《9》rumah Pak Sudo

96 24 9
                                    

Setelah itu, Pak Lurah dan Mas Nuri berjalan menuju rumah Bu Kiyun. Dengan nafas yang hampir habis, mereka berjalan sambil menghirup udara yang segar di desa Gangwun.

Sesampainya disana, terlihat depan rumah Bu Kiyun yang sepi seperti rumah tak berpenghuni. Namun, Pak Lurah dan Mas Nuri mencoba mengetuk pintu rumah Bu Kiyun. Siapa tahu Bu Kiyun berada di dalam rumah.

Setelah pintu di ketuk oleh Pak Lurah, terdengar suara tangisan seorang wanita yang berasal dari dalam rumah Bu Kiyun.

"Nur,, suara siapa itu? Apa jangan-jangan itu Bu Kiyun yang menangis?" Tanya Pak Lurah yang merasa khawatir dengan Bu Kiyun.

"Mungkin saja pak. Coba ketuk lagi pintunya."

"Assalamualaikum." Kata Pak Lurah sambil mengetuk pintu depan Bu Kiyun.

Suara tangisan itu sepertinya terpaksa ditahan karena adanya suara Pak Lurah dari depan rumah. Bu Kiyun yang memang sejak dari pagi berada di rumah, datang membukakan pintu rumah.

"Waalaikumsalam." Jawab Bu Kiyun yang masih sedikit tersengal-sengal karena tangisannya.

"Loh,,,, ibu kenapa?" Tanya Mas Nuri kepada Bu Kiyun dengan nada pelan.

"Ada apa bapak kesini?" Tanya Bu Kiyun kepada Pak Lurah.

"Ya Allah saya dikacangin sama ibu-ibu." Batin Mas Nuri dengan wajah agak kesal.

"Saya mau berbicara sesuatu dengan ibu sekarang." Jawab Pak Lurah dengan sopan dan nada yang lembut menghanyutkan.

"Kebetulan sekali pak. Saya juga mau minta tolong kepada bapak...." Kata Bu Kiyun sambil menarik sedikit bibirnya ke atas.

"Mau minta tolong apa bu?" Kata Pak Lurah.

"Silakan masuk dulu pak." Bu Kiyun melebarkan pintu dan menyuruh Pak Lurah dan Mas Nuri masuk ke dalam rumah.

Setelah mereka masuk ke dalam, mereka dipersilakan Bu Kiyun untuk duduk di kursi yang terbuat dari kayu mahoni yang sudah mulai rapuh. Setelah itu, Bu Kiyun izin pergi ke belakang karena ingin membuatkan minuman untuk Pak Lurah dan Mas Nuri.

Tak lama kemudian, Bu Kiyun kembali dengan 2 gelas teh hangat yang akan disuguhkan kepada Pak Lurah dan Mas Nuri.

"Ini minumannya pak, mas. Silakan diminum." Kata Bu Kiyun seraya menyuguhkan teh hangat itu tepat di depan Pak Lurah dan Mas Nuri.

"Makasih bu." Kata Pak Lurah.

"Makasih juga bu." Kata Mas Nuri.

Bu Kiyun duduk di kursi yang berada di depan pak Lurah dan dibatasi dengan sebuah meja.

"Sama-sama pak, mas. Ada keperluan apa bapak kesini?"

"Begini bu,, apa betul dari kemarin Pak Sudo belum pulang? Warga tadi datang ke Kelurahan karena mereka bilang seperti itu." Kata Pak Lurah.

Bu Kiyun mengerutkan bibirnya, matanya berbinar-binar, "Iya pak, suami saya dari kemarin belum pulang juga. Saya takut pak. Hari sudah mulai gelap kembali. Namun entah kenapa suami saya belum pulang juga." Bu Kiyun menetaskan air mata untuk yang kesekian kalinya.

"Udah bu,, ibu tenang dulu. Kita tunggu Pak Sudo dulu sampai nanti malam. Kalau sudah pulang ya Alhamdulillah. Kalau belum pulang, ibu telfon saya saja."

Pak Lurah mengambil HPnya yang ia taruh di sakunya. Setelah Pak Lurah ingin memberikan nomor HPnya kepada Bu Kiyun, "Saya tidak memiliki HP pak. Kami dari keluarga biasa. Untuk membeli beras saja biasanya kurang pak." Kata Bu Kiyun.

"Oh begitu bu. Kalau begitu kita tunggu sampai besok bu. Besok saya dengan Nuri akan datang kesini lagi untuk memastikan Pak Sudo sudah berada di rumah." Kata Pak Lurah.

Find Mr. Sudo [Do Kyung Soo] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang