Sembilan

62 5 0
                                    

Seorang gadis tengah melangkah dilorong sekolahnya. Kehidupan gadis itu semakin tak tersentuh sejak kejadian saat itu.

"ANA! TUNGGUIN GUE DONG! KEBIASAAN AH DITINGGAL!" Teriak seorang gadis yang sedang belari menuju Ana.

"Kenapa ditinggal sih? Capek gue marathon terus tau gak" ucap si gadis ketika ia sudah bisa menyetarakan langkahnya dengan Ana.

"Biasanya bareng Dewa. Salah lo sendiri."

Mendengar balasan sahabatnya itu membuat Rina mendengus. Ia sungguh kesal dengan Ana. Sejak menghilangnya sang mata air, Ana jadi bersikap lebih dingin dari sebelumnya. Bahkan Rina sempat kewalahan dengan perubahan sikap Ana.

"Kenapa sih Dewa terus? Ini Dewa, itu Dewa. Bosen tau gak?" Gerutu Rina sembari mencebikkan bibirnha kesal.

"Tinggal putusin."

"YA GAK BISA GITU ANA! ISH TAU AH, SEBEL GUE. BHAY!" Ana hanya bisa menggeleng melihat kelakuan Rina yang semakin mudah ngambeknya. Lihat? Rina bahkan meninggalkan Ana, padahal tadi dia yang berlari kencang mengejar Ana.

~○~

BRAK!

"Heh kulkas! Lo kemanain pacar gue? Dua minggu dia ngilang gak ada kabar gini. Lo guna-guna kan pasti? Ngaku lo!"

Suasana kantin yang tadinya damai, menjadi ricuh. Kedatangan geng primadona SMA Pelita Harapan dikantin itu menjadi salah satu penyebabnya. Lebih tepatnya apa yang dilakukan geng itu dikantin yang menjadi pusat perhatian.

"Heh lo ngaca ya! Pacar lo siapa? Jangan sembarangan nuduh deh lo!" Ucap Rina.

"Diem! Gue gak ngomong sama lo! Gue ngomong sama TEMEN lo ini." Ucap salah satu orang digeng itu. Atau bisa dibilang dia ketuanya.

"Koreksi tiga, sahabat."

Mendengar nada bicara datar nan dingin itu membuat Rina menoleh. Ini tidak benar, jika Ana sudah menghitung, sudah dipastikan Rizka-ketua geng primadona- dan temannya tidak akan selamat.

"Lo pikir lo siapa ngitung kesalahan gue kayak gitu, hah! Lo malaikat?" Emosi Rizka sudah hampir sampai puncaknya saat ini.

Untuk pertama kalinya kesenioritasan Rizka Iskandar dianggap remeh oleh adik kelasnya.

"Udah? Pintu keluar sebelah sana"

"LO!-" ucap Rizka penuh emosi. "KURANG AJAR YA LO!" ia hendak menampar wajah Ana. Namun, sebelum menyetuh wajah Ana tangannya telah dicekal.

"Bisa tanpa main fisik?" Tanya Ana meremehkan.

"GAK! GABISA! GUE TERLANJUR KESEL YA SAMA LO. GAK BOSEN NYARI MASALAH SAMA GUE!"

Plak

"Itu buat kesalahan pertama karena lo gebrak meja gue tanpa sopan santun!"

Plak

"Itu buat kesalahan kedua lo bikin soto gue tumpah."

Plak

"Itu buat kesalahan ketiga lo salah nyebut status antara gue sama Rina."

Wajah Rizka merah padam. Tamparan Ana begitu keras. Ia sungguh tidak bisa memaafkan ini.

"Mau gue tambahin?" Desis Ana.

Jujur, sebenarnya Rizka takut dengan Ana yang seperti ini. Ia tak menyangka Ana bisa bertindak seperti ini. Menyadari ekspresi nya menunjukkan ketakutan. Rizka segera menetralkannya. Ana menyadari perubahan ekspresi Rizka. Ia hanya terkekeh melihatnya.

Suasana dikantin hening sejak peristiwa tamparan tadi. Dewa yang berada tak jauh dari tempat kejadian, segera menghampiri Rina. Pacarnya itu terlihat mengalami shock teraphy melihat sahabatnya, Ana seperti itu.

"Lo bakal nyesel An! Liat nanti!"

Rizka dan anggota gengnya pun segera pergi meninggalkan kantin. Ana yang melihat itu hanya berjalan ke stand soto langganannya dan makan dengan wajar. Bahkan, ia bertindak seolah tak ada yang terjadi.

~○~

Seorang gadis berambut kepang dua serta kacamata yang bertengger dihidungnya terlihat sedang sangat serius melakukan kegiatannya.

"Ini pasti berhasil." Ucapnya. "lihat aja Ana. Lo ngambil yang seharusnya jadi milik gue, itu gak akan pernah gue biarin! Lo harus," gadis itu pun mengambil pisau kecil didekatnya, lalu melempar ke salah satu foto yang berada didindingnya. "Mati."

Tap

Pisau itu pun menancap pas pada bagian kepala seseorang difoto itu.

"Well, ini akan jadi menyenangkan."

Gadis itupun berjalan kesudut ruangan itu. Ia membuka sebuah kotak berukuran sedang yang berwarna merah.

"Kayaknya gue harus nambah koleksi mainan gue deh"

Ia membuka kotak itu dan menyentuh koleksi pisau miliknya. Tangan mungilnya itu menjelajah koleksi pisaunya dengan leluasa. Merasa sudah menemukan yang pas untuknya. Senyum pun terbit diwajah cantiknya.

"Kayaknya si kecil ini cocok buat kemauan gue kali ini."

~○~

Hayoo, siapa gadis dengan koleksi pisau ituuu😂😂

Maaf gaje yaa. Tinggalkan jejak kak!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 07, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

FLATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang