CHAPTER 5 SEBUAH NAMA (PART 1)

1.5K 105 2
                                    

Pria itu turun dengan melompat dari atas pohon. Seakan-akan dia terlihat terbang. Kini ... Dia tengah berdiri, berdiri tepat di depanku.

"Haah ... Kau lagi? Siapa kau sebenarnya? Berani sekali kau menghalangi kami."

"Siapa aku? Aku pun ingin tahu siapa aku sebenarnya."

"Haah ... Jangan bicara omong kosong. Lebih baik menyingkir dari hadapan kami, sekarang juga!!"

"Aku akan pergi, dengan satu syarat ..."

"Syarat?"

"Ya ... Berhentilah mengejar nona ini. Bukankah dia menyuruh kalian untuk pergi?"

"Diam kau!!"

"SemuanyaCepat serang dia!!"

Prajurit-prajurit Ivan kembali menuruti perintah Ivan. Mereka berlari dengan mengayunkan pedang mereka, bersiap untuk menyerang pria itu. Aku menatap pria misterius itu, dia sama sekali tidak memiliki satu pun senjata. Rasanya mustahil dia mampu menepis serangan dari para prajurit itu tanpa satu pun senjata di tangannya.

"Ambil pedangku. Kau tidak mungkin bisa melawan mereka dengan tangan kosong."

Pria itu menoleh ke arahku dan menyunggingkan sebuah senyuman yang telah sukses membuat jantungku berdetak dengan kencang untuk pertama kalinya.

"Terima kasih atas kebaikanmu nona, tapi aku sama sekali tidak membutuhkan pedang itu."

Pria itu kembali menatap ke arah prajurit-prajurit yang hendak menghunuskan pedang mereka padanya. Dengan tenangnya pria itu membungkuk, dia terlihat sedang memungut beberapa batu yang berada di sekitar kakinya. Lalu ...

Dia melemparkan batu-batu berukuran kecil itu ke arah prajurit-prajurit itu. Batu-batu itu meluncur dengan cepat menuju mereka. Betapa tercengangnya aku ketika aku melihat satu persatu dari prajurit yang terkena batu-batu itu semuanya langsung tumbang seketika. Dari mulut mereka darah menyembur dengan deras. Tubuh mereka bergetar seakan-akan mereka tengah sekarat. Hingga akhirnya tubuh mereka terdiam dan sama sekali tidak bergerak lagi.

Melihat rekan-rekan mereka yang mati dengan mengenaskan, para prajurit yang tersisa semunya terdiam dengan tatapan ketakutan di mata mereka.

"K ... Kau ... Sebenarnya siapa kau?"

"Pergilah jika kalian tidak ingin mati seperti mereka."

Sedikit demi sedikit para prajurit itu melangkahkan kaki mereka semakin mundur, seakan-akan mereka ingin melarikan diri.

"Apa yang kalian lakukan? Jangan dengarkan dia! Kalian ini prajurit istana, bagaimana mungkin kalah oleh pria aneh itu. Cepat lawan dia!!"

Ivan berlari sambil mengayunkan pedangnya, begitu pun dengan para prajuritnya. Sepertinya kata-kata Ivan telah berhasil membangkitkan kembali keberanian mereka.

Ivan ... Dia prajurit yang sangat hebat dan tangguh. Dalam setiap peperangan, raja selalu menurunkan dia untuk memimpin para prajurit. Meskipun usianya masih sangat muda, tapi kemampuannya sudah sangat diakui di istana. Dia pun sangat ditakuti oleh semua orang. Terlebih lagi jika dia bersama dengan sahabatnya Charls, mereka berdua bagaikan sepasang prajurit yang tidak dapat dikalahkan. Namun saat ini aku sama sekali tidak melihat sosok Charls, ketidakhadiran Charls tampaknya membuat pasukan mereka menjadi melemah.

Ivan melompat bersiap untuk menyerang pria itu. Akan tetapi pria itu terlihat tetap tenang meskipun tidak lama lagi pedang Ivan akan mampu mengenai tubuhnya.

"Awaaas ..."

Teriakanku mengalir dengan sendirinya dari mulutku. Aku tidak sanggup membayangkan apa yang akan terjadi padaku jika pria itu berhasil dikalahkan.

"Jleeeb ..."

"Uwaaaaa ..."

Ivan merintih kesakitan bersamaan dengan terdengar sebuah suara aneh. Sebuah suara yang menggambarkan seakan-akan sebuah senjata tajam tengah menembus tubuh Ivan. Tapi aku yakin pria itu sama sekali tidak memegang satu senjata pun. Jadi benda apa itu, benda yang mampu membuat Ivan tumbang?

Ivan tumbang dan terbaring di tanah. Dengan cepat dia bangkit dan meraba perutnya yang terlihat mengeluarkan darah. Setelah itu, dengan mata kepalaku sendiri aku melihat Ivan mencabut sesuatu yang menancap di perutnya.

"Daun ... Daun ini yang berhasil merobek perutku ... Kau ini sebenarnya manusia atau bukan?"

Seperti yang dikatakan Ivan, benda yang menancap di perutnya memang sehelai daun. Sehelai daun yang sangat rapuh yang entah bagaimana bisa dengan mudahnya merobek perut Ivan. Daun itu bahkan merobek pakaian besi prajurit yang tengah dikenakan oleh Ivan.

"Kapten ... Dia bukan lawan kita ... Lebih baik kita mundur ..."

Ivan menggertakan giginya, tampak dengan jelas dia sedang sangat murka saat ini. Dengan dibantu oleh salahsatu prajuritnya, Ivan berdiri. Dengan kemurkaan di wajahnya dia melontarkan kata-kata yang menunjukkan bahwa dia belum menyerah untuk mengejarku.

"Kali ini kami mundur, tapi jangan mengira kami akan berhenti. Kami pasti akan kembali ..."

Dibantu oleh dua orang prajuritnya, Ivan naik ke atas punggung kudanya. Setelah menatap sinis padaku dan pria yang masih tegap berdiri di depanku ini, Ivan beserta prajuritnya memacu kudanya untuk berlari meninggalkan tempat ini.

Eternal Kindness (Princess Giania And The Witch From The Past) [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang