Aku Rain

74 6 8
                                    

Malam ini adalah malam di mana semua orang asyik dengan dirinya untuk menyiapkan diri menjadi yang lebih baik,ya memang ini adalah malam yang menyenangkan, yaitu malam takbiran, semua orang merayakannya dengan senang, ada yang meniup terompet, ada juga yang menyalakan kembang api.

Tapi tidak untuk Rain, Rain tidak bisa seperti orang-orang itu,dia hannya duduk termenung melihat itu semua, tanpa ada yang menyadari itu, Rain sendiri juga tidak peduli dengan hal itu.

Dia pun duduk sendiri ditemani dengan indah nya langit,bintang-bintang bergejola di langit dan indah nya rembulan.

Angin berhembus begitu saja, seperti mau hujan, tidak lama lagi, hujan pun turun membasahi bumi, langit yang tadinya cerah, tak tersaput awan, sekarang menjadi mendung dengan guntur yang menggelegar,

Tapi Rain tidak terlalu takut untuk itu, yang dia takutkan sekarang adalah dia tidak bisa mencapai mimpinya untuk bertemu orang tuanya,

Dan sekarang semua orang pada sibuk dengan sendirinya,maka Rain butuh sedikit waktu untuk menerima semua itu, dia butuh sekali keberadaan orang tuanya sekarang yang sangat dipedulikan, tidak peduli orang-orang yang lewat berlalu lalang menegurnya,

Entah apa yang sedang dilakukan Rain.waktu dia sedang asyik menangis dan menatap rembulan yang bersinar terang,membuat dirinya begitu damai dan tenteram dan kalau pun dia tidak akan
Menemukan apa yang dia inginkan, pasti dia akan berusaha sekuat mungkin, ini semua nyata.
Di saat semua orang pada menyiapkan takbiran.

Rain hannya bisa berdiam diri menatap rembulan yang bersinar terang.

Karena hujan, takbiran pun tidak berjalan sempurna. Semua orang basah kuyup,angin-angin berhembus menyentuh rambut indahnya Rain. Ini semua pahit baginya

"seandainya aku bisa bersama kedua orang tua ku saat ini juga, pasti aku tidak akan sendirian seperti ini,hannya ditemani angin,dan rembulan." tetapi begitu tenang.
Air mata nya pun mulai membasahi pipinya
Seseorang berjalan dan bertanya

                            ••••••


"Hai nak! Apakah kau tidak merayakan hari raya?, kenapa kamu sendirian,apa tidak ada yang menemani mu? "

Rain hannya diam seribu bahasa, kehabisan kata-kata. Ia tak kuat menahan tangis
Lalu bapak itu mendekat.

"Ada apa??,jangan sedih, coba liat disekitarmu anak-anak pada tertawa riang, sedangkan kau, mencoba tuk sendiri." Bapak itu menghelus lembut rambut rain.

"Pak kesini aku mau bicara sama bapak ada sesuatu..... "
Anak nya memanggil bapak yang sedang bersama Rain, bapak itu pun langsung menuju anaknya.

"Sebentar ya,bapak mau kesana sebentar."

Rain pun hannya mengangguk sebagai jawaban.

"Pak....itu siapa yang bicara sama bapak?, apa bapak kenal? "

"Bapak gak kenal sama sekali, tetapi dia gadis baik, sepertinya dia sedang bersedih".

"Ya udahlah"

Bapak itu pun kembali ke tempat Rain, tetapi rain sudah menghilang dari tempat nya.
Rain memilih pergi karena memang dia tidak suka ada orang asing yang mendekati nya apalagi memegang rambut nya. Takut akan terjadi sesuatu.

Bapak itu pun kembali, dia bingung kenapa dia tidak menemui anak itu,padahal cuma sebentar. Dia juga belum tau namanya.

"Biarin lah pak,lagian kita kan belum kenal dia."

"Kamu jangan gitu....Tidak baik berburuk sangka kepada orang lain. dia kan baik,sepertinya juga dia gak punya seseorang yang peduli sama dia. Bapak sendiri jadi kasian."

Malam itu setelah hujan turun dengan derasnya. Angin berhembus kencang bagai dilanda ombak, rembulan dan bintang juga bersinar terang di langit.

Malam itu malam yang menyenangkan tetapi tidak bagi Rain, tetapi dia merasa beruntung bertemu dengan bapak itu. Tapi ada rasa yang aneh, juga takut.

Rembulan Menangis Di balik hujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang