1.0 - Visiting You

1.2K 231 59
                                    

Bola mata putih bersih dengan lingkar kecil berwarna abu berada di tengahnya. Berselimut kelopak layaknya kepemilikan seekor kucing Angora betina. Pemilik mata kucing itu sibuk mengitari setiap ruangan. Warna cat yang didominasi oleh warna gelap, malah memberi kesan bahwa tempat ini lebih layak disebut bar. Jisoo terkekeh kecil lalu mengangguk paham. Ia telah mendapatkan jawaban kenapa kafe ini sampai mengalami kebangkrutan beberapa kali hanya dalam kurun waktu dua tahun.

Pria yang tengah bersamanya mengerutkan kening keheranan. Seokmin tidak merasa ada yang salah dengan bangunan kesayangannya ini. Bahkan sangat membanggakannya.

Langkah gadis kucing itu terhenti. Menghadap si pemilik, "Tuan, aku tidak bisa membedakan apakah tempat ini kafe atau bar."

Seokmin tersinggung. Bar? Tapi ia tidak menjual alkohol sama sekali di kafe itu. Dengan nada bicara mengintimidasi, Seokmin mengajukan protes dengan lantang. "Apa maksudmu? Jangan asal bicara, ya!"

"Kalau sejak awal Tuan memberikan konsep seperti ini, harusnya jangan menargetkan pasar anak-anak dan remaja," tambah Jisoo.

"Kau tahu target pasarku?"

Jisoo mengangguk. "Bukankah Tuan menargetkan anak-anak dan remaja? Tapi ... Kenapa Tuan menargetkan mereka?"

Seokmin mengangkat bahunya sekali. "Entah. Aku hanya suka."

Jisoo mengangguk pelan. Kembali mendekatkan diri pada Seokmin, "satu tambahan penting," ujar Jisoo. "Akan jauh lebih baik lagi jika sifat pemarah Tuan dikurangi sedikit demi sedikit. Bukankah sudah ada banyak pelanggan yang kabur karena sikapmu?"

Pria tinggi itu terdiam. Ia sedikit merinding mendengar setiap ucapan yang keluar dari bibir tipis Jisoo. Kenapa ia bisa tahu semuanya?

Seokmin sudah beberapa kali bertengkar dengan pelanggannya, dan kebanyakan dari itu adalah masalah sepele. Salah satunya, Seokmin bersikeras bahwa makanan yang sudah ia olah telah sesuai dengan pesanan si pelanggan. Lain halnya dengan si pelanggan yang bahkan berani bersumpah kalau ia sama sekali tidak memesan makanan tersebut.

Saat itu juga si pelanggan berujar bahwa ia tidak akan pernah datang ke kafe Seokmin lagi dengan sangat lantang layaknya seorang Ibu yang mengutuk anaknya. Dan setelah kejadian itu, Seokmin kembali menutup kafe kesayangannya untuk yang ke-5 kalinya.

Memundurkan posisi berdiri akibat jaraknya dengan Jisoo sudah terlalu dekat, Seokmin mengangguk. "Tapi ... Tidak ada kah kelebihan yang kafe ini miliki? Maksudku yang bisa ditonjolkan nantinya?"

Pertanyaan ini mengingatkan Jisoo pada satu hal. Matanya berbinar mengingat kemampuan Tuannya yang luar biasa dalam satu bidang. "Masakan Tuan sangat enak! Dan ini point yang akan kita tonjolkan selain mengubah suasana kafe."

"Jangan berusaha membohongiku, kau belum pernah sedikitpun mencoba masakanku. Bagaimana kau bisa tahu?"

"Tuan, aku ini manusia harapan milikmu. Justru aku mengenal Tuan dengan sangat baik. Bahkan mungkin lebih baik dibandingkan Tuan sendiri. Aku juga tahu kebiasaan kotor Tuan."

Ribuan pertanyaan menerobos otaknya. Gadis misterius ini sudah mengetahui banyak hal mengenai Seokmin, padahal hari ini adalah pertama kalinya mereka bertemu. Seokmin merasa benar-benar sudah gila. Sungguh tidak masuk akal. Seokmin sempat mengira kalau kejadian ini adalah mimpi, sehingga kedua pipinya sekarang penuh bekas kemerahan akibat cubitan yang dilakukan Jisoo. Bukan salah Jisoo. Seokmin sendiri yang minta, untuk memastikan apakah ia bermimpi atau tidak.

Jisoo melipat kedua tangannya di depan dada. "Kenapa Tuan masih belum percaya denganku?" Diraihnya tangan Seokmin lalu meletakan tangan itu di pipi. "Aku ini nyata, Tuan."

WISH [Revisi] (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang