19. Handphone?

99 16 3
                                    

"Gini apa?"

"Itu G"

"Kalo H? I? J? Gimana?"

"Lo kira main gitar itu kayak ngapalin huruf abjad?"

"Hehe, habis gue gak tau"

"Udah sini biar gue yang gitarin aja, lo yang nyanyi oke?"

Nesya memutar bola mata ketika gitar yang saat itu di tangannya berpindah di tangan Reza.

"Virgoun, bukti"kata Reza sebelum memulai memetik gitar.

Nesya tersenyum, ia menunggu melodi yang sesuai hingga ia memulai membuka suara.

Sedangkan dari kejauhan, Jhesy dan Ella hanya menonton sambil tersenyum-senyum penuh arti.

"Lucu banget ya?"kekeh Jhesy.

"Mereka yang yang lucu, prakteknya enggak"dengus Ella.

Jhesy menurunkan senyum, ia mengernyit. Menyesali dirinya yang telah melupakan praktek menyanyi lagu pop Indonesia besok pagi. Jhesy mungkin memang anak band, menyanyi itu kecil bagi Jhesy. Tapi masalahnya, ia tidak bisa bermain gitar maupun piano. Jadi, ia membutuhkan seseorang untuk menjadi partner instrument-nya.

"Lo ngajak Tian aja deh"usul Ella.

"Apaan sih"gerutu Jhesy.

Tiba-tiba ada seseorang yang menepuk pundak Jhesy dari belakang. Jhesy menoleh begitu juga dengan Ella. Nesya, orang yang menepuk pundak Jhesy itu tersenyum kemudian segera memposisikan diri duduk di sebelah Jhesy.

"Seneng?"tanya Ella.

"Apaan?!"sembur Nesya.

"Habis pacaran sama si Reza?"Ella terkekeh.

"Hih, cuman minta diajarin gitar tapi dianya nyolot aja"dengus Nesya membela diri.

"Tapi seneng kan?"dorong Jhesy.

Nesya diam, "Enggak!"pekiknya.

Jhesy dan Ella tertawa mereka kemudian melanjutkan acara makan siang mereka.

"Lo sama Tian gimana, udah lama gak ada kabar"tanya Nesya.

Jhesy menaikkan alis. Ia menepati janji Tian, untuk merahasiakan apapun mengenai mereka dan Camelia.

"Gue kira, setelah acara gendong ria itu kalian terus jadi deket. Kayak di ftv, ftv gitu"lanjut Nesya lagi.

"Ftv? Apaan ftv?"tanya Jhesy.

"Sinetron, gak usah ikutan nonton nanti jadi anak cinta"sembur Ella.

Jhesy bersungut-sungut. Ia diam begitu juga Ella, namun Nesya sepertinya tidak rela dengan kedamaian keduanya. Ia melirik handphone di sebelah mangkok Jhesy sebelum ia meminta izin.

"Jhes, pinjem hp dong"

Jhesy tidak memperbolehkan, ia langsung menyambar handphone itu sebelum tangan Nesya menyentuhnya.

"Kenapa sih, orang temen sendiri?"tanya Nesya melihat keanehan Jhesy.

Jhesy menggeleng kuat, "Ehm, lo.. gak bisa makenya.. layarnya pecah"

"Bisa, bisa"dengus Nesya.

Jhesy mengulurkan handphonenya dan segera disambar oleh Nesya.

"Sandinya apa?"

"Ada deh"

"Gak bisa"

"Maksudnya bukan sandinya ada deh"

"Ih jahat, katanya temen"

"Semua orang juga butuh privasi"

Nesya menghela nafas, ia melipat tangan diatas meja kantin dan menenggelamkan wajahnya disana. "Aduh!"serunya ketika sesuatu mengenai kepalanya dengan cukup keras.

Never EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang