[DON'T FORGET TO FOLLOW]
YUH GAS HAPPY READING GUYS 💫💫💫
♥
♥♥♥♥♥♥♥♥♥
Diparkiran sekolah pukul 02:00 p.m
Dua orang kakak beradik sedang menunggu orang yang sama. Pertanyaan yang sama sedang mereka pikirkan 'kemana Rean?' itulah yang sedang mereka tanyakan. Tak seperti biasanya, Andrean kini tidak datang tepat waktu bahkan tidak memberi kabar ke Alvira maupun Alvaro"Vir, Rean kemana sih? Kalian kan sekelas" tanya Alva karena Vira selalu bersama Rean kalau hendak pulang.
"Gak tahu bang, tadi Rean nyuruh gue duluan. Yaudah deh gue tinggal Rean.
" keresahan mulai menyelimuti Vira. Perasaannya berubah entah mengapa.
*Disisi lain*"Lu kan yang nyuruh Vira untuk nyuruh-nyuruh gue?" tanya Rean tak mengerti mengapa cowok dihadapanya ini begitu Brengsek.
Senyum sinis tersungging diwajah Dika"Emang iya, terus kenapa? Gue kasih tahu ya Re, Alvira itu wakil gue. Gue berhak dong nyuruh dia semau gue. Gue mau nyuruh dia buat nendang lu, gue juga bisa. Hahaha" tawa dika membuat Rean murka. Amarah Rean meluap karena Dika memperlakukan Vira tidak sesuai dengan Tugas seorang wakil ketua OSIS.
Dika seperti membuat Vira sebagai boneka yang harus mengikuti perintah Dika. Pukulan diberikan Rean kepada lelaki brengsek itu. Pertengkaran hebatpun terjadi. Rean hanya ingin memberitahu Dika, bahwa Alvira bukan boneka (plis jangan samakan sama kekeyi) yang harus menuruti semua perintahnya.
Tiba-tiba saja seluruh siswa berbondong-bondong menuju ke lapangan belakang sekolah. Sebenarnya Alvaro dan Alvira acuh tak acuh dengan hal itu. Namun, salah satu siswi ngomong jika Rean dan Dika berantem. Hal itu yang membuat Alva dan Vira penasaran dengan ucapan salah satu siswi tadi.
Akhirnya mereka mengikuti kemana gerombolan itu pergi. Sesampainya disana, perkelahian antara Rean dan Dikapun telah dilerai oleh Pak Sigit. Pak Sigit membawa kedua pemuda itu menuju ruang BK. Alva dan Virapun menunggu Rean didepan ruang BK.
Rean dan Dika sedang diceramahin Pak Sigit. Namun, ketidakadilan membuat Rean menjadi tak terima."Kenapa hanya saya yang dihukum? Dika juga berkelahi dengan saya. Jangan mentang-mentang Dika seorang ketua OSIS sehingga di bebas melakukan segalanya." bantah Rean
"Maaf Re, tapi ini demi sekolah, dan kami tidak ingin ketos sekolah ini mendapat hukuman dengan masalah yang sepele yang kamu buat"
"Sepele? Lalu kenapa saya tetap dihukum? Bukankah lebih baik saya juga dimaafkan?" bantah Rean berkali-kali. Namun, tetap saja keinginanya tak diindahkan.
"Sudahlah Re, ikutin perintah bapak, sekarang kamu nemuin bu Rini, biar Dika bapak yang urus!" Reanpun meninggalkan meja Pak Sigit dan berpindah ke meja Bu Rini. Dika hanya menatap Rean dengan senyuman sinis yang tersungging tanda kemenangan. Setelah Rean duduk didepan Bu Rini, tak banyak kata yang terucap.
"Saya tahu perasaanmu Re, Ibu harap kamu memaklumi ini semua" Ucap Bu Rini. Bu Rini adalah guru BK yang paling mengerti Rean, ya walaupun Rean sering keluar-masuk menemui Bu Rini untuk diberikan hukuman. Tapi dengan sabar Bu Rini tidak pernah membedakan setiap siswa yang memiliki masalah. Tidak seperti Pak Sigit yang pilih kasih terhadap murid kesayangan—Dika.
Dikapun melewati meja Bu Rini, Rean hanya melirik Dika dengan tatapan sinis
"Siang Bu Rini, saya permisi ya bu" Ucap Dika dengan wajah yang sumringah berlawanan dengan Rean yang memejamkan mata untuk merendam semua amarahnya yang akan meluap. Setelah kepergian Dika Rean membuka kembali matanya dan menghembuskan napas kasar.
"Re, Ibu maafkan kamu kali ini, tapi jangan kamu ulangi ya!" perintah Bu Rini
"Sebebarnya saya gak meminta Ibu untuk memaafkan saya, saya terima apapun hukumanya. Namun saya tidak pernah suka, mengapa anak yang memilik jabatan seperti Dika harus dimaafin apapun kesalahanya. Seolah-olah Dika adalah anak yang tidak pernah berbuat masalah."
"Re, kamukan tahu. Selain Dika Ketua OSIS, orang tua Dika merupakan kenalan dari Pak Sigit. Itu mungkin yang membuat Pak Sigit tidak pernah memarahi Dika" jelas Bu Rini.
"Cih, terserah sih Bu, saya sudah tidak ingin memikirkanya. Lalu, hukuman untuk saya apa?"
"Kan saya sudah bilang, kali ini Ibu maafin kamu"
"Saya harus dapet hukuman bu, saya tidak suka jika Ibu tidak memberikan saya hukuman karena berhubungan dengan Dika."
"Yasudah, besok kamu bantu Ibu ya, ada beberapa hal yang harus Ibu lakuin."
"Siap laksanakan" Jawab Rean dengan wajah yang kembali cerah. Hal inilah yang disukai Bu Rini dari Rean. Seorang pemuda yang selalu bertanggung jawab dengan setiap hal yang dia lakukan. Tak peduli apapun hukumanya, Ia tetap melaksanakanya. Berbeda dengan remaja yang satunya yang selalu lari dari masalah. Bahkan tak segan-segan dengan bersikap keras kepada gurunya sendiri.
♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥
NGUHEHEH (TAWA TANDA MENANG)
UDAH YA GUYS. TANGAN PEGEL.SISANYA SILAHKAN BELI BUKU WAARHEID 😂😂 DI SEMUA TOKO ONLINE
BUBYEEEEEEEE 💋
SALAM BY : TAA
KAMU SEDANG MEMBACA
WAARHEID (Kebenaran)
Ficção Adolescente[Cerita sudah dibukukan. Hanya tersedia di toko-toko online] [Cerita Sudah di Revisi dari Judul Kemarin] Alvira merupakan seorang remaja yang memiliki sahabat bernama Andrean dan kakak bernama Alvaro. Suatu hari mereka mendapatkan teman baru bernama...