14. Pasca Melahirkan

15.8K 419 2
                                    

DIMO POV

"Ma, kenapa ma nangis ma?" tanyaku dengan lirih. Entah kenapa, tangisan mama seperti pertanda buruk bagiku. Mama lalu tersenyum.

"Enggak, mamak enggak kenapa-kenapa, sekarang kamu lihat dulu anak kamu di ruang bayi"

"Tapi, Mira ma?"

"Mira enggak kenapa-kenapa, sekarang kamu lihat bayi kamu dulu"

"Mas, ayo ke ruang bayi dulu, Mbak Mira masih ditangani sama dokter" ak menoleh ke arah Hexa.

Aku mengangguk dan mengikuti Hexa ke ruang bayi. Di ruang bayi, ternyata aku belum bisa menggendong bayiku langsung, dia harus ada di ruang incubator dengan beberapa alat yang menempel ditubuhnya. Tapi aku bersyukur, bayiku sehat dan sekarang sedang tertidur pulas.

"Nak, ini papa"

Iya, aku menangis. Bayi ini, anakku, darah dagingku. Akulah yang akan bertanggung jawab akan dia sampai ia bisa berdiri sendiri. Akulah pahlawannya, akulah panutannya. Aku menangis lagi.

"Mas jangan nangis mulu, malu sama anak" kata Hexa menghiburku.

"Kamu belum pernah ngerasain sih, ini pertama kali aku lihat anakku loh Xa" kataku membela diri.

Hexa hanya memutar bola matanya. Setelah beberapa lama suster pun meminta kami keluar karena katanya anakku juga perlu waktu istirahat, aku hanya mengangguk karena aku sangat ingin melihat Mira sekarang.

MIRA POV

Aku merasa sekujur tubuhku sangat lemas dan mati rasa tapi aku bersyukur, aku masih dikasih kesempatan untuk hidup dan menjaga anakku. Saat aku diantar ke ruang inap, disana, sudah ada Mas Dimo. Rasanya aku ingin langsung turun dari tempat tidur dan berlari ke arah Mas Dimo, tapi apa daya, untuk tersenyum saja aku sangat lemas.

Aku melihat Mas Dimo menangis tapi ia tidak menghampiriku di tempat tidur.

"Ya udah Dim, Mama, Papa sama Hexa ke kantin dulu ya, laper, kamu jagain Mira yaa"
Mas Dimo hanya bergumam.

Saat di kamar hanya tinggal aku dan Mas Dimo, Mas Dimo langsung menunduk dan menangis.

"Mas.." aku memanggil Mas Dimo. Mas Dimo hanya mendongak sambil tetap duduk kursi yang ada di sebelah tempat tidur.

"Mas kira,... mas enggak akan bisa lihat kamu lagi Mir..."

Aku menangis, Mas Dimo pasti sangat mengkhawatirkan aku tadi.

"Mas kira,... mas harus jaga anak kita sendiri nanti..."

Aku semakin menangis dan memegang tangan Mas Dimo.

"Mas...." Dan aku pun terisak. Mas Dimo langsung memelukku dengan posisi membungkuk. Aku bisa mndengar isakan Mas Dimo karena kepala Mas Dimo tepat di leherku.

"Mas minta maaf kalau mas enggak bisa disamping kamu tadi...., mas minta maaf, mas sayang sama kamu, jangan tinggalin mas lagi Mir, mas mohon...." Kata Mas Dimo sambil menangis.

Aku hanya bisa mengeluarkan air mata.

"Mira enggak marah kok mas, mas jangan nangis lagi, Mira jadi sedih..."

Perlahan Mas Dimo duduk kembali sambil menyeka air matanya lalu tersenyum melihat.

"Istri mas ini memang hebat banget, jadi makin sayang" katanya sambil mengusap tanganku dan tersenyum. Akupun tersenyum dengan gombalan selipan receh ini.

"Kalau gini ceritanya Mir, anak kita satu aja udah, enggak lagi-lagi mas mati cemas kayak tadi"

Akupun hanya mengangguk walaupun sebenarnya enggak yakin.

Actually, I Love You "Dimo & Mira" (Published)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang