Part one.

960 19 0
                                    

"Sa, masuk kelas mana?"

Aku menengok mencari suara yang ditujukan padaku. Ah, ternyata Priska yang bersuara tadi.

"Belom tau, Pris. Baru juga mau liat di papan pengumuman. Takut banget ga sekelas deh sama lo dan yang lain."

"Sini gue temenin liat." Ajak Priska sambil menggandeng tanganku.

Iya, ini hari pertama masuk sekolah setelah libur yang terlalu sebentar menurutku. Siapa juga yang akan bersemangat sekolah pada hari pertama masuk? Walau aku tetap senang, karena bisa bertemu dengan teman-teman kembali. Dengan pelajaran? Maaf aku muak dengan itu.

Setiap pergantian tahun ajaran baru, sekolahku menerapkan aturan mengacak absen ke kelas yang berbeda setiap tahunya. Alasannya sih untuk saling mengenal satu sama lain dalam satu angkatan.

Aku mulai menelusuri deretan nama di papan tersebut. Sudah puluhan nama aku telusuri belum juga ku temukan nama ku dalam deretan itu. Sudah tiga kelas IPA dan dalam tiga kelas itu pula sudah ku temukan semua nama teman-temanku. Bahuku perlahan-lahan mulai merosot saat ku temukan nama ku di kelas IPA 4. Bukan, bukan karena kelasnya, tapi masalahnya aku sendirian berada di kelas itu tanpa teman.

Aku bukanlah anak yang mudah untuk memulai perkenalan. Maka dari itu juga aku mulai merasakan takut. Semua pikiran negatif pun berkecamuk dalam otakku.

Priska sepertinya melihat perubahan gesture tubuhku. Ia langsung memeluk tubuhku. Katakan aku penuh drama. Nyatanya aku memang terlalu takut memulai hari dengan kelas yang menurutku akan lebih banyak lagi memunculkan drama.

Banyak anak-anak populer di kelas ku. Dan aku hanyalah debu yang menempel dalam kelas itu.

"Gapapa Sa, gapapa. Kan malah enak nambah temen baru, ya kan?" Ucap Priska dengan lembut.

"Iya sih, tapi kan gue tetep aja takut. Tau sendiri ada Mars dkk. Salah dikit aja mati gue."

Iya Mars adalah orang yang paling bisa membawa arus. Ia mungkin bisa dikatakan pengendali segalanya. Paling berkuasa dalam angkatan ini, omongannya akan langsung mempengaruhi semuanya. Salah satu alasanku tidak ingin di kelas itu.

"Ada Florencia, Putri, dan Emanuella kan di kelas lo. Mereka baik-baik kok. Ajak bareng aja." ucapnya memberikan semangat.

"Gue bahkan ga kenal sama Emanuella dan Putri. Sama Florencia aja gue ga deket." Lirih ku pelan.

Aku sudah mulai menerima. Ucapan Priska sedikit banyak membuka pikiranku yang sedang kalut.

"Coba dulu, Sa. Kita ga bakal tau kalo ga di coba. Siapa tau kalian cocok."

Kringgggggggggg

"Udah bel tuh masuk kelas yuk! Udah ga usah terlalu dipikirin gimana gimananya. Jalanin aja kaya air mengalir."

Priska menarik tanganku menuju koridor kelas XII IPA.

Ku hembuskan napas berulang kali. Ya setidaknya membantu mengurangi kegugupan. Hal pertama yang harus aku lakukan sekarang adalah mencari Florencia.

Aku memasuki kelas, sudah ramai ternyata. Kepalaku celingak-celinguk mencari bangku kosong. Akupun menemukan bangku tersbut di barisan ketiga dari depan. Bersyukur bukan meja depan yang aku dapatkan. Tidak asik banget, hari pertama udh di depan.

Sekarang, aku harus mencari florencia. Dia dimana ya?

Clarissa Aurelie
Flo, lo dimana?

Sekitar 5 menit aku menunggu balasan. Akhirnya bunyi notifikasipun muncul. Aku bisa bernapas lega melihat nama yang masuk.

Florencia Agatha
Gue di depan kelas nih. Lo sekelas gue ya? Ddk sma siapa lo?


Clarissa Aurelie
Iya gue sekelas lo. Duduk sendiri, lo bareng gue aja sini.

Aku mulai menutup aplikasi pesan itu dan mulai menunggu. Ah untungnya, Flo juga tidak tau mau duduk sama siapa.

"Hai Sa."

"Oh, Hai Flo. Gila kalo gue ga kenal lo gue ga tau mau duduk sama siapa." Ucapku perlahan.

Flo mendaratkan bokongnya di sebelahku, "Gausah lebay, Sa."

"Ih, serius juga gue. Lo harus tau gue benci banget masuk kelas ini. Yakin banget gue bakal banyak drama nanti. Noh liat deh, kita sekelas Bruno." Bisikku takut ada yang mendengar. Kalo sampe ketauan hidupku di sekolah ini juga akan berakhir.

"Sstt jangan ngomong sembarangan deh. Jalanin aja, walau gue juga rada mikir gitu."

Kami berdua asik dengan pemikiran masing-masing sambil mengamati suasana kelas yang akan kami jalani hampir setahun ini.

"Selamat siang, Anak-anak." Ucap wali kelas baru ku dengan senyum khasnya.

Aku dan Flo menganga lebar, saking kagetnya

"Ibu Yani" teriak kami berdua tertahan.

"Sa, kayaknya sekarang gue sependapat sama lo. Gue juga benci ini kelas."

Heyhooo!!!🙌🙋🙌🙋🙌

Aku kembali dengan cerita baru. Yang menunggu Stuck maaf ya belum bisa update. Entah kenapa ide ku buat cerita Stuck belum muncul.

Sesaat aku mencari ide untuk Stuck, yang muncul malah cerita ini HAHAHAHAHAHAH

Silakan menikmati cerita ini, teman-temanku sekalian. Terimakasih yang masih mau baca semua karyaku. Semoga kalian diberkati Tuhan💞💞💝💝

Komen sama vote ya!! 😊😆😆

Stay, pleaseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang