Pretending

60 1 0
                                    

Jakarta, 23 Februari 2014

Fahmi hari ini aneh, dia bertindak selayaknya bukan dirinya. Tetapi lama-lama dia kembali menjadi dirinya sendiri. Hanya saja seperti ada hal lain sejak kepulangannya dari Pontianak kemarin. Entahlah aku juga tidak tahu.

Aku merebahkan tubuhku di kasur, menatap langit-langit kamarku yang putih polos. Lampu sudah ku matikan, dan kamar hanya diterangi cahaya satu lampu tidur. Ponselku bergetar pelan menandakan satu sms masuk.

Ka Rio:

Jangan lupa sholat isya de :)

Dia rajin banget sms aku haha.

Satu fikiran terlintas di benakku membuatku tersenyum akan hal konyol itu. Dekat sama Kak Rio? Terus akhirnya bakal jadian? Pertanyaan sekaligus harapan yang tak masuk akal itu melintas luas di fikiranku. Hahh ngayal terus lo Far.

Me:

Iya ka, kaka juga ya;)

Tak lama pesan dari ku pun terbalaskan lagi.

Ka Rio:

Kaka udah. Kamu sana sholat gih, ntar keburu ngantuk lagi

Me:

Hehe tau aja, iya ntar lagi deh. Masih capek aku;_;

Ka Rio:

Yah yang penting kaka udah ingetin ya. Emang capek knp?

Me:

Abis jalan2 dari Dufan soalnyaaaaa:D

Aku selalu menambahkan emoticon pada setiap pesannya. Karena menurutku jika tak menggunakan emot rasanya orang yang ku ajak smsan itu sedang marah padaku, yah walaupun tidak semuanya seperti itu sih.

Ka Rio:

Lah kamu ga sekolah?:/

Me:

Ngga. Dibawa kabur sama kaka kelas aku haha xD

Ntah kenapa, aku ingin menyebut Fahmi kakak kelas saja ketimbang saudaraku. Pasti akan lebih banyak pertanyaan dari Ka Rio kalau aku menyebutkan 'dibawa kabur sama saudara kembarku'.

Ka Rio:

Lah? Terus kamu gapapa?

Me:

Nggaklah kak hahaha. Lagian kaka kelasnya udah kayak saudara aku sendiri

Yah percakapan kami ternyata berakhir sampai jam 10 malam karena aku ketiduran, keseringanku selalu ketiduran hahah. Akhirnya pagi hari begitu aku membuka mata langsung saja aku meminta maaf pada Ka Rio karena meninggalkannya tidur semalam. Karena belum ada balasan juga, ponselku langsung ku masukkan tas saja begitu aku berangkat sekolah.

Info penting. Penting banget. Banget serius. Aku berangkat sekolah sama Fahmi. Awalnya aku gamau karena memang kami kan mau merahasiakan hubungan kami, tapi Fahmi bersih keras dengan alasan irit ongkos dan bensin. Irit sih karena kami naik mobilhya Fahmi, tapi kan hubungan kami jadi terekspos. Aku gamau repot-repot menerima surat atau cokelat atau apapun itu yang biasanya dikasih ke Fahmi dari fans-fansnya.

"Gue gaakan terima barang apapun yang di kasih fans lo setelah mereka tahu kita saudaraan", kataku pada Fahmi begitu kami sudah di mobil.

"Lah siapa bilang gue bakal bilang kita saudaraan?", tanya Fahmi yang membuat mataku membulat penuh pertanyaan padanya.

My SoulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang