Epilog

195 29 22
                                    


Lima tahun kemudian setelah kejadian drama tujuh hari...

Perumahan Graha Bintaro, Bintaro sektor IX, Bintaro, Tangerang, Banten

Sore yang cerah menaungi langit kota Tangerang, di salah satu rumah kawasan Bintaro tepatnya di halaman belakang, terlihat dua laki-laki dewasa tengah duduk berhadapan bermain catur. Dua laki-laki tersebut adalah dua sahabat yang bernama Sugeng dan Walda.

Dan, di sela-sela permainan, Sugeng bertanya, "Elo serius sama ucapan elo?"

Walda yang mendengar pertanyaan Sugeng balik bertanya kepada Sugeng, "Serius? Serius tentang apa?"

Sugeng mengernyitkan dahi mendengar pernyataan Walda, lalu dia berkata, "Serius tentang perjodohan anak-anak kita!"

Walda pun segera menyahuti, "La iyalah. Kenapa tidak? Anak gue cowok terus anak elo cewek, kan pas untuk dipasangkan apalagi selisih usia tidak jauh. Biar silaturahim kita terjaga hingga anak cucu kita kalau bisa."

Sugeng tidak merespon langsung pernyataan Walda. Terlebih dahulu dia menggerakkan bidak caturnya baru kemudian dia bersuara, "Hmmm...gue sih setuju-setuju saja. Tapi, apa elo sudah tanya sama Vivi tentang rencana perjodohan ini? Aoakah elo yakin dia bakalan setuju?"

"Walah, kan kepala rumah tangga gue? Kalau pun dia tidak setuju, tetap saja keputusan ada di tangan gue! Mau gue begini tentu sebagai istri yang baik, dia tidak boleh menentang keputusan gue sebagai suaminya!" Walda berargumentasi.

Sugeng menimpali, "Iya...iya...gue tahu. Ya sudah kalau memang demikian. Kita sepakat dengan perjodohan ini kan?"

"Sepakat dan deal!" Seru Walda menanggapi ucapan dari mulut Sugeng sambil mengacungkan jempol.

= oOo =

Perumahan Asri Griya, Sawangan, Depok, Jawa Barat

Di siang hari yang panas itu setelah menikmati hidangan makan siang bersama, suami istri, Soegiyono dan Rina memutuskan untuk bersantai dengan duduk lesehan di teras belakang rumah.

Tidak ada suara hanya kebisuan di antara mereka berdua. Masing-masing terlihat menikmati pemandangan halaman belakang hingga tiba-tiba saja, Rina berinisiatif mengajak ngobrol Soegiyono, suaminya.

"Mas...mas..." Tegur Rina kepada Soegiyono.

"Ya, Rin...Ada apa?" Soegiyono menyahuti teguran Rina.

"Hmmm...gini mas. Aku sekedar menyakinkan saja. Beneran nih, mas tidak menyesal memperistri aku? Kan aku bekas istri sahabatmu, mas? Bukan perempuan single dan perawan ting-ting!"

Soegiyono menatap wajah Rina, istrinya begitu Rina menyelesaikan ucapannya. Rina memang adalah janda sahabatnya, Edi yang tewas terbunuh dua tahun silam ketika menggantikan posisi dirinya selaku bodyguard keluarga konglomerat Kaswadi.

Berhubung Soegiyono tidak menjawab malah menatap dirinya, Rina kembali bersuara.

"Ma'af mas, aku hanya ingin menyakinkan dan menguatkan diriku saja. Aku tidak mau mas menyesal telah memperistri aku berhubung mas merasa turut bertanggung-jawab atas kematian Mas Edi, suamiku dulu yang sahabat mas."

Baru setelah menghela napas, Soegiyono pun memberikan jawaban untuk menghilangkan keraguan dalam hati Rina.

"Rin...Aku memperistri kamu bukan karena hal yang kamu sebutkan tadi melainkan aku memang suka dan cinta kamu setelah kebersamaan kita begitu Edi wafat dalam tugas. Kamu telah membuat aku merasa nyaman walaupun sebelumnya kamu adalah istri sahabatku."

7 Hari (Karma)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang