CHAPTER 14 KUTUKAN (PART 3)

1.1K 81 2
                                    


Sebuah bau menyengat menusuk hidungku, membuat kedua mataku yang sepertinya sejak tadi terpejam, kini terbuka kembali. Di mana aku berada? Pertanyaan itulah yang terlintas di pikiranku begitu aku menatap sekelilingku. Tempat ini ... Aku yakin bukan di dalam gua seperti tadi. Ya ... Seingatku tadi aku sedang berada di dalam gua ketika tiba-tiba aku terjatuh karena menabrak sesuatu yang keras. Aku pun mengingatnya dengan jelas, seseorang berdiri di depanku saat itu. Hanya satu pemikiranku saat ini, aku yakin orang itulah yang telah membawaku kemari.

"Akhirnya kau bangun nona?"

Suara yang berasal dari belakangku itu telah sukses membuatku tersentak. Aku segera bangun dari posisi berbaringku dan membalik tubuhku menatap pemilik suara itu. Seorang kakek renta terlihat sedang berdiri. Dia sudah sangat tua hingga untuk berdiri pun dia memegangi tongkat.

"Kakek ... Anda siapa? Apakah anda yang membawaku kemari?"

"Seharusnya aku yang bertanya seperti itu. Siapa kau sebenarnya? Apa yang kau lakukan di rumahku?"

"Rumah anda? Seingatku aku sedang berada di dalam gua. Aku tidak pernah mendatangi rumah anda."

"Gua yang kau maksud itu adalah pintu menuju tempat ini. Inilah rumahku ..."

Mendengar penjelasan kakek itu akhirnya aku mengerti, kakek ini ... Aku yakin dia adalah penyihir yang telah mengirimkan bayangan-bayangan itu ke rumah penduduk di desa.

"Apa kakek yang mengirimkan bayangan-bayangan ke rumah penduduk di desa? Apa sebenarnya tujuan kakek?"

"Hahahahahahahahaha ..."

Kakek itu tertawa terbahak-bahak, suara tawanya terdengar menakutkan di telingaku.

"Jadi kau melihatnya? Itu bukan bayangan tapi itu ayat hina milikku. Sebuah kutukan yang ku berikan untuk semua penduduk desa itu ... Hahahahaha ..."

"Kenapa kakek melakukan itu? Apa sebenarnya tujuan kakek?"

"Manusia ... Manusia itu makhluk rapuh. Pada akhirnya akan mati. Aku ... Aku tidak ingin mati, aku ingin hidup kekal di dunia ini. Hawa kehidupan dari orang-orang di desa itu telah memberiku kekuatan untuk bertahan hidup selamanya. Hahahaha ..."

"Jadi benar asap yang keluar dari tubuh orang-orang itu adalah hawa kehidupan mereka."

"Benar sekali ... Roh-roh mereka keluar dari tubuh mereka dan saat itulah jelmaan ayat hinaku menghisap hawa kehidupan mereka. Hahahahaha ..."

Semua misteri ini akhirnya terungkap, jadi itulah alasan penduduk desa itu melakukan aktifitas di malam hari. Sebenarnya roh-roh dari penduduk desalah yang berkeliaran itu, sedangkan tubuh mereka yang sebenarnya adalah tubuh yang terbaring kaku di dalam rumah mereka masing-masing. Setiap malam ketika roh-roh dari tubuh mereka keluar dan beraktifitas di desa, hawa kehidupan pada tubuh mereka terus dihisap oleh ayat hina berwujud bayangan itu, sehingga hari demi hari kondisi mereka sangat menyedihkan. Ya ... Itulah alasan penduduk desa itu terlihat pucat dan menyedihkan pada siang hari, karena hawa kehidupan mereka terus-menerus berkurang. Tapi kenapa roh dari penduduk di desa itu bisa keluar dari tubuh mereka? Apa ini juga akibat ayat hina yang berwujud bayangan itu?

"Benar sekali ... Aku keluarkan roh-roh mereka dari tubuhnya agar jelmaan ayat hinaku menghisap hawa kehidupan mereka. Hahahahaha ..."

Aku yakin itulah yang di katakan kakek itu tadi, berarti keberadaan bayangan itulah penyebab semua ini. Sebelum dia menghisap hawa kehidupan, mereka terlebih dahulu harus mengeluarkan roh dari tubuhnya. Penyihir ini memang sangat berbahaya, mengambil kehidupan manusia dengan seenaknya, aku tidak akan memaafkannya, aku harus segera menghentikannya!!!

"Aku mohon hentikan semua ini, jika kau melakukan ini terus, mereka bisa mati."

"Itulah yang aku inginkan. Kematian mereka bisa membuatku hidup abadi. Hahahaha ..."

"K ... Kau benar-benar bukan manusia. Kau sama saja dengan setan."

"Hahahahahaha ..."

Aku menatap tajam ke arah kakek itu, kemarahanku sudah tidak terbendung lagi. Ayat-ayat hina itu terlontar dengan sendirinya dari mulutku.

"Sleep in sad ... Sleep deep and breath ... Our heart like ..."

Bibirku tiba-tiba menjadi kaku, aku bahkan tidak dapat mengeluarkan suaraku dan semua itu terjadi sebelum aku selesai membacakan ayat hina itu. Apa yang sebenarnya terjadi? Keterkejutanku semakin besar ketika aku tidak dapat menggerakan tubuhku. Entah apa yang terjadi? Tubuhku mati rasa dan tidak bisa aku kendalikan.

"Seperti dugaanku, kau memang seorang penyihir sepertiku nona. Ini sungguh keberuntungan. Jika aku menghisap hawa kehidupanmu maka kekuatanmu pun akan menjadi milikku. Hawa kehidupanmu lebih kuat dibandingkan orang-orang desa itu. Hahahaha ... Aku sungguh beruntung bisa mendapatkan kehidupan seorang penyihir, hahahaha ..."

Kakek itu berjalan dengan tongkatnya menghampiriku. Hingga saat ini aku bahkan belum bisa menggerakkan tubuhku atau mengeluarkan suaraku. Apa yang harus aku lakukan?

Kakek itu akhirnya berdiri tepat di depanku. Lalu ... Dia memegang pundakku. Saat itu juga aku merasakan sesuatu menyerangku seakan-akan ingin menarik seluruh tenagaku agar keluar dari tubuhku. Asap mulai keluar dari tubuhku dan masuk ke dalam tubuh kakek itu. Jelas ini pertanda bahwa kakek itu sedang menghisap hawa kehidupanku.

Aku mencoba berontak namun percuma, aku bahkan tidak bisa mengeluarkan suaraku. Benarkah aku hanya bisa menerima kenyataan kejam ini dengan pasrah? Hidupku ... Haruskah berakhir di tangan kakek jahat ini?


Eternal Kindness (Princess Giania And The Witch From The Past) [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang