~ THREE ~

697 58 39
                                    


Ruangan presiden direktur itu tampak sepi. Hanya ada seseorang yang duduk di kursi kebesarannya lengkap dengan kaca mata yang menggantung di hidung mancungnya. Matanya tampak serius memandang beberapa berkas yang menunggu untuk dia periksa sejak kemarin.

Nam Woohyun, lelaki itu sesekali memijit tengkuknya yang terasa kaku akibat terlalu lama dengan posisi itu. Dia menutup berkasnya dan beranjak dari duduknya. Kursi pijat di ruangannya adalah pilihannya untuk saat ini.

Namun selang beberapa saat dia memejamkan mata untuk istirahat, asistennya sudah mengetuk pintu dan memberitahu sesuatu yang membuat darahnya mendidih.

"CEO Nam Boohyun datang ingin menemui anda, Daepyeonim"

"suruh dia masuk"

Woohyun lalu beranjak dari tempatnya dan duduk di sofa panjang menunggu tamunya datang.

"selamat sore Daepyeonim"

Woohyun hanya tersenyum miring. "silahkan duduk"

Boohyun lalu duduk di sofa seberang agar berhadapan langsung dengan Woohyun. Wajah mereka saling berhadapan memamerkan senyum palsu. Mereka juga saling beradu tatapan tajam seolah menusuk satu sama lain.

"jadi, ada apa anda kemari? Apakah ada masalah dengan model-model yang kami kontrak?"

Boohyun tertawa dan nada itu jelas sangat sinis. "aku tidak menyangka kalau kau ternyata di balik semua ini"

Woohyun mengangkat alisnya dan menunggu kalimat berikutnya yang di ucapkan Boohyun.

"aku sudah menerima pesan darimu untuk tidak mengganggunya lagi"

"lalu?"

Boohyun mencoba membenarkan posisi duduknya. "aku akui memang aku menemuinya di sauna, itu memang kecerobohanku"

"tapi aku tidak tahu bagaimana dia merayumu dan aku ingatkan padamu sebagai saudara, sebaiknya jauhi dia"

Woohyun jelas tahu kemana arah pembicaraan Boohyun sebenarnya.

"saya tidak mengerti maksud anda, CEO Nam"

"berhentilah berpura-pura, Presdir Nam. Kau bukan, yang sudah membantunya selama ini?"

"membantu apa?"

Boohyun lagi-lagi tertawa dengan nada merendahkannya. "katakan padaku sudah berapa banyak uang yang ku berikan padanya?"

"maaf tapi jika maksud anda adalah membantunya membangun perusahaannya anda salah, saya hanya kebetulan kenal dengan beliau dalam waktu dekat ini. Saya juga tidak membantunya banyak karena sebenarnya saya hanya melindungi putri saya, bukan membantu Sunggyu-ssi" jawab Woohyun dengan nada sesopan mungkin.

Boohyun memutar bola matanya dan tertawa. "ah, maaf aku rasa dia belum menggodamu. Tapi kau tahu kan latar belakangnya? Seorang wanita simpanan yang hamil di luar nikah"

Woohyun mengepalkan tangannya. Bisa-bisanya dia menjelek-jelekkan mantan istrinya sendiri. "lalu, kalau anda tahu hal itu kenapa anda mencarinya? Bukankah itu berefek buruk bagi citra perusahaan anda?"

"temanku bilang dia wanita panggilan, jadi aku menemuinya. Apa aku salah?"

Woohyun mencoba mengatur nafasnya sebaik mungkin. Dia tidak boleh emosi apalagi sampai menghajar Boohyun di kantornya. "siapa teman yang anda maksud? Jika Sunggyu-ssi tahu, dia bisa menuntutnya sebagai pencemaran nama baik"

Boohyun justru tertawa keras. "kau percaya padanya? Kau tidak mengenalnya Woohyun-ah"

"aku memang tidak mengenalnya tapi aku mengenalmu. Laki-laki brengsek sepertimu jelas memiliki maksud tertentu terhadap Sunggyu-ssi. Apa maumu sebenarnya?"

Before Another Dream (done)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang