Hari Kelima (Jum'at)

134 31 0
                                    

Kejadian ini berlangsung dari pukul 07:00 WIB s.d. 08:00 WIB

Apartemen Permata Hijau, Jakarta Selatan, DKI Jakarta

Cuaca kota Jakarta yang cerah yang terlihat dari jendela apartemen ternyata tidak secerah suasana dalam hati seorang laki-laki yang baru saja selesai menikmati hidangan menu sarapan buatan istrinya. Laki-laki tersebut adalah Naufal. Pagi itu, Naufal benar-benar dipusingkan dengan masalah yang berkaitan dengan teknik untuk melenyapkan Oktavia, calon korbannya. Berhubung semua opsi mempunyai resiko yang lumayan besar yang bisa berakibat aksinya tercium oleh aparat kepolisian.

Wajah Naufal yang bersungut-sungut memancing rasa ingin tahu dari Esti, istrinya apalagi Naufal benar-benar tak banyak bicara seperti sebelumnya dan tidak terlalu berselera dalam menyantap makanannya.

"Mas...mas...Ada masalah apa? Kok mukamu ditekuk begitu? Ada kaitan dengan diriku atau apa?" Esti pada akhirnya bertanya kepada Naufal.

"Iya, sayangku. Memang ada masalah tapi tidak ada kaitannya dengan kamu. Aku hanya pusing saja." Jawab Naufal atas pertanyaan yang diajukan oleh Esti.

"Pusing? Pusing kenapa? Apa ada hubungan dengan kontrak kerjamu? Batalkah?" Kembali Esti mencecar Naufal dengan pertanyaan berhubung suaminya tersebut belum menjelaskan secara detail dengan masalah yang dihadapinya.

Naufal pun menyahuti, "Iya, ada hubungan dengan kerjaanku. Tapi masalahnya bukan pembatalan kontrak kerja melainkan aku bingung menentukan opsi mana yang paling tepat yang bisa kujalankan untuk melenyapkan Oktavia, calon korbanku."

Esti mangut-mangut, lalu dia berkata, "Coba mas sebutkan opsi yang ada! Siapa tahu aku bisa kasih masukan, mas."

Mendengar permintaan Esti, maka Naufal memberikan gambaran opsi yang tersedia dalam menjalankan aksi pembunuhan.

"Begini, sayangku. Dari hasil observasi, ada tiga opsi yang paling layak dipertimbangkan untuk melenyapkan Oktavia. Satu, aku bisa beraksi sewaktu dia dalam perjalanan menuju kantor atau sebaliknya menuju apartemen. Dua, aku melakukan aksi dengan mendatangi kantornya lalu bunuh dia dikantornya. Dan, tiga, terakhir, aku membunuh dia di apartemennya."

Esti yang mendengarkan penjelasan Naufal, kemudian berceloteh, "Terus? Dari masing-masing lokasi tersebut, mana yang resikonya paling minimalis?"

"Nah, itu dia. Semua lokasi tersebut mempunyai tingkat resiko yang sama. Ada kemungkinan tertangkap besar atau ada kemungkinan memancing kecurigaan aparat kepolisian besar." Naufal menyahuti celotehan Esti. "Makanya, aku jadi pusing padahal targetku pada sore hari ini atau paling lambat malam sudah terselesaikan kerjaan ini."

"Boleh aku lihat data yang mas peroleh?" Esti menanyakan data setelah dia selesai mendengarkan penjelasan dan keluhan yang keluar dari mulut Naufal.

Naufal menganggukkan kepala lalu dia menyerahkan selembar kertas yang berisikan informasi hasil observasi lapangan.

Esti menerima lembaran kertas itu lalu dia membaca dan menganalisanya, sementara itu sambil menunggu hasil analisa dari Esti, Naufal menikmati teh manis hangat yang dibuatkan oleh istrinya.

Sepuluh menit kemudian...

Esti membuka obrolan kembali.

"Mas, apakah mas masih punya Chloroform?"

Naufal memandang wajah istrinya dengan tatapan penuh tanda tanya.

Menyadari Naufal tidak menjawab malah menatap dirinya dengan tatapan kebingungan, maka Esti memutuskan untuk menjelaskan teknik yang dia usulkan kepada Naufal, suaminya.

"Begini ya mas, dari data yang tercantum dalam kertas yang mas berikan. Oktavia punya kebiasaan makan makanan pesanan. Jadi, kenapa mas tidak meng-intercept sang kurir lalu bius sang kurir sehingga mas bisa menggantikannya. Dengan demikian, mas menghindari kecurigaan security apartemen dan tentunya Oktavia sendiri akan membiarkan mas memasuki apartemennya. Dan seterusnya mas bisa membunuh dia dalam kamar apartemen entah dengan cara apa. Tapi saranku sih, gunakan saja cara yang sama dengan membius sang kurir tadi, dalam kondisi terbius, mas bisa lempar Oktavia dari balkon apartemen sehingga Oktavia tewas dengan diasumsikan bunuh diri berhubung dirinya stres kehilangan bapaknya."

7 Hari (Karma)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang