Dimo
Aku ke rumah sakit tempat Shella dirawat. Adik Shella memberiku pesan tentang Shella jatuh sakit dengan kandungan yang semakin melemah. Sungguh, aku sedikitpun sudah tidak peduli dengan dia dan kandungannya. Aku hanya ingin bertanya, siapa ayah anak itu dan kenapa dia tega melakukannya.
Saat aku masuk ke ruangan Shella, aku melihat Shella tidur menyamping menghadap ke jendela, tubuhnya sangat kurus. Karena melihat keadaannya, ada sedikit rasa kasihan yang muncul.
"Dimo" panggil mama Shella
Shella langsung duduk dan menghadap ke arahku, wajahnya sangat kuyu, dengan mata yang sembab.
"Di... Mhoo hikss... Hikss" Shella langsung menangis dan sambil menutup wajahnya dengan kedua tangannya.
"Maaf tante, bisa tinggalin saya sama Shella berdua? "
Mamanya Shella langsung keluar.
"Jangan nangis dan turunin tangan kamu itu" kata ku pelan, karena aku benar-benar sedang menahan amarah sekarang.
Shella mencoba berhenti menangis dan sekarang sesunggukan lalu menurunkan tangannya.
"Jelasin "
"Dhi.. mo.. Ma af, aku.. Aku"
"Aku bilang jelasin, enggak usah minta maaf"
Hening.
Aku mencoba bersabar..
"Dimo, aku enggak tahu gimana jelasinnya sama kamu, tapi aku di jebak Dim, aku dijebak hikss... Hikkss, anak ini.... anaknya ... Alvian Dim"
"Alvian??" Bisik ku
Tolong, jangan bilang itu Alvian temanku Shel, jangan batinku panik
"Iya Dim, Alvian Mahenra, temen kamu Dim, hiks.. Hikss".
"Jangan mengada-ada" kataku geram
"Aku berani sumpah, ini... ini ulah Alvian Dim, aku udah coba telpon dia, tapi gak bisa, dia kabur Hiks.. Hikss"
Enggak mungkin, Alvian gak mungkin setega itu padaku.
Aku langsung keluar kamar dan menelpon Alvian. Sampai berkali-kali, tidak juga diangkat oleh Alvian.
Brengsek Alvian, kenapa dia tega melakukan itu padaku, aku merasa tidak pernah melakukan hal yang buruk padanya, tapi kenapa? Apa dia tidak tahu sebentar lagi kami akan menikah?
Aku terduduk lemas di depan pintu ruangan Shella. Memikirkan semua hal yang sudah terjadi denganku beberapa hari ini. Menikah dengan orang yang benar-benar tidak ia kenal, calon istri yang sangat kucintai malah hamil oleh temanku sendiri yang sekarang entah berada dimana.
Aku memutuskan untuk pergi dari rumah sakit. rasanya aku ingin pergi saja ke tempat yang jauh. Masalah ini terlalu berat untuk kuhadapi sendiri.
Shella
Aku sangat takut kalau sampai Alvian mengangkat telpon Dimo. Bisa-bisa Dimo mencekikku sampai mati sekarang.
Maaf Dim, tapi aku enggak mau kamu lepas dariku Dim, maaf. Aku pun kembali menangis. Rasanya sangat menyesal.
Mira
"Bi, Mira salah apa?" tanyaku sambil menangis.
"Bibi juga enggak tahu non, udah non jangan nangis lagi, sekarang non mandi biar bibi siapin sarapan"
Aku segera menyiapkan bajuku dan mandi di kamar mandi lantai satu. Aku tidak berani ke lantai dua, takut Mas Dimo marah lagi.
Saat sedang membantu Bibi bersih-bersih di dapur, aku mendengar suara mobil Mas Dimo. tubuhku langsung menegang, entah kenapa sejak tadi pagi, Mas Dimo menjadi sosok yang menyeramkan bagiku.
"Tas siapa ini? buat berantakan aja!" tanya mas Dimo dengan suara tinggi sambil menunjuk tasku yang ada disamping sofa.
"Maaf den, ini.."
"Oh ini tas bibi?" tanya Mas Dimo melembut.
"Bukan Den, ini tasnya Non Mira" Mas Dimo langsung menggeleng-gelengkan kepala dan melirik tajam ke arahku.
"Anak kampung!" Kata Mas Dimo sambil menunduk dan mengurut pelipisnya. aku hanya bisa berdiri sambil menunduk di belakang Bi Nah.
"Heh Mira!" Mas Dimo mendongak "Hilangin kampungan kamu itu! tas kamu letakin di kamar yang ada di lantai dua sana! dan jangan buat yang aneh-aneh" setelah itu, Mas Dimo berbicara dengan lembut kepada Bi Nah "Bi, kamar si Mira di lantai 2, yang di belakang ya bi"
"Baik Den"
Setelah berkata seperti itu, Mas Dimo langsung naik ke lantai dua dan aku juga mendongakkan kepala melihat ke arah Mas Dimo. tiba-tiba, entah bagaimana, pergerakkan Mas Dimo yang sedang naik tangga sambil sedikit mengurutkan kepalanya menjadi hal yang membuat pandangan ku seperti terkunci. Seketika aku jatuh jatuh dengan Mas Dimo, yaah dengan wajah tampannya, mudah untuk mencintainya.
Saat aku masih asyik melihat ke arah Mas Dimo, Mas Dimo tiba-tiba melihat ke arahku, untuk sepersekian detik, aku dan Mas Dimo bertatapan, tapi aku langsung menunduk, tidak sanggup untuk melihat Mas Dimo lebih lama lagi dan jantungku langsung berdebar.
"Ayo non, kita taruh tasnya ke kamar"
Bi Nah. langsung langsung mengantarku ke kamar yang ada di lantai dua. memang kamarnya agak di belakng dan lebih kecil dibandingkan dua kamar yang lain. Di dalam kamar hanya ada satu single bed, dan lemari baju kecil. Sangat sederhana, tapi jendela besar yang menghadap ke taman komplek membuatku senang. aku sangat senang melihat anak-anak bermain. setidak itu bisa menghiburku.
"Ini Non, non bisa susun baju Non di lemari ini. sekarang Non istirahat aja ya, nanti makan siang, bibi panggil"
"Iya bi, makasih ya bi"kataku sambil tersenyum.
Saat menyusun barang di lemari dan beberapa perlengkapan, ponselku bergetar tanda SMS masuk.
ARIN
Mira. apa kabar di JKT? kamu baik-baik aja disana kan? mbak khawatir.
Ya ampun, aku sampai lupa memberi kabar pada teman-teman yang ada di Panti.
Iya mbak, maaf ya, aku baik-baik aja disini.
Aku langsung menyimpan ponselku dan berdiri melamun di depan jendela. Sampai kapan aku harus hidup seperti ini di rumah ini?. Aku tahu Mas Dimo tidak akan pernah menganggap aku sebagai istrinya, tapi apa alasanya aku tidak tahu, apa aku pernah mengecewakannya? bagaimana aku harus bersikapdi depan Mas Dimo? aku selalu salah di matanya. Apa hubungan Mas Dimo dengan Mbak Shella.
Aku kembali menangis.
bagaimana ini?
Hayoooo
aku ulang publish part ini karena ada beberapa yang kutambahinPleaseee
Vote
Comment
Follow
Maacii
KAMU SEDANG MEMBACA
Actually, I Love You "Dimo & Mira" (Published)
Romance3 hari sebelum pernikahan yang akan dilaksanakan, Dimo dan keluarganya dikejutkan bahwa calon istrinya telah hamil. Dimo berani bersumpah bukan dia yang menghamili kekasihnya tersebut. Dimo benar-benar kecewa kenapa hal ini harus menimpa dirinya...