7.2

15.3K 672 12
                                    

Mira

Aku benar-benar bingung kenapa Mama Mas Dimo marah-marah seperti itu, lalu kenapa ada Mvak Shella disini.

"Mana anak saya?! " tanya mama Mas Dimo.

"Ma-mas Dimo tadi katanya pergi ada urusan ma"

"Jadi kalau Dimo pergi dari rumah kamu sok-sokan jadi nyonya besar? "

"Enggak, Mira ta-tadi... "

"Susun barang kamu, keluar kamu dari rumah ini!"

Aku terdiam.

Kalau aku diusir dari rumah ini, aku harus kemana? Aku tidak kenal siapa-siapa di kota ini.

"Ta-tapi ..."

"Enggak ada tapi-tapian, susun barang kamu, keluar kamu dari rumah ini"

Aku terdiam dan hanya bisa menatap Mbak Shella yang menatapku sinis.

"Susun barang kamu, nanti supir saya antar kamu ke terminal bus, udah sana!"

Mbak Shella mengusirku dengan gerakan tangannya. Aku merasa sakit sekali sekarang, aku merasa seperti sampah.

"MIRAA! DIMANA KAMU, CEPAT BERESKAN SEMUA BARANG KAMU! "

Teriakan mama Mas Dimo membuatku berlari ke kamar tempat aku tidur. Mama Mas Dimo dan Mbak Shella mengikutiku menuju ke kamar.

Aku segera menyusun baju-baju dan barang-barang ke tas besar. Isakanku pun benar-benar tidak dipedulikan oleh mereka. Aku menangis karena diperlakukan seperti manusia yang tak memiliki perasaan, sakit sekali rasanya, ditambah perut bagian bawahku terasa nyeri sedikit saat aku berlari di tangga tadi.

"Eh, itu kotak apa? Kamu mau nyolong ya? " tanya mbak Shella saat aku memasukkan kado ulang tahun dariku untuk Mas Dimo.

"Bu-bukan mbak, i-ni punya Mira kok"

"Coba ambil Shel, ini anak kampung bisa aja nyuri"

Mbak Shella langsung mengambil dan membuka kotak kado itu, saat melihat surat kecil yang aku tulis untuk Mas Dimo, Mbak Shella malah dengan lantang membacanya.

"Mas Dimo, selamat ulang tahun ya, Mira selalu doakan untuk kesehatan dan kebaikan Mas Dimo, dan semoga Hubungan Mira sama Mas Dimo semakin baik"

"Ya ampuuunn, anak kampung ini, ngelunjak yaa, heh!, biar kamu tahu, saya nikahkan kamu sama anak saya, cuman supaya keluarga saya tidak malu aja, kenapa kamu jadi sok-sokan begini" kata-kata ibu mertuaku sangat tajam.

"Dasar anak kampung!" Kata Mama Mas Dimo sambil mendorong kepalaku menggunakan telunjuknya tepat di dahiku. Aku hanya bisa terisak sambil memilin bajuku.

"Udah tante, jangan marah-marah, nanti tante sakit, sekarang biarin dia beresin barang-barang dia terus kita biarin dia pulang sendiri. "

"Yaudah, kamu urus dia ya Shel"

Mama Mas Dimo langsung turun meninggalkan aku dan Mbak Shell berdua di kamar ini. Mbak Shella menghela nafas.

"Sekarang urus barang kamu, supir saya udah nunggu di depan" katanya sedikit lembut, sedikit saja.

"Tapi mbak... "

"Apalagi!? Kamu mau buat Mamanya Dimo sakit karena marah terus sama kamu"

Apakah aku harus pergi? Tapi ....

"Jangan ada barang kamu yang tinggal, paling nanti saya buang kalau saya udah tinggal disini"

"Mbak tinggal disini? "

Actually, I Love You "Dimo & Mira" (Published)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang