Jangan pernah menilai seseorang dari 'katanya'.
🔰🔰🔰
BUNYI bedebum dari lantai dua terdengar dan dapat dikenali siapa penyebabnya. Memang siapa lagi yang menempati lantai dua jika bukan Badhra? Sudah biasa bagi papa dan mamanya mendengar suara bedebum dari lantai dua. Apalagi, jika hari senin.
"Haduh, dasi gue mana?!" Badhra memang selalu ribut sendiri soal atribut seragam, apalagi dasi.
"BADHRA JANGAN BERISIK! MASIH PAGI INI, YA AMPUN!" Teriak mamanya dari lantai bawah.
"Ya ampun, Ma! Gak tau anaknya lagi bingung apa gimana, sih?!" Badhra memutari semua sudut ruangan kamarnya. Kamar yang awalnya tentram, menjadi kapal pecah akibat ulahnya.
"Badhra!" Itu suara mamanya dari balik pintu.
"Ya, Ma?" Sahut Badhra sambil tangan yang mengobrak-abrik lemarinya.
"Lagi nyari apa sih? Gaduh banget, kedengaran sampai bawah! Malu-maluin aja kamu."
"Nyari dasi, Ma. Bantuin dong!" Selesainya ia berkata, mamanya langsung muncul dalam kamarnya.
"Nyarinya itu pelan-pelan. Jangan kayak orang mau tawuran," ujar mamanya sambil membantu mencari dasi.
Cukup lama mencari dasi berwarna abu-abu itu. Tapi, anehnya. Jika Badhra yang mencari tidak pernah ketemu. Tapi, mamanya yang akan selalu menemukan dasi tersebut.
"Ini apa?" Tanya mamanya dengan malas sambil menunjukkan dasi berwarna abu-abu pada Badhra.
Badhra hanya menyengir saja sambil mengambil dasinya yang sudah ditemukan.
"Lain kali, cari dulu baru ngomel." Badha bungkam saja.
"Udah, cepet turun! Udah jam berapa ini?" Suruh mamanya seraya keluar dari kamar Badhra.
"Iya, bentar lagi. Mama duluan aja."
Badhra mencabut ponselnya yang sedang mengisi daya.
Lalu, saat mengecek ponselnya, banyak pesan masuk dari Kafin. Badhra sudah bisa menebak karena apa Kafin mengirim banyak pesan tersebut.
🔰🔰🔰
"Motor kamu udah sampai tuh," ujar Papanya sesudah menyeruput kopinya.
Badhra yang baru saja ingin duduk, langsung berlari keluar rumah.
"Papa kasihan sama pacarnya nanti. Dia lebih sayang motornya," celetuk Papanya sambil geleng-geleng kepala.
Badhra yang sedang ada di depan rumah, tersenyum sumringah. Karena bagi Badhra, motor berwarna hitam yang sedang ada di hadapannya ini segalanya. Mempunyai kenangan yang membekas. Pertama, karena ini pemberian dari almarhum kakeknya yang satu tahun lalu meninggal. Kedua, dia pernah membonceng kakeknya dengan motor itu setelah debat dengan mamanya yang cemas karena takut kakek Badhra jatuh. Jadi, baginya motor itu sangat berharga.
Badhra masuk ke dalam rumah kembali setelah puas temu kangen dengan motornya.
Saat duduk, Papa dan Mamanya serentak menatap Badhra. Badhra langsung mengernyitkan alisnya, bingung.

KAMU SEDANG MEMBACA
New Life
Teen FictionCalya Daniza Shalitta Seorang murid baru yang menjadi trending topik di sekolah. Ia adalah seorang model muda yang saat ini banyak dicari oleh fotografer. Dulu, kehidupannya hanyalah diisi dengan model, belajar, model, belajar dan begitu seterusnya...