# Kelly’s POV
Sebenarnya itu pertanyaan yang termasuk aneh. Karena sama saja itu hanya sebuah basa-basi. Apapun yang kita pilih, hasilnya tetap akan sama. Nyawa kami. Kalau kami memilih Trick, pasti parang-parang besar itu sudah menancap di leher kami –atau bagian tubuh lainnya. Kalau memilih Treat, pasti kejadiannya akan sama saja. Nyawa kami yang jadi balasannya. Dasar, penjahat memang suka berbasa-basi.
Tepat sepersekian detik sebelum parang-parang itu bergerak, aku langsung menundukkan kepalaku. Dan itulah salah satu keuntungan jika berhadapan dengan lawan yang lebih tinggi. Kita mudah mengelak dengan cara menunduk. Tapi sepertinya Death Eater itu tidak ingin membuang-buang waktu dan langsung menggerakkan parangnya ke arah tangan Niall yang ada di sampingku. Sepertinya Death Eater yang lain harus melawan Zayn dan Harry, sementara Death Eater yang satu ini berhadapan denganku dan Niall.
Untung saja sejak SMP sampai kelas 2 SMA aku sempat mengikuti pelatihan kickboxing, tapi aku menghentikannya karena harus melewati masa-masa suram selama di kelas 3. Ketika Death Eater itu sedikit lengah karena terlalu sibuk mengejar Niall, aku langsung menendang bagian belakang lututnya hingga dia terjatuh dalam keadaan berlutut dan saat itu parang yang dipegangnya langsung dilepaskan begitu saja.
Kesempatan itu tidak disia-siakan oleh Niall. Dia langsung merebutnya dan balik mengancam Death Eater itu. Niall mengisayaratkanku untuk membuka topengnya. Dan alhasil, terlihatlah wajah aslinya. Dia adalah siswa sekolah ini. Dan dia juga seangkatan denganku. Namanya kalau tidak salah...
“Jack?!” ucap Niall dengan terkejut. Begitu pula denganku.
“Bukannya lo udah mati?” pertanyaanku itu terdengar konyol saat ini.
“Bukannya mayat yang ada di ruangan itu mayatmu dengan Jessica?” ucap Niall.
“Yang satu memang mayat Jessica. Tapi yang satu itu bukan mayatku. Itu mayat Jeremy. Kau tau kan, aku dan Jeremy punya beberapa kesamaan di wajah dan fisik kami?” ucapnya dengan nada yang sedikit bangga karena berhasil menipu Niall.
“Apa maksud lo ngelakuin ini semua? Pasti ada yang merintahin lo kan? Nggak mungkin lo berani ngelakuin semua ini!”
“Itu karena . . .”
“Zayn!” teriaknya Harry.
Sebelum aku meninggalkan Jack sendirian di sini, aku sempat menahan kakinya dengan balok kayu yang ada di dekatku dan mengingat tangannya dengan tali seadanya. Aku tidak ingin mengambil resiko untuk membebaskannya. Tapi, ketika aku tiba dan berdiri di samping Niall, aku melihat Zayn yang terjatuh di atas rerumputan pendek dengan parang besar yang menembus dadanya.
SAMPAI SEJAUH INI, GIMANA MENURUT KALIAN? APA INI SERAM? BUAT GEREGET? SERU? ATAU APA?
LEAVE YOUR VOTE OR COMMENT, PLEASE!!:D
THANKS.