[Tiga] Punya Nama

5.8K 698 94
                                    

Outcast. Merupakan salah satu ras vampire. Outcast sendiri adalah sebutan untuk seorang manusia yang berubah menjadi vampire bukan karna meminum darah vampire original atau alter. Mereka berubah menjadi vampire melalui sihir, kutukan ataupun hal-hal yang bersangkutan dengan dunia kegelapan. Karna perubahan yang tidak benar, Outcast tidak bisa menjadi vampire yang sempurna. Mereka paling lemah diantara semua ras vampir. Tidak bisa terkena paparan matahari, selalu lapar dan yang paling parah tubuhnya akan rusak jika tidak meminum darah segar.

--

Laptop dibiarkan menyala. Menjadi titik cahaya terakhir di dalam rumah. Brayn mengusap wajahnya, menarik rambutnya dan membuang napas dengan satu hentakan. Ia langsung berdiri dan mengambil ponsel miliknya.

Menempelkan benda pipih itu di pipi kiri dengan langkah kaki yang berjalan kesana kemari dibalik jendela.

"Vos, gue di rumah sakit kan?" tanpa sapaan, Brayn langsung mengajukan sebuah pertanyaan begitu sambungan telpon terhubung. Meski nada bicaranya sangat tenang, Brayn sangat gelisah dibalik itu semua.

"Iya. Kalo lo gak kabur,"

Brayn memejamkan kedua matanya. "Jadi. Gue beneran pulang kerumah?" tanyanya serak.

"Lo ngomong apaan?"

Brayn menggeleng. Sadar Evos tidak bisa melihatnya, ia berkata. "Oke," ujarnya pelan sebagai akhir pembicaraannya. Brayn melempar lemas ponselnya ke meja belajar. Kepalanya sudah semakin berat.

Masuk akal?

Tidak.

Sekarang tahun kids jaman now. Tidak ada vampir. Semua itu hanya mitos. Fiktif ataupun karangan seseorang untuk sebuah karya yang bisa menghasilkan jutaan dollar. Tidak ada para peneliti yang menemukan vampir yang masih hidup sampai saat ini. Dan kalaupun ada, mustahil. Diantara jutaan orang di bumi kenapa harus dipertemukan dengannya.

Ini bukan twilight. Halusinasi atau Brayn yang lagi dalam keadaan koma?

"Kamu gak bisa baca pikiran aku kan?" Brayn bertanya cepat. Ia terus menjaga jarak dari sosok perempuan yang berdiri di ambang pintu kamarnya. Brayn tidak terlalu suka film yang berbau supranatural, namun ia tidak buta dengan film berjudul twilight, karna Qymora selalu memaksanya untuk pergi ke bioskop jika film itu rilis. Bagaimanapun, Brayn tahu sedikit jelasnya. Dan sekarang ia di posisi Bella.

Wtf!

Brayn terduduk lemas. Ia tidak sanggup lagi untuk berdiri, membayangkan tubuhnya terjatuh di atas lantai kayu, terhalang dengan sosok yang datang secepat kilat yang menahan tubuhnya. Menuntunya untuk duduk di sofa.

Yang Brayn lakukan adalah menormalkan kembali keadaannya untuk sekarang. Ia perlu tenaga untuk bicara. Namun rasanya tidak ada penunjang yang bisa mengembalikan keadaannya, Brayn merasa semakin memburuk. Seluruh tubuhnya lemas. Tidak bisa di gerakan dan saat itu hanya sebuah suara kecil, halus dan lembut sebagai akhir dari kesadarannya sebelum matanya tertutup begitu saja.

"Maaf."

Cahaya dari luar memantul melalui cela gorden. Tidak lama kemudian suara kendaraan terdengar memasuki perkarangan rumah. Sinar itu redup bersamaan dengan suara mesin yang mati.

"Bray?"

Langkah kaki yang terburu-buru. Membuka setiap pintu yang ada di rumah itu. Mencari seseorang yang membuatnya takut selama perjalanan. Bagaimana jika terjadi sesuatu.

"Kak?!" Xalio berlari mendekat. Meraih kepala Brayn. Menepuk kedua pipi saudaranya dengan panik. "Bray? Please just kidding. Its not fun, Bray. Wake up, Kak."

Outcast [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang