Sudah 2 hari sejak kepergian Ka Rio ke Singapura dan sudah satu minggu belakangan aku disibukkan dengan kompetisi mipa yang akan diselenggarakan di CB. Fahmi, yang niatnya akan ikut dalam kompetisi Fisika beberapa hari lagi terus memaksaku menanyakan materi dari kompetisinya. Dan hanya ku balas dengan jawban tak pasti, kalau aku kasih tau sama saja dengan Nepotisme dong, gak fair sama yang lain.
Tapi namanya juga Fahmi pasti selalu ngebujuk aku dengan cara apapun, apapun.
"Ayodong Far nanti gue kasih es krim deh", bujuknya
"Ogah. Es krim yang dari Mama masih banyak sih kemarin", balasku sambil terus melanjutkan mengerjakan PR rangkuman sejarah Indonesia.
"Hmm yaudah cokelat deh cokelat atau balonn, yaya?"
"Mi! Apaansi! Lo kira gue anak kecil! Lusa TM elah belajar aja sih yang mana aja lo, bawel amat gue lagi konsen sama sejarah", Fahmi memang harus di ketusi. Lagipula kalau di rumah kan aku adalah kakaknya, bukan dia.
"Huuu jahat lo sama gue. Gamau ya gue juara ngebanggain sekolah?"
"Gak main curang juga Mi. Lagian lo pinter elah minder amat si"
"Apa Far? Tadi bilang gue apa? Kok ga kedengeran ya?", kan mulai geernya Fahmi naik kasta. Malesin dah. Langsung saja aku lempar dengan boneka gajah kecil yang ada di meja belajarku dan kena! HAHA RASAIN.
"Ngeselin lo Far"
"Bodo. Udah sana lo pergi. Mumpung gue lagi rajin jangan ganggu deh", usirku
"Dasar pacar gadungan kurang ajar lo Far"
"Gatau diuntung lo Mi. Udah bagus gue mau jadi pacar lo", yahh ini malah nyerempet ke masalah pacar-pacaran. Aku dengan Fahmi sudah memasuki minggu ke-5 pacar-pacaran kami. Dan aku masih belum tau misi si Fahmi menjadikan aku pacar-pacarannya itu apa.
"PACAR?!", suara perempuan terdengar melengking keras memasuki kamarku.
Mama. Mati gue.
Fahmi sama kagetnya dengan aku begitu mama masuk kamar. Gimana engga kaget?! Mama denger pembicaraan kami yang tentang kami pacaran.
"KALIAN PACARAN?!", biasanya orang lebih milih nyelam ke lautan sekarang, atau masuk ke dalam inti bumi yang panas. Secara gak langsung mereka lebih milih mati konyol tanpa ada orang yang tahu daripada dimarahin Mama. Tapi aku lebih baik dimarahi mama aja seengganya gaakan bikin mati ditempat tapi paling mati suri beberapa menit aja.
"Gak kok ma. Ini cuma salah satu ide gilanya Fahmi aja", ujarku mencoba menertralkan kegugupanku.
Tatapan Mama menusuk mata banget, serem serius. Ke aku atau Fahmi sama aja.
"Iya ma. Ini tuh cuma permainan kok, kita cuma pura-pura pacaran di sekolah biar..", kan gantung ucapan Fahmi. Berdoa aja semoga gak ngungkit orang yang selama ini dia bilang dan secara langsung mojokin aku.
"Biar apa Fahmi Yusuf Prawira?", dan saat itu Fahmi tersenyum licik padaku. Sebelum memikirkan kemungkinan terburuk, Fahmi sudah buka suara--
"Biar tau orang yang disuka Fara suka balik apa ngga. Kan bisa cemburu Ma kalo kita pacaran, jadi ketahuan dehh", kata Fahmi dengan smirk tercetak jelas di bibirnya.
Kurang ajar Fahmi!!
"Oh gitu yaa", Mama langsung duduk di ranjangku bersama Fahmi dengan mimik wajah yang berubah total. Dari berapi-api mau ngamuk menjadi imut banget. Mama emang unpredict.
"Jadi... anak mama yang paling besar ini udah mulai kenal suka-sukaan ya", Mama mulai menggodaku. Ah kan lagi rajin gini padahal malah digangguin.
"Apaan sih Maaaa. Duh Fahmi tuh boong Maaaa. Percaya aja lagi sama manusia kayak dia", ejekku dan mencoba kembali fokus pada buku pelajaran di depanku. Mama dan Fahmi pasti lagi berkomplotan ngomongin aku, menyebalkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Soul
Teen FictionPadahal kita ada di belahan bumi yang sama, tetapi kenapa kau tidak bisa melihat bintang yang bersinar terang itu seperti aku bisa melihatnya? Apa itu pertanda kita tak pernah bisa menatap satu masa depan yang sama?