Kejadian ini berlangsung dari pukul 07:00 WIB s.d. pukul 08:00 WIB
Perumahan Asri Griya, Sawangan, Depok, Jawa Barat
Pagi yang cerah dengan angin sejuk sepoi-sepoi menyapa sepasang suami-istri yang tengah duduk menikmati pemandangan taman di halaman depan rumah mereka. Mereka adalah Soewarno dan Titik Soewarno.
Dalam menikmati suasana pagi, terlihat baik Pak Warno maupun Bu Warno sibuk dengan aktivitas masing-masing.
Pak Warno dengan kesibukan membaca koran pagi sementara Bu Warno sibuk menyesap segelas teh manis hangat.
Mungkin bosan dalam kebisuan, akhirnya Bu Warno menegur suaminya.
"Pak, kemarin nak Oktavia mentransferkan uang ke rekening Yayasan!"
Mendengar teguran istrinya, Pak Warno meletakkan koran di meja dan kemudian dia menyahuti, "Alhamdulillah, berarti uang tersebut bisa untuk mengembangkan yayasan yang ibu kelola dong."
"Iya, pak. Tapi uang yang ditransferkan lebih dari cukup, pak. Masih banyak lebihnya, ibu punya usul dan semoga bapak setuju dengan usul ibu."
"Ya, bu. Ngomong aja, bu. Bapak dengarkan." Seru Pak Warno.
Bu Warno yang menyaksikan antusiasisme dari suaminya, segera mengemukakan usulannya.
"Begini ya pak. Setelah dihitung-hitung semalam ternyata untuk pengembangan yayasan tidak menghabiskan seluruh dana yang ditransferkan oleh nak Oktavia. Masih ada dana yang tersisa sekitar dua milyar rupiah, pak."
Pak Warno yang mendengar dari mulut Bu Warno tentang dana yang tersisa masih berkisar dua milyar rupiah langsung berseru, "Wuiih, masih sisa dua milyar?"
"Iya, pak." Sahut Bu Warno. "Sisa dua milyar ini harus dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk hal-hal yang bermanfaat untuk masyarakat, soalnya kalau didiamkan nanti malah tidak amanah dan timbul korupsi, pak."
"Terus berdasarkan pertimbangan yang ibu katakan tadi lalu sisa dua milyar tersebut menurut ibu enaknya diapakan?" Tanya Pak Warno menanggapi pernyataan Bu Warno.
Bu Warno tanpa basa-basi menjawab pertanyaan Pak Warno dengan nada tegas.
"Bagaimana kalau digunakan untuk mengembangkan mesjid yang bapak kelola? Kan mesjid yang ada sekarang hanya satu lantai, bagaimana kalau ditambah satu lantai lagi?"
Pak Warno terdiam, dia memikirkan lebih mendalam usulan istrinya.
Melihat suaminya terdiam, Bu Warno pun memilih diam, dia menunggu respon suaminya.
Sepuluh menit kemudian, barulah Pak Warno memberikan tanggapan atas usulan Bu Warno tentang pengembangan mesjid yang berada di kawasan perumahan di mana mereka tinggal.
"Usulan yang bagus, bu. Tapi, bapak tidak bisa memutuskan dengan segera apakah menerima usulan ibu atau menolaknya. Bapak harus bermusyawarah dengan para pengurus mesjid dulu."
Bu Warno menyahuti, "Baik, pak. Tidak masalah, ibu akan tunggu berita dari bapak. Semoga saja para pengurus setuju dengan usulan ibu."
Jeda sejenak.
"Ada lagi yang mau ibu obrolkan?" Pak Warno bertanya kepada Bu Warno setelah sempat terjadi vakum dalam pembicaraan walaupun sebentar saja.
"Tidak ada, pak. Tidak ada lagi. Bapak sudah mau berangkat ke kantor kelurahan ya?"
"Iya, bu. Nggak baiklah kalau bapak selaku lurah malah datang terlambat ke kantornya."
"Iya, pak. Aku paham dan maklum kok. Ya, sudah sana bapak mandi dulu. Biar fresh dan segar." Bu Warno menyuruh suaminya untuk mandi sebelum berangkat ke kantor.
KAMU SEDANG MEMBACA
7 Hari (Karma)
Action"Makanya kulakukan dengan serius dan hati-hati berhubung deposito ini untuk masa depan di mana aku tidak perlu bekerja lagi cukup terima bunga saja dari dana ini." "Siip, aku setuju banget!" "Dan, mas tolong juga bersiap-siap untuk kemungkinan melen...