Part ten.

294 5 0
                                    

"Jadi, sifat koligatif itu dibagi empat, penurunan tekanan uap, kenaikan titik didih, penurunan titik beku sama perubahan tekanan osmotik," jelasku.

"Hmm," deheman saja balasannya untukku. Kira-kira dia mengerti tidak ya? Keluar juga dri mulutku pemikiran itu.

"Ngertiii, lanjut."

"Kalo dia elektrolit harus dikaliin sama faktor van hoff yang simbolnya 'i'. Segitu dulu deh, sekaramg kerjain soal aja, biar cepet ngerti, gimana?" Tanyaku minta persetujuan.

Iya, ini aku lagi menepati janjiku padanya. Aku sedang mengajarkannya kimia. Bsk dia ulangan, sebenarnya bsk aku juga akan menghadapi ulangan fisika. Tapi entah kenapa, aku lebih tertarik untuk mengajari kimia. Lagian, aku juga udh pasrah si sama nilai fisikaku.

"Ngerjain soalnya, nanti aja ya? Istirahat dulu cape," bujuknya.

Ni anak, emng paling-paling ya. Kalo kalian penasaran ini jam berapa, aku kasih tau. Sekarang jam sudah menunjukan pukul 12.30, artinya aku bakal tidur pagi ini.

"Hmm, ya udh jan lama-lama. Duapuluh menit aja ya," peringatku padanya.

"Iya bawel! Eh Sa, tadi gue ngobrol panjang banget loh sama Ocha."

Curhat mode on. Dasar, ada celah dikit aja langsung curhat ini anak ga ngerti lagi. "Sumpah? Terus ngomongin apa aja?"

"Sumpah Sa. Gue seneng banget. Banyaklah, kepo lo," ucapnya angkuh.

Idihh, nyebelin. Ngapain ya cerita kalo ga mau diselesein. Kenapa ada si, orang-orang senyebelin dia?

"Ohh gitu ya?"

"Iya lah."

"Oke fine! Belajar sono sendiri, gue mau tidur," setelah mengucapkan itu, aku mematikan sambungan telepon.

Belum ada semenit, ponselku sudah ramai dengan dering telepon. Yang tak lain dan tak bukan, adalah Josh. Aku biarkan ponsel itu tetap berdering kencang. Kalang kabut pasti, tapi sekali-kali harus diginiin.

Dering telelpon berenti sejenak. Tapi detik berikutnya berdering kembali. Belum menyerah juga ternyata. Batinku.

"Akhirnya, dijawab juga!" Sergahnya cepat. Aku juga bisa mendengar napas leganya dari ujung sana.

Aku ingin terkekeh membayangkan muka kesalnya. Pasti menggemaskan, eh.

"Hmm," hanya dehemam yang ingin aku jawab. Ingin aku sekali lagi menguji kesabarannya. Sebut aku jahil, aku tak peduli karena ini menyenangkan.

"Gue minta maaf sepanjang itu yang ga ngalahin tol Jakarta-Tegal, dan lo cuman jawab 'hmm'. Sumpah demi apapun, Sa. Lo kejam banget," cercahnya frustasi.

Mati-matian aku menahan tawa. Untung ini panggilan suara bukan video. Kalo video, sudah dipastikan ini akan gagal. Eh, video? Aku sudah mulai gila.

"Mau belajar apa engga? Kalo engga gue tinggal lagi,"jawabku dingin.

Aku bisa merasakan keheningan di ujung sana. Entah kaget, atau ga tau harus menjawab apa.

"Gaada jawaban berarti engga mau belajar lagi kan. Gue tidur ya, bye."

Baru saja, aku akan memutuskan sambungan ini. Suara berat itu akhirnya terdengar. "Ehhhh, jangannn. Iya gue mau belajar lagi."

Seketika itu juga, tawaku pecah. Aku tertawa tanpa harus ditahan-tahan seperti tadi. Ternyata, bahagia sederhana.

"Kok lo ketawa?!?!" Tanya Josh bingung. "Lo ga habis ngerjain gue kan? Sialan lo, gue panik," lanjutnya mengomel.

"Iya, iya maap deh. Abisnya lo nyebelin."

"Liatin lo, Sa. Gue ga bakal tinggal diam. Tunggu pembalasan geu besok," ucapnya kesal.

"Udah belajar lagi sana. Pokoknya dasarnya itu, tinggal diotak-atik doang. Nilai lo seratus deh," ucapku sedikit angkuh.

"Clarissa emng wanita paling sombong! Dasar cewe gila."

Aku hanya tertawa mendengar gerutuan kesal dari lelaki ini. Entah perasaan apapun yang muncul ini, aku tidak akan berniat menahannya lagi. Karena ternyata perasaan ini, menyenangkan.

***

"Pagi Papi, Pagi Mami. Pagi dedek!" Ucapku menyapa semuanya.

Oh ya, aku belum bercerita tentang adikku. Jadi aku memiliki dua adik, yang satu laki-laki dan yang satu perempuan. Yang laki-laki, baru kelas SMP tiga. Aku yakin seratus persen, saat aku menceritakan adikku yang perempuan kalian akan sedikit terkejut.

Adik perempuanku baru menginjak umur satu tahun setengah bulan kemarin. Yang berarti kita berdua berbeda 16 tahun. Iya memang sejauh itu.

"Sana makan. Mau bareng papi ga sekolahnya?" Tawar Papi.

"Mau lah! Mayan hemat uang jajan," jawabku dengan girangnya.

"Dasar cewe gratisan," saut Marco, adikku.

Aku hanya menggerutu kecil, ya bodo amatlah yang penting aku senang. Sarapan hari ini mendukung suasana hatiku, lengkap sudah pagi indah ini.

"Belajar yang bener, Kak," ucap Papi.

"Siap, dah Pi," pamitku.

Aku berjalan menelusuri lorong kelas. Sudah mulai ramai, seperti biasa aku datang selalu hampir bel. Tak lama kelas ku terlihat, XII IPA 4. Iya, kelas terakhir dari IPA.

Disaat aku masuk dan berjalan menuju mejaku, aku merasa sedikit asing dengan suasana ini. Aku memincingkan mata mencati ketidak benaran yang terjadi. Dan, ternyata ada lelaki yang beberapa waktu ini jdi dekat dengan ku. Siapa lagi kalo bukan lelaki yang kemarin menyita waktu tidurku. Josheph Christyhans.

"Ngapain lu di kelas gua?" Ucapku sinis.

"Lo kenapa ngomel-ngomel mulu dari kemaren si?" Tanya Josh padaku.

Aku hanya menatapnya dingin, seperti memberika isyarat bahwa aku ingin duduk. Sepertinya ia mengerti, karena sejurus kemudian ia berdiri mempersilahkan diriku duduk manis di tempat ku. Ia duduk tepat di bangku depan diriku.

"Ih, lo ga jawab pertanyaan gua dah? Marah gara-gara kemaren? Bukannya udh kelar?" Todong Josh.

Sifat ini nih yang bahaya buat hati, terlalu perhatian padahal hanya teman. Memang menyakitkan ya. Mebgabaikan segala pertanyaan itu, aku malah bertanya untuk kesekian kalinya, "lo ngapain disini?"

"Gua mau nanya kimia si, tapi kayaknya mood lu lagi jelek banget. Jdi ga usah deh," ucapnya sambil berdiri membereskan barang-barangnya.

"Jangan marah-marah mulu, Sa. Nanti cepet tua loh! Gua ke kelas yak," lanjutnya. Dan hal itu membuat aku seperti tidak bernapas.

Tau kenapa? Josh meninggalkan aku dengan mengusap rambutku pelan. Manis ga si perlakuannya. Tapi, masalahnyandia hanya menganggap aku teman.

Setelah kepergiannya, aku seperti disadarkan oleh dunia. Banyak mata yang seperti haus akan gossip. Entah apa yang harusnaku lajukan sekarang, aku hanya menelungkupkan wajahku diatas kedua tangan. Malu, dan sepertinya wajahku sudah memerah.

Hello, sudah entah berapa lama aku ga update apapun wkwkwkkwkwkw.

Akhirnya aku kembali sebagai mahasiswa gengs bukan anak SMA lagi. Dan pasti akan lebih sibuk lagi. Aku nulis pasti bakal jarang banget karena nulisnya pasti disaat aku lagi senggang banget itupun palingan 100 kata maksimal jdi lama banget prosesnya. Semoga masih pada nungguin cerita ini yak HAHAHAHAHHA

Selamat membaca semuanya.

Love, Crazloop❤❤❤






Stay, pleaseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang