Part two.

697 16 0
                                    

"Astagaaaaa, akhirnya pulang!" Ucapku senang.

"Jangan lebay kenapa, Sa." Ucap Putri menanggapi.

Iya, aku sudah berkenalan dengan Putri. Anaknya baik tapi bawel. Sebenarnya aku sedikit banyak sudha tau tentang Putri dari teman-temanku. Apalagi Bella yang sudah pernah sekelas sama dia, sering sekali menceritakannya padaku.

Lebih baik aku perkenalkan teman-temanku terlebih dahulu. Aku mempunyai sebuah geng yang beranggotakan 5 orang termasuk diriku. Ada Priska, gadis yang menemaniku pagi tadi. Bella, yang sekelas sama Putri tahun lalu. Laurent, aku belum bertemu dia hari ini. Dan terakhir, Andira, dia satu-satunya anak IPS di kelompok kami.

"Yeu bukanya lebay, Put. Gue cuman lelah ngadepin kelas ini. Tau sendiri kan kenapa? Mana wali kelasnya gitu." Ucapku membela diri.

"Gue balik ya! Bye Flo, Put."

Aku mulai berjalan ke arah kelas teman-temanku. Menunggu mereka keluar untuk turun bersama ke arah lobby. Aku bukan anak kaya, yang setiap pulang di jemput supir. Aku pulang sendiri menggunakan kendaraan umum. Walau begitu aku tetap bersyukur, karena aku jadi mendapatkan teman lebih banyak.

"Eh, Hai Vir!" Sapaku pada Vira. Dia ini teman pulangku dri tahun lalu. Kebetulan rumahnya dekat denganku. Jadi kami sering pulang bareng, alhasil jadi sangat dekat.

"Balik naik apa, Sa?"

"Busway sih kayaknya. Ga ada pilihan lain." Balasku konyol. Vira hanya melirik sinis sebagai balasan.

"Ya udh, ayok pulang keburu sore. Males ah rame-rame." Ajaknya bersemangat.

Saat aku ingin berjalan, membalas ajakan Vira. "Eh tunggu deh, lo ga nungguin Ken?"

Ken itu pacarnya si Vira. Iya emang keseharianku, ya jadi nyamuknya mereka. Entah sampai kapan aku seperti ini. Kapan ya punya pacar? Aku menggeleng-gelengkan kepalaku, mengusir segala pikiran aneh ini.

"Tau tuh, katanya ntar nyusul. Palingan beli makan. Kita duluan aja nunggu di Sarinah. Panas banget disini."

Aku mengikutinya saja. Ya, Vira pasti lebih mengetahui tentang pacarnya kan. Jadi aku ikut saja. Seperti biasa aku dan Vira selalu membicarakan hal-hal yang sangat tidak penting. Tapi menurutku lucu, jadi kita pasti tertawa bersama.

"Virrr!"

Teriakan itu sontak membuat kami berdua menengok ke arah suara itu. Ternyata Ken. Tapi tunggu, Ken tidak sendiri.

"Lama banget sih, kamu kemana aja?" Gerutu Vira.

"Ih tadi tuh, si Joseph. Lelet banget udh kayak cewe."

Aku sering melihat dia, sepertinya di sekolah. Tapi aku tak tau juga namanya siapa.

"Ya udah, jangan ribut ah. Pulang aja yuk. Cape." Kataku menengahi.

Akhirnya kami berjalan ke arah halte seperti biasanya. Tidak, ini tidak seperti biasanya. Biasanya hanya bertiga tidak berempat.

Canggung banget asli, aku tak tau harus berbuat apa. Jadi aku hanya diam dan berjalan, selagi Vira ngobrol dengan Ken. Dia, Joseph, maksudku juga hanya diam.

"Ekhemmm," Vira berdehem menghilangkan kecanggungan kami berdua mungkin.

"Kalian belom kenalan ya? Padahal gue diemin biar kalian kenalan. Lo juga, Josh! Gimana sih bukannya ajakin kenalan." Oceh Vira. Aku hanya tersenyum kecil. Dan aku bisa melihat matanya melotot ke arah Vira.

"Jadi dia Clarissa, dan dia Joseph." Ucap Vira memperkenalkan.

Aku melihat kearahnya dan tersenyum, ketika itu juga tangannya terulur menunggu balasan. Akhirnya, akupun membalasnya dan tersenyum kembali.

"Eh, gue udh follow instagram lu belom sih?" Ucapnya tiba-tiba. Terlalu tiba-tiba, hingga aku terkaku sebentar.

"Hm, kayaknya udah."

Aku merutuki kelakuanku saat ini. Asataga, kenapa jugaaa sih harus pake topik kayak gini. Ayo, ayo cari topik. Ini lagi si Vira jalan lama banget, pake mesra-mesraan di jalanan. Kayaknya dia sengaja. Awas aja nanti pas udh berdua.

Ia sibuk memainkan ponselnya. Aku berdiri kikuk didepannya. Ia bahakn lebih memilih bermain ponsel daripada mengajakku berbicara. Aku harus bagaimana? Pilihanku jatuh pada ponsel. Bodo amat dibilang sombong, daripada kelakuanku bikin dia illfil.

Aku tetap gelisah. Astaga kemana si Vira! Aku tau, dia juga melirik ku dari matanya itu. Sepertinya, kegelisahanku tertangkap matanya. Seketika juga aku malu. Tuh kan, sudah aku bilang aku tidak pintar masalah seperti ini.

"Mereka lama banget ya." Ucapku tiba-tiba. Aku juga kaget kenapa bisa berbicara seperti itu. Kesannya aku yang emang mau banget ngobrol sama dia.

"Hmm, iyaa nih. Mau duduk dulu engga?" Ucapnya sambil menatap deretan kursi didepan kami.

Aku hanya mengangguk dan mengikutinya dari belakang. Aku sudah pernah bilang belum, kalau Josh ini ganteng? Aku kayak semacam debu doang disampingnya.

"Rumah lo dimana, Sa?" Tanyanya.

Aku sedikit terkejut, tapi sebisa mungkin tidak begitu terlihat. Aku melirik ke arah tangannya sejenak. Ternyata ponselnya telah ia masukkan. Dan hal itu juga yang sontak membuat aku sedikit tersipu. Tandanya, segala perhatiannya hanya tertuju padaku sekarang.

"Cengkareng, deket Vira. Jauh banget ya?"

Dia tertawa, dan wajahnya semakin tampan. Sepertinya, dia orang yang asik. Tidak seperti bayanganku tadi.

"Iya jauh banget. Gue kalo ga kepaksa nih ya kesana,  gue ga mau kesana." Ucapnya becanda.

"Ga sejauh itu juga kali, jangan lebay, Josh." Ucapku sambil memutar bola mataku.

"Ga ush sinis-sinis juga mbak. Becanda gue."

Aku hanya terkekeh menanggapi. "Ngomong-ngomong, gue jarang banget liat lo di sekolah."

Aku menengok kearahnya, " Lo ga pernah liat gue, apa ga peduli sama sekitar?" Aku tertawa.

Giliran dia yang memutar bola matanya malas.

"Gue aja pernah liat lo, sering bahkan dulu. Pas lo, lagi deketin anak kelas gue."

Iya aku baru ingat sekarang, dia laki-laki yang dulu pernah mendekati salah satu temanku di kelas. Tyara namanya.

"Hah? Siapa deh? Lupa gue."

"Lupa, karena saking banyaknya ya, Mas?"

Aku tertawa kencang melihat wajah sebalnya. Dia hanya mendengus menanggapi tertawaanku.

"Ketawa aja sana sampe puas."

Aku semakin tertawa. Dia asik juga ternyata. Bahkan, jika orang melihat kami. Mereka akan berpikir, kami ini sudah berteman sangat lama.

"Ceileh, udah akrab nih?"

Dasar, suara itu bikin sebel setengah mati. Jalan lama banget kayak siput. Aku mau pura-ura ngambek. Ga mau ngomong sama dia. Aku langsung mendekat kearah Josh, membisikan sesuatu.

Kami berdua, aku dan Josh maksudnya. Terus mengobrol tanpa mempedulikan pasangan yang terbengong melihat aksi ngambek kami. Bukan kami sih, hanya aku. Josh hanya mengikutiku.

"Sa, jangan ngambek dong!" Kata Vira berusaha membujukku. Aku tertawa dalam hati.

"Tau lo, jangan ngambek lah!" Ken membantu berbicara denganku tidak tega dia sepertinya melihat wajah Vira. "Ini juga, lo ngapain pake acara ikut-ikutan ngambek!" Tunjuk Ken pada Josh.

Josh hanya menggedikan bahu, saat aku meliriknya. Dan kami tersenyum penuh arti.

Hello, Hello

Gue kembali dengan part ini. Semoga menghibur segala rindu lara membaca wattpad.

Vote and comment 😘😘😘

Stay, pleaseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang