT?!!

Berani-beraninya Shella membentakku disini! 

Aku sangat ingin membalas bentakkan Shella,  tapi untung masih bisa kutahan untuk menjaga kesopanan, lagi pula disini ada keluarga Shella.

"Yasudah,  kamu istirahat ya nak,  dari tadi kamu udah banyak gerak" kata mama Shella.

"Iya ma,  tapi aku mau Dimo disini waktu aku tidur,  sampai aku bangun lagi"

Apa?!!

"Kamu kira aku enggak ada urusan lain sampai bisa disini terus" aku menatap Shella tajam.

Shella sudah ingin menangis dan duduk dari posisi tidurnya. Mama Shella langsung memohon padaku tapi aku tidak menggubrisnya. 

"Shella!  Jangan manja,  tidur! " terdengar perintah tegas ayah Shella dan Shella mendengarkannya.  Ia langsung berbaring dengan wajah kesal.

Setelah beberapa saat,  ayah Shella mengajakku berbicara diluar.

Mereka berdua sekarang sudah duduk ditaman rumah sakit.  Keheningan pun terjadi hingga akhirnya ayah Shella membuka suara.

"Dimo,  saya tahu kamu kecewa,  tapi yang harus kamu ketahui,  saya jauh lebih kecewa dengan anak saya,  24 tahun saya sebagai ayahnya,  saya tetap gagal menjaganya"

Aku hanya diam saja.

"Tapi saya mohon,  saya mohon dengan sangat Dimo,  tolong jaga Shella.. " aku langsung memotong pembicaran ayah mantan calon istriku tersebut.

"Om, saat ini harga diri saya sebagai laki-laki sangat diinjak-injak oleh anak om,  bukan hanya saya om,  keluarga saya juga,  ibu saya sudah sangat percaya dengan Shella, tapi apa yang kami dapat" aku berbicara dengan sangat tenang menyembunyikan keinginan yang sudah sangat ingin berteriak. Ayah Shella hanya bisa menghela nafas.

Actually, I Love You "Dimo & Mira" (Published)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang