Semuanya berjalan normal. Tidur bersama, Seokmin menyiapkan sarapan, Jisoo mencuci pakaian, berangkat ke kafe bersama, mengerjakan tugas masing-masing, lalu kembali ke apartemen bersama-sama. Tidak ada yang berbeda. Kemesraan keduanya pun masih tetap sama. Saling memeluk dan memberi pujian satu sama lain. Seokmin melemparkan guyonan konyolnya, lalu disambut Jisoo dengan kekehan geli.
Seokmin memang hanya mengatakan seluruh perasaannya pada Jisoo di dalam hati. Jisoo pun berusaha sekuat tenaga untuk mengingatkan si Tuan agar tidak bicara mengenai perasaannya. Cukup menggunakan kata kiasan lain yang hanya dapat dipahami oleh mereka berdua. Sekarang Jisoo semakin yakin akan perasaanya pada Seokmin. Dengan bantuan Jeonghan, Seungkwan dan Dino, secara perlahan Jisoo yakin bahwa perasaannya itu lebih dari sebuah kekaguman. Namun cinta.
Menepikan seluruh ego dan prinsipnya dulu yang memegang kuat peringatan bahwa Manusia Harapan tidak akan pernah memiliki perasaan cinta, ia mulai kokoh memeluk janji pada Seokmin agar menjalani sisa kebersamaan mereka sebaik mungkin. Hari semakin berlalu. Tidak terasa, janji Ayah Seokmin semakin hari semakin mendekat.
Hari ini, setelah bernegosiasi sejak beberapa hari lalu, akhirnya mereka berdua sepakat untuk melakukan kencan. Bukan tempat kencan yang romantis seperti anak muda lainnya. Bukan tempat yang menyimpan banyak legenda cinta abadi. Bukan pula tempat yang indah. Kencan, bukankah hal yang terpenting adalah bagaimana cara keduanya memaknai kebersamaan?
Hari ini Seokmin dan Jisoo membawa banyak makanan. Sudah bisa dipastikan makanan itu dapat ditampung oleh kurang lebih lima puluh perut anak kecil.
Anak kecil? Iya, anak kecil.
Hari ini keduanya sepakat untuk kencan di sebuah panti. Masih ingat fakta bahwa Seokmin begitu menyukai anak-anak? Itulah alasan kenapa Jisoo merekomendasikan tempat ini sebagai tempat kencan mereka. Selain yakin bahwa Seokmin akan begitu menyukainya, Jisoo juga ingin membuat beberapa orang senang akan kehadirannya. Sebelum nanti ia benar-benar pergi, tanpa meninggalkan jejak sedikit pun. Hari ini akan menjadi hari terindah, yang pernah Jisoo lalui selama proses menyelesaian misi di dunia Tuannya.
Secara perlahan Seokmin dan Jisoo mengangkut semua makanan yang sudah mereka olah sendiri dan memasukannya ke dalam mobil. Tidak lupa, sejak kemarin Seokmin telah berpesan pada Jeonghan agar seluruh kegiatan di kafe, ialah yang memimpin. Sebagai asisten Seokmin, gadis manis yang satu itu memang begitu dapat diandalkan.
"Sudah masuk semua?" tanya Jisoo.
Seokmin hanya mengangguk kuat sebagai jawaban. Senyumannya begitu cerah, bahkan mengalahkan terik matahari pagi ini. "Aku tidak sabar bertemu mereka."
Jisoo pun tidak kalah antusiasnya. "Hari ini akan menjadi hari terindah kita!"
💫💙💫
"Siapa namanya?"
"Halo, Eonni... Namaku Nayun!" sahut salah seorang pengurus panti, dengan menirukan suara anak kecil.
"Waaah... Nama yang sangat bagus!" ujar Jisoo.
Mata kucing gadis itu berbinar cerah. Memberikan beberapa aegyo di hadapan bayi mungil yang bernama Nayun, berusaha membuatnya tertawa. Di gendongan Jisoo, Nayun begitu tenang dengan sesekali memberikan cekikikan kecil menyambut aegyo Jisoo. Kadang juga menangis. Namun, dengan cekatan Jisoo membuat bayi cantik tersebut diam dan kembali tertawa.
Kini Seokmin tengah dikekelingi oleh beberapa anak yang berumur sekitar tiga sampai tujuh tahun. Dengan seksama mendengarkan dongeng yang Seokmin bacakan dari sebuah buku yang diberikan langsung oleh salah satu bocah perempuan di sana. Pemuda bermarga Lee itu terlihat sungguh bahagia. Seokmin tidak main-main saat mengatakan bahwa ia menyukai anak-anak. Ini telah dibuktikannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
WISH [Revisi] (✓)
Fanfiction[Seoksoo GS Fanfiction] Manusia Harapan tidak memiliki nafsu ataupun perasaan cinta sama sekali. Yang ia lakukan 100 persen hanya untuk membantu Tuannya (orang yang 'memprogram' sifat manusia harapan). Fakta di atas nyatanya terbantahkan setelah Jis...