5.0 - Run to You

886 186 53
                                    

Papan nama telah selesai dibuat. Akhirnya Seokmin bebas dari kekhawatirannya terhadap kehadiran Mingyu. Sesuai rencana, mereka akan mengadakan seleksi penerimaan pegawai baru. Seokmin dan Jisoo pun telah menghubungi beberapa orang yang sudah mengirimkan surat lamaran kerja ke email Seokmin.

Hari ini, tugas keduanya adalah melakukan wawancara pada semua calon karyawan mereka untuk menempati tiga posisi yaitu asisten koki dan dua orang pelayan. Posisi koki utama dan kasir sudah diisi oleh Seokmin dan Jisoo, ngomong-ngomong. Mereka berdua melakukan seleksi seakan terburu-buru memang. Karena kafe itu akan mulai dibuka Senin depan, dan tentu mereka harus memberikan sedikit pelatihan untuk karyawan baru yang sudah terpilih nantinya. Sekadar untuk memastikan bahwa mereka benar-benar layak bekerja di kafe Seokmin.

Sebelumnya, Seokmin tidak pernah melakukan seleksi seketat ini untuk menerima karyawan. Siapapun yang mendaftar, akan Seokmin terima selagi masih ada posisi yang kosong. Mungkin, ini menjadi salah satu alasan kenapa kafe Seokmin mengalami kebangkrutan. Ia selalu menerima protes dari pelanggannya karena kerja para karyawan yang kurang baik. Karena memang, sebelum mulai bekerja Seokmin tidak pernah sekalipun memberikan mereka pelatihan.

"Tuan?"

Seokmin tersadar dari lamunannya. Menegakkan badannya yang sedari tadi menopang dagu di atas meja. Tersenyum tipis ke arah Jisoo. "Mulai sekarang, kamu tidak perlu memanggilku Tuan lagi. Cukup Seokmin. Kamu tahu? Dalam beberapa kasus, panggilan Tuan itu terkesan liar."

Jisoo terkekeh geli. "Ya... Aku tahu. Banyak pria yang memperbudak gadis. Tapi, aku memanggilmu Tuan karena memang kamu adalah Tuanku. Aku hidup berkatmu," ujar Jisoo tersenyum tipis. "Sepertinya Tuanku ini memiliki banyak masalah. Apa yang kamu pikirkan?"

Seokmin mengangguk. "Apa seleksi ini akan lancar?"

"Tentu saja. Memangnya kenapa?"

"Aku hanya khawatir kalau seleksi semacam ini terkesan berlebihan. Kamu tahu kafeku ini..."

"Seok, seleksi dan pelatihan itu penting. Bagaimana bisa kafemu mengalami kemajuan jika orang yang bekerja di sini tidak memiliki keahlian sama sekali? Biarpun hanya sebagai pelayan, mereka juga perlu dilatih. Setidaknya mereka harus dilatih bagaimana cara menahan emosi dan sopan santun agar bisa melayani para pelanggan dengan baik," tegas Jisoo.

Seokmin menghela napas. Merengut. Perasaan pesimis tiba-tiba muncul. "Aku bahkan tidak yakin kalau kafe ini akan berjalan dengan baik."

"Seokmin! Kamu meragukan beradaanku di sini?" Jisoo menampakkan ekspresi marah. "Aku tidak terima jika kamu meragukan kemampuan kami untuk membantu kalian!"

Alis Seokmin terangkat naik. Menatap Jisoo dengan panik. "Kamu marah?"

Mengangguk, "jika kamu ingin melihat kesuksesan kafe itu besok, aku bisa melakukannya! Buka kafe sekarang pun sudah pasti ramai, dipadati pelanggan. Aku melakukan semua aturan berbisnis supaya kafe ini dapat bertahan walaupun aku sudah menghilang, Tuan! Ini demi kamu dan kafe Wish!"

"Baiklah, maafkan aku... Tapi jangan bahas tentang kepergian. Aku kesal mendengarnya." Seokmin melirik jam yang melingkar manis di tangan kirinya. "Satu jam lagi mereka datang, mari kita bersiap-siap."

💫💙💫

"Soon... Young?"

Pemuda berkacamata hitam itu mengangguk kuat. "Kwon Soonyoung, Pak!"

"Ah, ya... Kwon Soonyoung. Bisa kamu melepas kacamata hitam itu?"

"Sebaiknya jangan, pak!"

WISH [Revisi] (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang