Hari Pertama (Senin)

334 37 13
                                    

Kejadian berlangsung dari pukul 08:00 WIB – 09:00  WIB

Apartemen Permata Hijau, Jakarta Selatan, DKI Jakarta

Cuaca pagi kota Jakarta tengah bersahabat kepada penduduknya, cerah namun mendung menggantung di langit kota ini. Namun, cuaca cerah tersebut berbanding terbalik dengan suasana dalam kamar apartemen di mana sepasang suami istri tengah duduk berhadapan, mereka berdua menikmati sarapan dengan dibarengi obrolan pagi.

Suami-istri tersebut bernama Naufal Arbi dan Esti Rahmawati.

"Bagaimana dengan rasa nasi goreng-nya, mas?" Tanya Esti kepada Naufal memecah keheningan di ruang makan. "Pas atau keasinan?"

"Lezat, sayangku." Jawab Naufal sambil mengunyah nasi yang telah berada dalam mulutnya.

"Beneran enak?" Kejar Esti seolah tak percaya dengan jawaban Naufal.

Dengan tetap menyantap sarapan, Naufal menganggukkan kepala untuk menyakinkan istrinya bahwa masakan nasi goreng memang benar-benar lezat dan enak.

Tapi, ternyata anggukan kepala Naufal tak memuaskan hati Esti. Esti menatap Naufal dengan intens menunggu terucapkan satu kata dua kata.

Maka, kembali Esti berkata, "Aah, paling cuma sekedar menyenangkan aku saja!"

Mendengar komentar Esti, Naufal menatap mata istrinya sembari meletakkan sendok dan garpu dan menghentikan acara makannya.

Dan, ternyata, Esti pun melakukan hal yang sama.

Hening.

"Ada apa dengan dirimu, sayangku?" Tanya Naufal membuka percakapan kembali. "Sepertinya kamu sedang ada masalah ya? Tak mungkin hanya karena ucapan enak saja dipermasalahkan?"

Esti tak segera menjawab pertanyaan Naufal, suaminya. Dia menghela napas sejenak. Huff...

Melihat Esti menghela napas, maka Naufal melanjutkan perkataannya, "Pasti kamu kepikiran sesuatu! Lebih baik ungkapkan saja, siapa tahu aku bisa membantu untuk menyelesaikan apa yang sedang kamu pikirkan!"

Setelah Naufal berucap, barulah Esti berkata, "Ya, mas. Aku memang lagi kepikiran sesuatu hal. Kok mas tahu bahwa aku sedang kepikiran sesuatu?"

Naufal tersenyum begitu mendengar ucapan sang istri, Esti.

Melihat suaminya tersenyum, Esti pun memanyunkan bibir dibarengi dengan mata indahnya melotot tajam dan berucap, "Bukannya menjawab eh malah senyam-senyum, memangnya aku ini badut ya?"

Esti merajuk.

Melihat Esti merajuk, mau tidak mau, Naufal pun menjawab pertanyaan istrinya.

"Sayangku, aku mengenal dirimu sudah bertahun-tahun bukan sekedar bulanan. Aku mengenal dirimu dari sebelum menikah di mana ibu dan bapakmu masih sehat dan masih hidup hingga sekarang. Jadi, aku sudah tahu dan mengenal banget kebiasaanmu."

Esti mangut-mangut menanggapi penjelasan Naufal.

Melihat reaksi Esti hanya mangut-mangut saja, maka Naufal kembali berkata, "Sekarang, lebih baik kamu ungkapkan saja apa yang menjadi beban pikiranmu! Siapa tahu, aku bisa meringankan beban pikiranmu."

Begitu suaminya menyuruh dirinya untuk berterus-terang apa yang tengah menjadi beban pikirannya, maka Esti menyerocos, "Aku bosan, mas. Aku bosan dengan pekerjaanku. Aku bosan dengan suasana di kantorku."

Melihat Naufal hanya diam, tidak memberikan tanggapan.

Maka, kembali Esti berkata kali ini cenderung bertanya, "Menurut mas, apa yang harus Esti lakukan?"

7 Hari (Karma)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang