Bad News, Good News

69 1 0
                                    

"Sandra balikin hanphone gue Sannn!", teriak Raya lalu kami semua tertawa sampai suara iphone di kantongku menginterupsi ku.

"Assalamu'alaikum, iya ada apa ma?"

*****

Aku langsung mengendarai motorku dengan kecepatan yang bisa dibilang sangat amat cepat melebihi kecepatanku biasanya begitu mendengar suara mama di telfon. Mama sakit.

"Assalamu'alaikum, iya ada apa ma?", Tanyaku begitu mengangkat panggilan telfon dari mama.

"Fara kamu ud dah di mana?", suara mama terdengar parau dan sakit.

"aku lagi cafe sama temen-temen ma, mama kenapa? Mama baik-baik aja kan?", tanyaku khawatir mendengar suara mama yang sangat jarang seperti ini. Hesti, Raya dan Sandra langsung menatapku khawatir seolah meminta penjelasan dariku. Aku hanya mengidikkan bahuku dengan wajah yang tetap memancarkan kehawatiran kepada wanita paruh baya yang telah merawatku selama ini. Mamaku.

"Mau pulang jam berapa? Jangan sore sore ya", kata mama lagi dengan suara yang sama, lemas. Apa mama sakit? Tapi tadi pagi mama baik-baik aja. Bodoh! Tadi sama sekarang ya bedalah Fara.

"Bentar lagi ma, mama kenapa? Mama sakit? Mama dimana sekarang? udah di rumah?", tanyaku khawatir dan pandanganku tak lagi menuju kepada teman-temanku melainkan lurus ke depan tanpa memandang apapun dan membayangkan keadaan mama sekarang. Mataku benar-benar terasa panas dan akhirnya tangisku pecah. Aku benci menangis.

"Engga kok mama nanya aja, iya mama udah di rumah kamu nanyanya satu-satu dong Fara. yaudah nanti hati-hati  ya pulang-", suara mama yang terputus membuat fikiranku makin tak karuan akan mama. Apalagi mengetahui keberadaan mama di rumah sekarang, tidak seperti biasanya jam 2 mama sudah pulang dari kantor. Sabar Far jangan gegabah mikirnya, jangan nangis. Lo ga cengeng.

"Halo? Mama masih disana kan? Ma?", aku terus memanggil Mama yang tak kunjung menjawab panggilanku. Something bad is happen right now, fikiranku langsung menunjukkan hal seperti itu.

Aku langsung mematikan panggilan telfon yang masih menyala itu dan menghapus air mataku dengan kasar, kemudian menggendong tasku di pundak, bersiap-siap untuk menuju motorku.

"Far, ibu lo kenapa?", tanya Hesti khawatir bersamaan dengan wajah Raya dan Sandra yang juga sama.

"Gatau, di telfon suaranya lemes banget. something bad is happen right now! Gue yakin itu. Telfonnya langsung putus. Gue duluan ya bye!", kataku seraya berlari mwninggalkan mereka semua.

"Mau ditemenin ga far?", teriak Sandra yang masih bisa kulihat, aku menggeleng pelan sambil berlari meninggalkan cafe.

"Semoga semuanya baik-baik aja far", suara Hesti. Ternyata mereka bertiga berlari mengikutiku sampai ke parkiran.

"Amin, thank girls. Gue duluan", kataku kepada mereka bertiga seraya tersenyum dan meninggalkan tempat itu.

Lampu merah. Damn! Apa lampu merah ini ga bisa mengerti kalau aku lagi sedang dalam keadaan genting saat ini? bodoh, dia kan benda mati! jangan melantur Fara! Fikiranku sudah kabur kemana-mana, hanya ingin cepat-cepat sampai rumah. Cepetan dong lampu berubah jadi hijau!

60 detik kemudian dan Hijau!

Aku langsung memacu motorku dengan kecepatan yang melewati kecepatan rata-rata, tidak peduli mau berapa kecepatannya yang terpenting adalah aku cepat sampai rumah dan melihat keadaan mama.

Bukk

Tidak. Aku menabrak bemper mobil yang bisa dibilang cukup mewah milik seseorang yang sudah pasti kaya ini. Lagian kenapa dia berhenti mendadak sih?! Tidak ini bukan salahku, ini salahnya. Ah banyak sekali rintangan menuju rumahku saat ini! Si pemilik mobil dengan postur tubuh yang tinggi layaknya anak SMA atau kuliahan dan memakai kacamata hitam itu menghampiriku, lebih tepatnya melihat keadaan bempernya dan siap-siap akan memarahiku. Hah,bukan salahku!

My SoulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang