13. Jatuh

94 18 10
                                    

"Jatuh, jatuh apa yang tidak membuatmu merasa sakit? Jatuh Cinta"

Makan apa Jhesy semalam sampai ia melupakan jangka yang harus dibawa hari ini di pelajaran Matematika. Disebabkan bab yang sedang ia pelajari saat ini sedang membahas tentang lingkaran dan semacamnya, maka Pak Yuhdi mewajibkan murid-murid membawa jangka yang terbuat dari besi. Hukumannya tidak main-main bagi siapa yang tidak membawa benda mungil bermulut tajam itu, skot jump di depan kelas, push up, lari memutari lapangan sebanyak mungkin, membersihkan kantin sekolahan, membuang sampah dari tong-tong sampah kelas X-1 sampai XII-7, dan paling enteng joged di tengah lapangan waktu jam istirahat.

Apesnya Jhesy saat ini, bapak killer bin ganas itu sedang PMS hari ini karena habis dipancing Reza, tengilan kelas yang menggunting separuh kumis panjang pak Yuhdi ketika ia tidak sengaja ketiduran tadi. Itu mengakibatkan Jhesy bakal kena omelan lebih panjang kali lebar nanti.

"Jangan paksa saya untuk melakukan sulap!"kata Pak Yuhdi sambil memutar-mutar kumis imajinasinya karena sudah hilang digunting Reza.

"Sulap?"

Pak Yuhdi melepaskan sepatu kirinya, "Kalian lihat sepatu saya ini?"

"Saya bisa membuat sepatu ini terbang"katanya lagi.

Tiba-tiba Pak Yuhdi melemparkan sepatu itu tepat mengenai Reza.

"Buset pak"umpat Reza.

"Keluar kamu!"suruh pak Yuhdi.

Reza mengambil sepatu pak Yuhdi, setelah mengembalikannya ia segera keluar kelas.

"Sekarang siapa yang tidak membawa jangka, silahkan berdiri. Yang ketahuan berbohong hukumannya akan jauh lebih mengenaskan"

Jhesy mau tidak mau berdiri, bersamaan dengan Tian yang juga berdiri dari bangkunya di seberang.

Pak Yuhdi melirik Jhesy dan Tian bergantian. "Cuman dua? Yang bener?"

Jhesy mendelik ketika menyadari hanya dia dan Tian yang tidak membawa jangka, itu berarti ia hanya akan dihukum berdua dan...

Sungguh, Jhesy merasakan jantungnya sedang berlompatan saat ini.

Pak Yuhdi kemudian memberi isyarat jari agar Jhesy dan Tian maju ke depan. Ia kemudian mengomel panjang lebar seperti yang sudah Jhesy bayangkan.

"Kenapa tidak bawa jangka?"

"Lupa pak"jawab Jhesy dan Tian bebarengan.

"Uang saku? Enggak kelupaan bawa?"

"Saya enggak bawa uang saku pak"ceplos Tian membuat Pak Yuhdi tambah mendelik padanya.

"Sekalian aja itu endas kalian enggak kalian bawa"marah Pak Yuhdi sambil menjewer kuping Tian. *Endas, dalam bahasa Jawa artinya kepala dengan maksud kasar, karena biasanya endas digunakan untuk menyebut kepala binatang.

"Mau minta maaf tidak?"

"Minta maaf pak"

"Sekarang keluar"Pak Yuhdi menunjuk ke pintu.

Tian melangkah pergi setelah kupingnya berhasil lepas dari jeweran pak Yuhdi, dan Jhesy mengikuti dari belakang.

Nesya dan Ella yang sedari tadi memperhatikan tersenyum-senyum penuh arti.

"Akhirnya mereka punya waktu buat berduaan"bisik Nesya ke Ella.

"Siap-siap aja nih kita dapet PJ"balas Ella sama berbisiknya.

"Yang lain tenang!"tegur pak Yuhdi membuat Nesya dan Ella diam seketika.

Pak Yuhdi kemudian memberi tugas pada anak-anak di kelas sebelum menyusul Jhesy dan Tian yang sudah menunggu di depan.

"Sekarang kalian lari memutari lapangan sebanyak dua belas kali"

"Iya pak"jawab Jhesy dan Tian serempak.

Mereka kemudian berlari. Jhesy mendahului, sedangkan Tian di belakang seperti agak diperlambat.

Jhesy telah berlari sebanyak 3 kali memutari lapangan dan dia benar-benar merasa lelah. Dibanding Amerika yang udaranya sejuk dan lebih dingin, udara di Indonesia ini benar-benar membuatnya kaget apalagi Apalagi langsung dipaksa untuk lari-lari di siang bolong seperti ini. Untuk itu, Jhesy memilih untuk beristirahat sekarang dan duduk di bangku kayu yang ada di bawah pohon kelengkeng di depan kelas sepuluh.

"Hah..."Jhesy menghembuskan nafas dalam-dalam.

"Baru sedikit, udah loyo aja"tiba-tiba Tian sudah duduk di sebelah Jhesy.

Jhesy yang terkejut dengan kedatangan Tian yang secara tiba-tiba berada di dekatnya segera bergeser beberapa centi. Namun Tian seperti tidak peduli dengan tindakan yang dilakukan oleh Jhesy, ia tetap memperhatikan ke langit yang siang ini terlihat cerah sekali.

"Gerah banget ya"Tian mengipas-ngipas wajahnya dengan tangan.

"Iya"jawab Jhesy pelan sambil menggaruk-garuk tengkuk.

"Hey kalian! Malah njadum disana, sana berdiri dibawah tiang bendera!"seru pak Yuhdi yang memergoki Tian dan Jhesy sedang duduk di bawah pohon kelengkeng itu.

"Tiang bendera? Disana?"Jhesy menunjuk tiang bendera yang berada di tengah lapangan.

"Iyalah, yok"Tian melambai tangan.

Jhesy menghembuskan nafas keras, lari di pinggir lapangan saja sudah panas apalagi harus berdiri diam ditengah lapangan? Seriously, ia bahkan sudah pernah pingsan tiga kali saat upacara di Indonesia ini.

Jhesy mengangguk pelan, kemudian mengikuti Tian yang sudah duluan pergi.

Tian melirik ketika Jhesy mengikutinya hormat menghadap tiang bendera. Kemudian ia tersenyum kecil.

"Tian"panggil Jhesy tiba-tiba.

"Hem?"

"Kamu nyesel gak dihukum kaya gini?"tanya Jhesy.

"Nyesel?"

Tian tersenyum kecil, "Enggaklah buat apa nyesel, kan enak bisa bareng sama kamu"

"Hah apaan!"

"Hahaha"Tian tertawa.

"Kalo kamu?"tanya Tian setelah tawanya berhenti.

"Enggak juga"

"Kenapa?"

"Dari sini aku bisa mengenal kamu lebih dekat"Jhesy tersenyum menatap Tian, tanpa menurunkan tangannya yang menghormat ke tiang bendera.

"Kata orang, kamu itu anaknya cuek banget, susah banget buat senyum, wajah kamu juga nyeremin"

Jhesy terkekeh. "Tapi kenapa ya, kalo aku sama kamu, kamu gak pernah nunjukin wajah cuek kamu"

Tian memandang Jhesy dengan mata sendunya, "Aku.."katanya pelan.

Tiba-tiba mata sendu Tian berubah menjadi tatapan khawatir pada Jhesy, ia mengerutkan kening. Wajah Jhesy memerah, keringat mengucur dimana-mana, dan ada darah mengalir dari hidungnya.

"Jhes, kamu mimisan"katanya.

"Hah..."Jhesy tiba-tiba merasakan pusing dan pengap di sekujur tubuhnya.

"Jhes, kamu gapapa?"Tian mendekati Jhesy, tangannya yang tadi menghormat beralih menyentuh dahi Jhesy yang berkeringat.

"Kamu panas, kamu sakit?"Tian mulai merasa panik sendiri, saat ini yang ada hanya dia dan Jhesy. Lapangan kosong karena semua sedang mengikuti KBM.

Jhesy hendak mengatakan sesuatu tetapi dadanya terasa sesak sekali dan kedua kakinya tiba-tiba lemas, tak lagi kuat menahan berat tubuhnya. Tian yang ada di depannya semakin lama semakin kabur dan tiba-tiba, semua menjadi hitam.

~To be continued

Sorry karena chapter visual ditunda terlebih dahulu, itu karena aku tidak sabar untuk mempublish chapter 12 ini😙

Don't forget to Voment yaa

Never EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang