Hari Kedua (Selasa)

167 36 6
                                    

Kejadian ini berlangsung dari pukul 07:00 WIB s.d. 08:00 WIB

Rumah kontrakan sederhana, Bintaro sektor III, Bintaro Jaya, Jakarta Selatan, DKI Jakarta

Pagi itu, Sugeng telah menyelesaikan acara mandinya. Sekarang, dia tinggal menunggu tukang bubur ayam lewat depan rumah kontrakannya. Ya, sebelum berangkat ke kantor, dia terbiasa sarapan bubur ayam.

Ketika dia baru saja mau duduk di teras depan rumah kontrakannya, tiba-tiba terdengar ketukan di pintu.

Tok...tok...

Tak berapa lama disusul dengan ucapan salam, "Assalam mu'alaikum, selamat pagi."

"Paling-paling si kunyuk itu! Pagi amat datangnya!" Kata Sugeng kepada diri sendiri sebelum membukakan pintu dan menyambut salam dari tamu yang datang di pagi hari itu.

Selanjutnya, sambil membuka pintu, Sugeng menjawab salam, "Wa alaikum salam."

Dan, begitu pintu terbuka, apa yang diprediksikan oleh Sugeng ternyata benar adanya, terlihat sosok tinggi besar dan gempal milik sahabatnya, Walda.

Setelah Walda duduk di ruang tamu, Sugeng bergurau, "Ngapain elo datang pagi-pagi? Emangnya istri elo udah ogah ya nyediakan sarapan buat elo! Ha ha ha..."

"Enak aja, gue ke sini berhubung gue mengkhawatirkan masa depan, lo nyet! Sekalian pengin traktir elo sarapan sekali-sekali!" Timpal Walda membalas gurauan Sugeng.

"Bisa aja, lo nyuk. Ya, udah kita tunggu aja abang tukang bubur ayam lewat."

"Oke, nyet. Ngomong-ngomong sediakan kopi dulu dong, nyet. Masa tamu nggak disuguhi minum sih!"

"Ya, udah tunggu bentar, nyuk !" Sahut Sugeng setelah Walda minta dibuatkan segelas kopi hangat.

Selang sepuluh menit kemudian...Mereka berdua menikmati segelas kopi hangat dengan mengobrolkan sesuatu setelah menyelesaikan acara sarapan bubur ayam bersama.

"Ada apa sih? Kok elo sampai harus datang ke kontrakan gue?" Tanya Sugeng to the point kepada Walda. "Penting banget ya yang mau diomongkan?"

"Ya, memang penting buat elo bukan buat gue. Tapi, ada juga sih hubungannya dengan gue khususnya tali silaturahim antara gue, elo, dan keluarga elo!" Jawab Walda tanpa tedeng aling-aling setelah menyeruput kopinya.

Sugeng terdiam begitu Walda menyebutkan alasannya datang ke rumah kontrakannya.

Melihat Sugeng terdiam, Walda melanjutkan penjelasannya.

"Kemarin siang sehabis kita makan siang bareng, nyokap elo telepon gue. Dia minta ketemuan sama gue di jam istirahat makan siang untuk obrolkan sesuatu. Dan, gue yakin dia mau omongin masalah elo, nyet!"

Begitu Walda sudah menyelesaikan penjelasannya, maka dengan segera Sugeng mengkonfirmasikan sikap Walda, "Elo nggak punya maksud kan untuk kasih tahu di mana gue kerja dan di mana gue tinggal kan?"

"Nah tuh dia, gue kemari tuh untuk cari solusi terbaik buat elo dan buat gue, nyet. Gue nggak mo ingkari janji gue sama elo tapi gue juga nggak mo punya dosa akibat perbuatan gue demi elo terhadap orang tua elo. Masalahnya di sini, guelah yang berada di pihak yang paling tidak mengenakkan. Gue terjepit antara sobat gue dan orang-tua sobat gue yang sudah gue anggap sebagai orang tua gue juga."

Sugeng terdiam tak memprotes tindakan Walda, dia sedikit banyak memaklumi posisi dari Walda, sahabatnya.

Hening.

"Terus, apa yang elo usulkan, nyuk?" Tanya Sugeng memecah kebisuan.

"Gue minta ijin untuk kasih nomor ponsel elo kepada nyokap elo! Solusi yang gue usulkan ya itu. Gua bakalan kasih nomor ponsel elo sama nyokap elo setelah elo ijinkan. Dan harus diijinkan, kalo elo masih pengin kita bersahabat!"

7 Hari (Karma)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang