Kringg.. Kringg..
Bel istirahat menggema diseluruh pelosok sekolah. Semua murid berhamburan keluar kelas dan bergegas menuju ke kantin. Pengecualian untuk keempat remaja yang bukannya menuju kantin tapi menuju perpustakaan sebagai tempat menghabiskan waktu istirahat pertamanya itu.
Pak Hadi menyernyit heran melihat keempat remaja yang baru saja memasuki perpustakaan itu. Tidak! Bukan heran karena keempatnya. Namun heran terhadap kedua laki-laki yang mengekor dibelakang kedua perempuan itu.
Ya! Keempat remaja itu adalah Dariana Wijaya, Adrina Ferdinand, Daffa Ardwinata, dan Syahdewa Dirgantara. Ana dan Rina memang biasa mengunjungi perpustakaan itu pada jam istirahat pertama ketika mereka tidak merasa lapar. Tapi, yang membuat Pak Hadi bingung adalah kedua laki-laki yang mengekor pada Ana dan Rina.
Jika kalian bertanya mengapa Dewa bisa ada diantara mereka? Jawabannya, karena Dewa adalah teman sebangku Daffa. Jadi, mau tak mau Dewa akan mengikuti kemauan teman barunya itu.
Daffa bilang ia akan mengunjungi perpustakaan pada jam pertama nanti. Suka tak suka, Dewa harus menunjukkan jalan menuju perpustakaan itu pada Daffa.
Sebenarnya Daffa kesini hanya untuk memperhatikan calon ratu hati-nya. Entahlah, ia merasa semakin penasaran dengan gadis bernama Ana ini.
Sementara Ana? Yang ia lakukan sedari tadi hanya melihat-lihat jajaran buku novel tanpa minat. Ia mulai melangkah menuju sudut perpustakaan. Matanya sudah tak tahan. Ia harus segera tidur.
Jika kalian pikir Ana akan keperpustakaan untuk membaca. Kalian salah! Ia hanya tidur diperpustakaan. Beda halnya dengan Rina, gadis itu penggila novel. Maka dari itu, sesampainya Rina diperpustakaan ia segera menghampiri jajaran buku novel dengan mata berbinar.
Daffa duduk tak jauh dari kursi panjang yang ditiduri Ana. Ia sengaja memilih duduk disana, Daffa ingin leluasa memperhatikan gadis itu tanpa ada yang mengganggu.
Dewa yang melihat itu hanya memutar bola matanya malas. Ia sudah duga temannya itu akan menjadikan Ana sasaran permainannya. Jangan lupakan Dewa juga laki-laki. Ia mengetahui dengan baik apa pemikiran Daffa. Terlebih cara Daffa memandang Ana. Sungguh tak biasa!
Rina yang telah kembali dengan sebuah novel ditangannya bergegas menarik kursi kecil didekatnya. Ia memindahkan kursi itu ke meja didepan Ana yang sedang tertidur. Ia hanya mengulum senyumnya. Ia paham betul Ana sedang kelelahan saat ini.
Dewa yang mulai merasa Rina pengganggu moment Daffa, melihat pemandangannya itu segera menarik Rina keluar. Sebelum itu, Dewa sudah meraih novel ditangan Rina dan menaruhnya kembali keposisi semula.
"Eh woy! Ngapain lo narik gue. Itu si Ana masih didalem bego. Lepasin heh!" Rina yang terus meronta-ronta membuat Dewa geram.
Tanpa mempedulikan tatapan tanya dari Pak Hadi, ia segera menarik lengan Rina dan membekap mulutnya.
"Tinggal ikutin skenario aja lo. Gak usah ribet ye!" Gumam Dewa pada Rina.
Daffa yang melihat itu sedari tadi hanya tersenyum kecil. Ia mengerti maksud Dewa.
Makasih Dew. Batin Daffa senang. Sekarang biarkan ia kembali fokus ke mainan didepannya itu.
"Ternyata lo cantik juga, banget malah." Gumamnya dengan senyum terlukis indah diwajahnya.
~○~
Ana marah, ia sangat marah dan semakin membenci makhluk berjenis kelamin laki-laki didepannya ini.
Bagaimana tidak? Wajahnya dan wajah si laki-laki hanya berjarak kurang dari 5 cm. Deru nafas mereka saling terdengar dan terhirup kembali.
Bugh
"Aduh, sakit bego!" Ucap si laki-laki sambil mengusap hidungnya yang mulai mengeluarkan darah segar.
"Dasar cowok. Gak tau diri."
Ana berjalan keluar perpustakaan setelah memberi Daffa bogem mentah. Meninggalkan Daffa yang sedang mematung dibelakangnya.
Tadi dia nonjok gue? Seriusan?! Biasanya cara pendekatan yang kayak gini berhasil, tapi kenapa sama Ana gak berhasil? Shit! Gue kira bakal mudah, lebih susah dari pikiran gue. Seorang Daffa Ardwinata hanya dengan satu tonjokan dia, bisa bikin gue berdarah? Bahkan gue jadi kayak patung gini. Ck!
Daffa menggeram marah. Ia merasa harga dirinya ditelah dibeli oleh Ana. Tidak! Ini tidak bisa dibiarkan!
Daffa segera bangkit dan mengejar Ana kekantin sekolah mereka. Ia sepertinya harus bertindak lebih jauh untuk hal ini. Dengan langkah yang pelan tapi pasti, Daffa berjalan ke area kantin dengan seringai jahat telah terbit diwajahnya.
Kita liat sayang. Apa yang bakal lo lakuin setelah ini hm? Gue bakal buat lo ngeluarin sifat asli lo, sebelum gue yang ngeluarin sifat asli gue terlebih dulu ke lo An. Kita lihat aja nanti.
~○~
Jangan lupa vommentnya ya kak! See you next part~
KAMU SEDANG MEMBACA
FLAT
Teen FictionApa jadinya jika seorang cewek super dingin yang membenci cowok, dikejar-kejar the most wanted sekolah?