03. Terlalu Dingin

49 8 0
                                    

"Dia terlalu dingin, dan gue gak punya pengalaman deketin cewek. Gue takutnya malah bikin dia risi."

Badhra Danadyaksa Darpa.

🔰🔰🔰

BEL pulang sekolah yang mulai terdengar, membuat beberapa murid kelas 11 IPS 2 bernafas lega. Karena, daritadi rasanya kelas berhawa mengerikan. Dan hawa itu diakibatkan oleh guru yang sedang berjalan keluar kelas, Pak Wiryo. Guru bidang studi Sejarah yang memang terkenal karena tatapannya yang tajam dan suara yang berat.

"Ya ampun, gila asli! Kalau pelajaran itu orang, gue selalu ujung-ujungnya kebelet pipis!" Ujar Kafin menggebu-gebu. Salah satu murid yang selalu menjadi incaran Pak Wiryo.

Kafin memang terkenal dengan ketengilannya yang melebihi Badhra.

"Itu sih, derita lo ya. Salah sendiri gak bisa diem kayak cacing kepanasan," ejek Alister dengan nada yang menyebalkan bagi Kafin, seraya menggendong tas biru tuanya di bahu kanan.

"Diem lo, monyet!" Seru Kafin kesal.

"Badhra! Lo punya jadwal piket, woy!" Teriak Kafin sambil memasukkan ponselnya di dalam saku celana. Alister sudah menunggu di depan kelas.

"Al, ke toilet dulu. Ah, gara-gara Pak Wir nih!" Kafin dengan wajahnya yang ditekuk mendorong badan Alister.

🔰🔰🔰

Badhra menggerutu sebal. Sebab, kedua sahabatnya tidak muncul-muncul. Padahal sudah 10 menit. Akhirnya, dia menyalakan data seluler dan mengirim pesan pada Alister. Badhra termasuk orang yang pelit terhadap paket internet.

Badhra Danadyaksa : lo dimana sih? Lemot dasar_-

Badhra menatap ke arah depan, barangkali kedua sahabatnya muncul. Ternyata, belum.

Lalu, ponselnya berdenting.

Alister Ravisqy : cie kangen. Bentar, gue beli minum. Haus coy.

Badhra mengernyitkan kedua alisnya. Dia mendecak sebal.

Badhra Danadyaksa : yauda. Buruan, jangan tebar pesona ke adek kelas dulu!

Alister Ravisqy : cerewet.

Akhirnya, Badhra memilih untuk menunggu saja.

Saat sedang asyik dengan dunianya sendiri. Mata Badhra tak sengaja melihat Calya yang terlihat gelisah sambil memandangi mobil putih di hadapannya. Sontak, Badhra memandang Calya. Lalu, seperti memiliki indera ke-6. Calya menoleh juga pada Badhra dan ia cepat-cepat menunduk lagi menatap layar ponsel.

Dengan tekad yang kuat dan badan yang mulai berkeringat dingin, Badhra menghampiri Calya dengan langkah panjang-panjang.

"Kenapa mobil lo?" Tanya Badhra sambil memandang mobil Calya.

"Sok kenal banget sih," sinis Calya dengan menyipitkan matanya.

"Ditanya baik-baik juga." Lalu, Badhra membuka kap mobil Calya untuk mengecek.

Setelah menutup kap mobil, Badhra kembali menghadap Calya.

"Akinya habis. Gue anterin aja, ya? Biar mobil lo diurus Alister," Calya yang mendengar tuturan dari Badhra, wajahnya berubah kesal.

New LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang